KH. Abdullah Faqih, Menghitung Nikmat Allah Swt

Pada dasarnya, nikmat dinniyah yang dianugerahkan Allah kepada umat Islam dapat digolongkan menjadi dua. Yakni nikmat taufiq dan nikmat Ismah. Taufiq itu sendiri berarti pertolongan dari Allah, berupa kekuatan diri untuk senantiasa menjalankan ta’at dan ketabahan hati menjauhi maksiat. Imam Ghozali menyebutnya anugerah, karena hal itu menjadi lantaran keselamatan manusia, baik di dunia maupun akhirat.
Selamat di dunia, berarti terbebas dari malapetaka dan musibah. Adakalanya musibah atau malapetaka yang menimpa manusia merupakan adzab atau siksaan di dunia yang diberikan oleh Allah Swt untuk melebur dosa. Sebagai ganti dari adzab akhirat yang berlipat-lipat lebih berat. Sedangkan selamat di akhirat adalah keberuntungan yang tak ada bandingannya, karena Allah menyediakan surga yang tak terbayangkan keindahannya.
Dan, nikmat yang kedua adalah ismah. Yaitu terpelihara dari perbuatan maksiat, dijauhkan dari bid’ah, baik perbuatan maupun keyakinan, dan dihindarkan dari perbuatan orang-orang yang sesat. Seperti kita ketahui bahwa belakangan ini begitu banyak kesesatan dan bid’ah bertebaran di sekitar kita. Mulai dari lahirnya aliran-aliran nyeleneh yang membawa nama Islam, hingga muncul orang-orang yang mengaku sebagai Nabi, Rasul, Jibril bahkan mengaku Tuhan.
Bagaimanapun juga terpelihara dari aliran dan keyakinan semacam itu adalah sebuah anugerah dari Allah Swt yang patut untuk disyukuri. Karena, di antara orang-orang yang terpengaruh aliran sesat tersebut, ada juga yang berpendidikan dan telah mengenal agama Islam.
Dari sekian banyak nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada umat islam, Islam adalah anugerah yang paling agung. Karena, Islam bukan hanya menuntun manusia pada jalan keselamatan ukhrowi, tapi juga membawa rahmatan lilalamin. Tatacara kehidupan manusia diatur sedemikian rupa, dari yang paling berat sampai urusan makan dan membasuh tangan. Islam juga memberikan pandangan yang berbeda terhadap kehidupan manusia, bahwa kehidupan ini tidak lagi hanya soal mencari makan. Dan manusia seharusnya membedakan dirinya dari hewan ternak yang dipelihara untuk bekerja.
Selain itu, masih banyak nikmat-nikmat lainnya yang tak ada satu pun bisa menghitungnya, kecuali Dzat Yang Maha Mengetahui. Sebagaimana firman-Nya:

وان تعدوا نعمت الله لا تحصوها, ان الانسان لظلوم كفار

“…Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim; 34).
Sekali lagi, kita wajib bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah dengan cara taat dan takut. Taat menjalankan segala perintah-Nya dan takut menerjang segala larangan-Nya. Meskipun pada hakikatnya kita bisa bersyukur itu adalah sesuatu yang harus kita syukuri pula. Wallohua’lam bisshowab.

sumber Situs Resmi PONPES LANGITAN

Leave a Reply