Bekerja Bareng Pasangan, Yay or Nay?

Sejak awal menikah, kami sudah mulai bekerja bareng. Abah K nyaris melibatkan aku di setiap urusan pekerjaannya. Meski tidak semua hal tentang pekerjaan aku mengetahuinya, tetapi paling tidak aku tahu dasar-dasar pekerjaannya agar tetap nyambung saat diajak berbincang. Dimanapun kami berada bisa menjadi tempat diskusi yang mengasyikkan, kapan-kapan pengen ke hotel di sentul Bogor sembari liburan. Enggak melulu di ruang meeting kantor. Bahkan kami bisa ngobrolin gawean di tengah perjalanan jika memang sangat darurat.

Asik enggak bekerja bareng pasangan? Asik banget jika kita mampu mengelola pekerjaan dan masing-masing bertanggung jawab dengan profesional. Tetapi, bekerja bareng pasangan sangat rawan untuk memanfaatkan pasangan, apalagi jika salah satu diantaranya tukang perintah. Runyam sudah.
Bekerja Bareng Pasangan, Yay or Nay?

Tetap Profesional Meskipun Berusan dengan Pasangan

Meskipun bekerja dengan abah K, aku tetap perhitungan. Kadang terlihat materialis ya? Masa membantu pasangan kok minta upah. Hahaha, tetapi, sungguh, pasangan ada untuk men-support, bukan untuk diperah tenaganya.
Jadi, meskipun aku yang mengerjakan, abah K tetap menghitung biaya jasa yang kulakukan. Perihal apakah uangnya kupakai sendiri atau pada akhirnya dipakai bareng, itu urusan nanti. Yang penting jangan pernah melupakan biaya jasa pasangan dalam penghitungan modal.
Jangan sampai kita dzalim dengan pasangan dengan mengabaikan biaya jasa untuknya. Tidak sedikit yang menjual suatu barang dengan murah karena jasa pasangan tidak dihitung seperti layaknya jika merekrut karyawan. 

Bedakan Urusan Pribadi dengan Urusan Profesional

Menurutku, tantangan terbesar ketika bekerja bersama pasangan adalah membedakan urusan pribadi dengan urusan profesional. Aku punya cerita, seorang teman yang sedang bermasalah dengan pasangannya mengabaikan semua urusan profesional yang terkait dengan pasangan sehingga klien kerepotan karena tidak tahu harus mengurus kemana.
Jika sedang bermasalah dengan pasangan, sebisa mungkin urusan profesional tetap dikerjakan hingga tuntas. Paling tidak, sampai bisa dialih tugaskan dengan aman. Jangan sampai membuat klien kebingungan karena hal ini tentu saja akan mencoret branding kita. 

Selalu Berdiskusi Sebelum Mengambil Keputusan, Sekecil Apapun Itu

Mentang-mentang bekerja bersama pasangan lalu mengambil keputusan sepihak. Please, jangan. Meskipun sudah lengket banget dengan pasangan sampai ibaratnya sudah mengenal pola pikirnya sampai dalem banget, yang namanya orang pasti memiliki pertimbangan sendiri terhadap segala sesuatu.
Selalu diskusikan dengan pasangan sebelum mengambil keputusan. Pastikan ia tidak keberatan dengan keputusan yang kamu ambil. Seberat apapun masalah, jika pasangan dilibatkan tentu akan sangat mengurangi beban pikiran karena resiko ditanggung bersama.
Aku pernah kepleset membalas pesan seorang klien yang membuat kami harus menanggung resikonya. Saat itu aku emosi karena klien cerewet dan memutuskan untuk me-refund biaya yang sudah ditransfer tanpa berdiskusi dengan abah K. Padahal hal ini tidak perlu dilakukan karena apps sudah dikerjakan. 
Bekerja dengan pasangan memang rawan dengan bentrok, baik dari sisi profesionalitas bekerja maupun sisi ekonomi, namun, jika kita mampu bekerja dengan profesional dan luwes, bekerja dengan pasangan akan membuat hubungan semakin rekat.

Leave a Reply