Ajari Anak Mengakui Kesalahannya, Bukan Malah Memarahinya

Aku berusaha untuk menahan emosi ketika marah agar tidak meledak-ledak apalagi sampai membentak si K. Aku lebih sering menunjukkan ekspresi bahwa aku tidak setuju dengan muka datar atau acuh daripada mengomelinya sepanjang waktu. Dia sudah sangat peka dengan perubahan ekspresiku tanpa perlu memarahinya apalagi sampai membentaknya.
Aku mengharapkan si K itu tidak takut untuk mengakui kesalahannya. Tidak berusaha menutup-nutupinya. Apalagi sampai berbohong agar tidak kena marah. Untuk itulah, aku berusaha tidak memarahi dia saat melalukan kesalahan. Tapi bukan berarti aku melakukan pembiaran atas semua kesalahannya. Logikanya bukan seperti itu.

Ajari Anak Mengakui Kesalahannya, Bukan Malah Memarahinya

Contoh kecilnya adalah ketika dia diajak main oleh seseorang dan ternyata di sana dipinjami HP untuk main game. Lalu ketika pulang dia kutanya “tadi di sana main apa?” dia akan menjadi salah tingkah dan meracau tidak jelas. Dia merasa bersalah karena telah inkar janji untuk tidak main game menggunakan HP orang lain. Jika dia merasa sangat bersalah maka dia akan menangis. Namun, setelah menangis, dia akan jujur menceritakan semuanya termasuk game apa yang dimainkan dan bagaimana cara mainnya.
Sampai saat ini, dia baru belajar mengakui kesalahan. Untuk meminta maafnya belum bisa jalan dengan baik. Dia masih sangat malu jika diminta untuk minta maaf.
Doakan semoga dia menjadi anak yang sholih dan berbudi pekerti luhur, ya.

Leave a Reply