Manusia di Luar Bumi menurut Al-Qur’an

Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….1

Allah  menciptakan  manusia  sudah  dilengkapi  dengan  Petunjuk-Nya,  sehingga  manusia  tidak
perlu  repot-repot  mencari  atau menyusun  Hukum  dalam menjalani  hidupnya,  bahkan  tinggal
meneliti  dan  mempelajari  Petunjuk  Allah  untuk  dilaksanakan  dalam  kehidupan  sehari-hari. 
Bahkan Hukum Allah itu menerangkan hal-hal yang berlaku sampai nanti kehidupan di Akhirat.  
Dalam  era  globalisasi  dan  informasi  sudah  saatnya  bagi  umat  Islam  untuk  berpikir  kritis dan
dinamis demi kemajuan  Islam. Hal yang perlu dipahami bahwa sesungguhnya Al Qur’an bukan
hanya menerangkan ibadah saja, tetapi lebih jauh dia juga menerangkan hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu tingkat tinggi yang justru lebih lengkap dan sempurna.  
Akan  tetapi  selama  ini  yang  dipelajari  para  ilmuwan Muslim  baru  sebatas hal  yang  berkaitan
dengan ibadah, dikiranya Al Qur’an tidak mampu menerangkan hal-hal berkaitan dengan segala
yang ada di semesta. Padahal  kalau Al Qur’an dipahami dengan sungguh-sungguh maka akan
muncul Sarjana-sarjana Al Qur’an dari berbagai disiplin ilmu yang berkualitas tinggi dan handal.
Dengan begitu  I lmu Pengetahuan akan maju pesat  sejalan dengan  tingkat  kemampuan dalam
pemahaman Al Qur’an oleh para pemeluk Islam atau para Ilmuwan itu sendiri.  
Kenapa demikian?  
Karena proses dan langkah yang dilakukan oleh orang yang memahami Al Qur’an akan berbeda
dengan yang tidak memahami. Setiap orang Islam yang memahami Al Qur’an dalam melakukan
penelitian  tentang  apapun  senantiasa mendasarkan Petunjuk Allah  dalam Al Qur’an,  sehingga
semuanya akan berjalan dengan kepastian dan tidak meraba-raba. Sementara orang yang tidak
mengenal  Al  Qur’an  akan  berjalan  dengan mencari-cari  dan meraba-raba walaupun  akhirnya
diantara mereka juga ada yang menemukan tapi prosesnya sangat panjang dan cukup lama. 
Al Qur’an merupakan wahyu dari Allah yang sengaja diturunkan  sebagai petunjuk bagi  semua
manusia  sampai  akhir  zaman.  Petunjuk  itu  meliputi  ibadah,  muamalah  dan  juga  tentang
berbagai  I lmu Pengetahuan dan Tekhnologi  tingkat  tinggi  termasuk didalamnya  tentang  ruang
angkasa. Namun pada umumnya manusia kurang mengerti makna dari petunjuk  itu,  sehingga
mereka memahami  dengan  cara-cara  tradisional  dengan melakukan  upacara-upacara  tertentu
secara  turun  temurun,  secara  hafalan  tanpa  mengetahui  apa  yang  mereka  hafal  itu.  Cara
seperti itu berjalan sangat lamban tanpa perkembangan bahkan cenderung mundur. Hal seperti
itu  sudah  berjalan  cukup  panjang  selama  ratusan  atau mungkin  sudah  ribuan  tahun,  karena
memang Al Qur’an diturunkan hampir 1.500 tahun yang lalu.  
Sebagai bahan pemikiran maka perhatikan petunjuk Allah SWT berikut ini : 
Surat Almaidah (5) ayat 3 :

Artinya :
…. Hari  ini kami sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan nikmat-Ku untukmu dan Aku  ridho  Islam menjadi
agamamu…..   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….2
Surat Al-an’am (6) ayat 115 :

artinya :
Dan  selesailah  (sempurnalah)  Kalimat  Tuhanmu  dengan  benar  dan  adil,  tiada  perubahan  bagi  Kalimat-Nya.  Dia
mendengar mengetahui.  
Surat Ar-Rum (30) ayat 30 :

Artinya :
Dirikanlah wajahmu untuk agama  itu sempurnanya,  fitrah Allah yang memfitrahkan manusia atasnya,  tiada perubahan
bagi ciptaan Allah, itulah agama yang kokoh (tegak). Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. 
Surat At-Taubah (9) ayat 32 :

Artinya :
Mereka  ingin  memadamkan  Nur  (petunjuk)  Allah  dengan  mulut  mereka  dan  Allah  menolak  kecuali  menyelesaikan
petunjuk-Nya, walaupun orang-orang kafir merasa benci.  
Surat An-Nahl (16) ayat 89 : 

artinya : 
Pada hari Kami bangkitkan pada setiap umat, pemberi bukti atas mereka dari diri mereka, dan Kami datangkan kamu
pemberi bukti atas orang-orang itu. Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur’an) yang menerangkan atas tiap sesuatu
serta petunjuk dan rahmat dan kegembiraan bagi Muslimin.  
Dari  ayat-ayat  tersebut  diatas  dapatlah  dipahami  bahwa  sesungguhnya  Al  Qur’an  itu  telah
lengkap,  sempurna,  benar  dan  adil  tidak  ada perubahan  sepanjang masa  serta menerangkan
semua persoalan yang ada di semesta raya ini. Namun kebanyakan manusia belum sepenuhnya
mengakui  dan meyakini  atas kebenaran Al Qur’an,  karena minimnya  informasi  yang  diperoleh
dari Ayat-ayat Al Qur’an. Sebagian dari umat  Islam sendiri masih berpendapat bahwa Al Qur’an  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….3
belum  lengkap  karena masih  bersifat  global,  padahal  Al  Qur’an  sendiri  menyatakan  lengkap
sempurna. 
Jika orang  diberi  informasi  tentang Al Qur’an  umumnya mereka menolak  dengan  alasan  yang
tidak  logis.  Seharusnya  kalau  kita  belum  sanggup  untuk memahami  dengan  benar  janganlah
cepat-cepat membuat vonis bahwa dalam Al Qur’an tidak ada dalilnya, justru kita dituntut untuk
lebih  giat  meneliti  agar  memperoleh  keterangan  yang  logis  sesuai  dengan  maksud  yang
sebenarnya,  karena  pemahaman  manusia  itu  berkembang  sesuai  dengan  tingkat  peradaban
yang berlaku secara bertahap. 
Misalnya tentang adanya masyarakat manusia di Planet  lain di  luar Bumi  ini, orang-orang barat
begitu serius mengadakan penelitian dengan biaya yang sangat mahal dan mereka yakin bahwa
diluar  Bumi  ini  pasti  ada  kehidupan  atau  ada makhluk  hidup.  Padahal  sebenarnya  jauh-jauh
sebelumnya Al Qur’an  telah memberikan  informasi  yang menunjukkan  bahwa di Planet  selain
Bumi ini juga telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya di Bumi ini. Sementara para
ilmuwan muslim hanya bertindak selaku penonton dan menunggu hasil penelitian orang Barat. 
Sebenarnya sejak 15 abad yang lalu Al Qur’an telah menerangkan berbagai persoalan yang ada
di  jagad  raya  ini,  cuma  masalahnya  sistem  pendidikan  yang  selama  ini  diajarkan  hanyalah
berupa  hafalan-hafalan  sehingga  pada  umumnya  anak  didik  kita  banyak  yang  tidak  bisa
memahami  tentang  sesuatu.  Seringkali  orang  dipaksa untuk  percaya begitu  saja secara  taklid
buta walaupun  kadang-kadang  keterangan  yang  disampaikan  tidak  sejalan  dengan  pemikiran
secara wajar. Ironisnya para Sarjana kitapun masih banyak yang kurang kritis dan teliti, bahkan
mereka  juga  mengikuti  pemahaman  ratusan  atau  bahkan  ribuan  tahun  yang  lalu,  sehingga
posisi kita sering selalu ketinggalan, terutama dalam hal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 
Bahkan  tidak  jarang para ‘Ulama kita pun dalam menjelaskan  tentang sesuatu sering menemui
jalan  buntu  dan  terbentur  pada  hal-hal  yang  tidak  terjawab,  akibatnya  orang  hanya  percaya
tanpa mengerti  yang  dipercayai  bahkan  sering  bertentangan  dengan  alam  pikirannya  sendiri.
Padahal yang namanya “SOAL”  pasti ada “JAWABNYA”, maka sekali  lagi bahwa Al Qur’an pasti
bisa menjawab segala persoalan (periksa kembali Surat An-Nahl (16) ayat 89).    
Selama  ini  kita  telah  terkunci  oleh  doktrin-doktrin  (ajaran)  yang  disampaikan  oleh  orang  tua
kita,  atau seorang yang dituakan,  para guru atau Mubaligh, Kyai dan yang sejenis  itu. Karena
umumnya  orang  beranggapan  bahwa  apapun  yang  disampaikan  oleh mereka  itu  pasti  benar
dan  tidak pernah ada yang salah. Kalau kita mau memperhatikan kondisi di sekitar kita, bahwa
saat  sekarang  ini umat  Islam bahkan para Da’i  kita pun  jarang sekali menggunakan Al Qur’an
sebagai rujukan dalam menjawab setiap persoalan.                 Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….4
BENARKAH ADA KEHIDUPAN MANUSIA DI PLANET LAIN ?  
Jika hal  ini  ditanyakan  kepada  seseorang  di  antara  kita,  ternyata satu  sama  lain memberikan
jawaban  yang  berbeda.  Tetapi  kebanyakan  di  antara mereka memberikan  jawaban  tidak  ada,
belum yakin,  ragu-ragu karena dikatakan oleh mereka bahwa sekarang  ini Amerika atau orang
Barat belum menemukan.  Inilah kenyataan yang terjadi, bahwa orang cenderung lebih percaya
kepada orang Amerika daripada kepada Wahyu yang ada dalam Al Qur’an. 
Hal demikian memang wajar-wajar saja, karena :  
1.  Pihak  Amerika-lah  yang  memang  getol  mengadakan  penelitian  tentang  keadaan  ruang
angkasa, maka mereka yang dianggap lebih mengetahui kondisi ruang angkasa itu.
2.  Dari  hasil  penelitian  pihak  Amerika  maupun  Negara  lain  yang  juga  menyelidiki  ruang
angkasa belum ada tanda-tanda tentang kehidupan di luar Bumi ini.
3.  Para  ilmuwan  Muslim  sendiri  hampir  tidak  ada  yang  mengadakan  penelitian  ke  ruang
angkasa, sehingga mereka lebih baik menunggu hasil penelitian mereka.
4.  Para  ilmuwan  Muslim  dalam  penyelidikan  tentang  Al  Qur’an  barangkali  masih  belum
menyeluruh,  sehingga  kalau  diberi  informasi  tentang  Kitab  Sucinya  sendiri  masih  ragu,
bahkan  cenderung menolak  karena kata mereka di Al Qur’an  tidak  ada yang menyatakan
begitu.  
Itulah fenomena yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama masyarakat Islam sendiri karena
kurangnya informasi tentang Al Qur’an,  tetapi anehnya kalau diberi tahu tentang Al Qur’an juga
belum  tentu mau menerima atau paling  tidak merupakan bahan   kaj ian,  tetapi  itulah  faktanya.
Sementara bagi orang-orang yang memang benar-benar beriman kepada penjelasan Allah yang
disampaikan  oleh  Nabi  tentu  menanyakan  kepada  Nabi.  Akan  tetapi  karena  sekarang  Nabi
sudah tiada, maka kita harus menanyakan kepada yang mengutus Nabi yaitu Allah dimana Allah
telah menjelaskan semua itu melalui Wahyu dalam Al Qur’an.  
Memang  dalam  menanggapi  keterangan  yang  sangat  mengejutkan  ini  haruslah  dengan
kejernihan  hati,  dan  jangan  ditanggapi  dengan  keangkuhan  kepala  (otak),  dengan  hati  yang
jernih, maka kepala pun akan dingin. Ada beberapa hal yang perlu dipahami secara cermat dan
hati-hati  agar  kita benar-benar memperoleh  pengertian  yang  sewajarnya dan  dimengerti  oleh
semua pihak. 
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1.  Pengertian tentang DUNIA
2.  Pengertian tentang SAMA’/SAMAWAT.
3.  Pengertian tentang DABBAH   
ad.1.  DUNIA  
Selama  ini  orang menganggap  seolah-olah  yang dimaksud dunia  ini  hanyalah  “BUMI ”  ini  saja,
padahal  dunia  itu begitu  luasnya,  sedangkan Bumi  ini  hanyalah merupakan debu  yang  sangat
kecil j ika dibandingkan dengan dunia. Dunia adalah semesta raya ini dan bukannya hanya Bumi
saja,  karena  itu kalau kita sering mendengar bahwa dunia  ini nantinya akan dihancurkan pada
hari  kehancuran  total  dengan  istilah  “Yaumus  Sa’ah”,  maka  yang  dihancurkan  bukan  hanya
Bumi ini, tetapi seluruh jagad raya yang ada di semesta ini. 
Semesta raya ini  terdiri dari milyaran Bintang, setiap Bintang di angkasa merupakan satu solar
sistem  (Tata Surya). Oleh  karena  itu  hendaklah  kita merubah  cara berpikir  dalam memahami Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….5
suatu  persoalan  sehingga  pengertian  itu  bisa  diterima  oleh  pikiran  secara  wajar  dan  sejalan
dengan ilmu pengetahuan. 
Informasi  yang  selama  ini  telah  berkembang  di  kalangan masyarakat,  baik masyarakat  Islam
maupun  umum  bahwa  Hari  Qiyamat  itu  adalah  hari  kehancuran  total,  padahal  pengertian
seperti  itupun harus diadakan koreksi, agar bisa dipahami secara rasional. Sehubungan dengan
hari  kehancuran  total  ada  dua  istilah  yang  harus  dipahami  dengan  hati  yang  jernih  yaitu  :
Yaumul  Qiyamah  dan  Yaumus  Sa’ah.  Qiyam  artinya  “berdiri”  sedangkan  Sa’ah  artinya
“waktu”. Maka Hari Qiyamat  adalah  suatu  hari  berdiri  atau  hari  kebangkitan  di  akhirat  nanti,
maka  dia  bukanlah  hari  kehancuran  total.  Sedangkan  Sa’ah  yaitu  hari  dimana  yang  hidup  ini
akan mati,  termasuk  dunia atau  jagad  raya  ini  akan  dihancurkan maka  itulah  yang  dimaksud
dengan  Yaumus  Sa’ah  atau  hari  kehancuran  total  tadi.  Maka  antara  Hari  kehancuran  total
dengan  hari  qiyamat  jelas  waktunya  sangat  berbeda.  Pemahaman  demikian  juga  termasuk
point  tentang pengertian suatu istilah dalam Ayat Al Qur’an. Jika dalam memahami suatu istilah
kurang tepat maka akan terjadi kesalahan dalam penentuan kesimpulan.  
Maka semakin  jelas bahwa   yang dimaksud dengan DUNIA adalah semesta raya ini atau  jagad
raya ini dan bukan Bumi ini saja. Sebagai bahan penganalisaan perhatikan petunjuk Allah dalam
surat Al-Mulk (67) ayat 5 berikut ini :  

Terjemahan Departemen Agama RI. Pelita II/1977-1978: 
“Sesungguhnya kami  telah menghiasi  langit  yang dekat  dengan bintang-bintang dan Kami  jadikan bintang-bintang  itu
alat pelempar setan. Dan Kami sediakan mereka siksa Neraka yang menyela-nyala”.  
Terjemahan  Lembaga Percetakan  Al Qur’an Raja Fahd  di Madinah  al Munawarah,  Surat  Mulk
ayat 5, hal : 956: 
“sesungguhnya Kami  telah menghiasai  langit  yang dekat  dengan bintang-bintang dan Kami  jadikan bintang-bintang  itu
alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa Neraka yang menyala-nyala”.  
Selanjutnya terjemahan Proff. Mahmud Yunus, penerbit Alma ‘Arif, Bandung:  
“Sesungguhnya Kami  hiasi  langit  yang  hampir  ke  dunia  dengan  beberapa  pelita  (bintang-bintang)  dan  Kami  jadikan
tahi-tahi bintang untuk pelempar syetan-syetan, dan Kami  sediakan untuk mereka siksa neraka”.  
Secara wajar Ayat tersebut sebaiknya diartikan sebagai berikut:  
“Dan  sungguh Kami hiasi ANGKASA DUNIA =  angkasanya semesta  raya  (langitnya semesta  raya  ini)  dengan bintang-
bintang  (pelita-pelita)  dan  Kami  jadikan  dia  (bintang-bintang  itu)  ancaman  (rujuman)  bagi  setan-setan.  Dan  kami
sediakan atas mereka siksa yang membakar”.  
Jika  “sama’a  dunya”  diartikan  dengan  “langit  yang  dekat  dengan  Bumi”  atau  “langit  yang
hampir  ke  dunia”  maka  langit  manakah  yang  jauh  dari  dunia,  atau  bahkan  pengertian  dunia
seolah-olah hanyalah Bumi ini. Maka semestinya dia harus diartikan “angkasa dunia”, dia adalah
angkasanya atau langitnya semesta raya ini dan bukan hanya langitnya Bumi.  
Jadi  petunjuk  Allah  pada  surat  Al-Mulk  (67)  ayat  5  tersebut  diatas memberikan  penjelasan
kepada manusia bahwa semua bintang-bintang  itu merupakan hiasan yang sangat  indah yang
ada  di  angkasa  atau  langitnya  dunia  atau  langitnya  semesta  raya.   Coba  perhatikan  ketika Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….6
malam  hari  betapa  jumlah  bintang  yang milyaran  itu  tak  terhitung  banyaknya,  sangat  indah
menghiasi angkasa (langit)  di semesta raya  j ika dipandang dari Bumi maupun dari planet  lain.
Semua  bintang  itu  tidak  hanya  diatas Bumi  saja  tetapi  tersebar  di  seluruh  jagad  raya,  maka
benarlah  kalau  demikian  bahwa  yang  dimaksud  dengan  dunia  adalah  seluruh  jagad  raya  ini,
karenanya kalau nanti dunia akan dihancurkan pada Hari Sa’ah adalah seluruhnya bukan hanya
Bumi.  
Kemudian  dalam  Ayat  tersebut  diatas  dijelaskan  bahwa  bintang-bintang  itu  merupakan
ancaman  bagi  setan-setan,  tentunya  nanti  di  Akhirat  dan  bukannya  sebagai  pelempar  setan.
Kapan Allah pernah melempar  setan dengan bintang  yang sangat  besar  itu? Padahal  keadaan
bintang itu sama dengan Surya (Matahari) kita, maka setan mana yang dilempar dengan benda
sebesar  itu.  Untuk  memahami  pengertian  tentang  setan  maka  perhatikanlah  petunjuk  Allah
berikut ini : 
Surat Al-Baqoroh (2) ayat 14  :  

Artinya : 
Dan  bila mereka  berjumpa dengan  orang-orang  yang  beriman, mereka mengatakan:  “Kami  telah  beriman.”  Dan  bila
mereka  berlalu  kepada  syaitan-syaitan  mereka,  mereka  mengatakan:  “Sesungguhnya  kami  bersama  dengan  kamu,
kami hanyalah berolok-olok”. 
Surat Al-An’am (6) ayat 112.

Artinya :
Dan demikianlah Kami  jadikan bagi  tiap-tiap Nabi  itu musuh, yaitu syaitan-syaitan  (dari  jenis) manusia dan  (dari  jenis)
j in,  sebahagian  mereka mewahyukan  kepada  sebahagian  yang  lain  perkataan-perkataan  yang  mewah  fatamorgana.
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan.  
Dari  dua  ayat  diatas dapat  dipahami  bahwa  setan  itu  adalah  terdiri  dari  setan  j in  dan  setan
manusia, maka dia adalah sifat  yang dimiliki oleh  j in dan manusia yang senantiasa melanggar
atau menolak  hukum-hukum  Allah,  karena  itu  setan-setan  itu  diancam  dengan  Neraka  (API )
tetapi  itu  baru  ancaman,  dan  pelaksanaannya adalah  nanti  di Akhirat.  Tentunya yang  berlaku
bagi  manusia  bukanlah  setan  j in  tetapi  setan  manusia,  karena  itu  banyak  Ayat  yang
menyatakan bahwa setan  itu adalah musuh nyata bagimu, artinya setan  itu nyata dan kongkrit
berupa  setan manusia  yang  senantiasa menentang  hukum  Allah  dan mengajak manusia  lain
untuk kafir atau menolak.  
Maka yang dimaksud dengan dunia bukanlah hanya Bumi  ini  tetapi seluruh semesta atau  jagad
raya. Kalau ada orang mengatakan bahwa hidup di dunia ini, berarti hidup di jagad raya ini dan
bukan hanya di Bumi saja. Kalau dunia akan dihancurkan, maka yang dihancurkan bukan hanya
Bumi  ini  saja  tetapi  seluruh  semesta.  Sedangkan  Bumi  ini  hanyalah  salah  satu  planet  dari Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….7
anggota Tata Surya kita, sedangkan Tata Surya kita ini hanyalah merupakan gugus Bima Sakti
berarti hanya bagian kecil dari Bima Sakti itu. 
Coba kita perhatikan ada berapa Galaksi di angkasa itu yang di dalamnya ada milyaran bintang-
bintang,  untuk  apa  semua  itu  diciptakan  Allah  kalau  dibiarkan  kosong  tanpa  penghuni,
Mubazirkan ? padahal semua itu diciptakan Allah bukan untuk main-main ?  
Ad.2. SAMA’ / SAMAWAT  
Memang  benar  bahwa  berdasarkan  arti  bahasa  bahwa  Samawat  adalah  bentuk  jamak  dari
Sama’  yang  pada  umumnya  diartikan  “langit”  atau  “angkasa”.  Namun  sejalan  dengan
perkembangan  I lmu Pengetahuan dan Teknologi, maka sama’ belum  tentu selalu berarti  langit.
Sedangkan yang dimaksud  langit  adalah awang-awang kosong begitu  luasnya. Tiap-tiap planet
memiliki  langit,  sedangkan  planet-planet  itu  tak  terhitung  jumlahnya  di  semesta  raya  ini.  Di
dalam wilayah Tata Surya kita saja ada 10 planet  dan baru 9 yang diketemukan dan masing-
masingnya memiliki langit.  
Sebagai  ilustrasi  kami  berikan  keterangan  lain  yang  hampir  mempunyai  nilai  pandang  yang
sama.  Kalau  orang  membuat  balai  untuk  tempat  tidur  yang  terbuat  dari  kayu  biasa  (bukan
Spring Bed) maka ketika tempat  tidur  itu dipasang, dibawahnya ada suatu  ruangan yang biasa
disebut  “kolong”  atau orang Jawa bilang  “longan”. Ketika orang sedang membuat  balai  tempat
tidur  tadi, maka dia sama sekali  tidak merencanakan untuk membuat  kolong atau  longan  tadi.
Tetapi setelah  tempat  tidur  itu dipasang maka mau  tidak mau  longan atau kolong  itu pasti  jadi
dengan  sendirinya.  Dan  kalau  tempat  tidur  itu  dibongkar  maka  longan  tadi  pun  akan  hilang
dengan sendirinya.  
I lustrasi  ini  seperti  halnya  langit  tadi.  Ketika  dulunya  semesta  raya  ini  belum  ada  yang  ada
hanyalah  kekosongan,  dan  tidak  ada  yang  namanya  langit.  Tetapi  setelah  Allah menciptakan
seluruh  bintang  dan  planet-planet  itu maka muncullah  yang  namanya  langit  tadi.  Akan  tetapi
kalau nantinya Allah menggulung semua benda-benda angkasa itu maka yang disebut  langit  itu
akan  lenyap dengan  sendirinya. Maka Allah  tidak pernah menciptakan  langit,  karena  langit  itu
ada  dengan  sendirinya.  Demikian  juga  orang  yang  membuat  tempat  tidur  tadi  tidak  pernah
membuat  longan  tetapi  jadi  dengan  sendirinya  ketika  tempat  tidur  itu  dipasang.  I tulah
gambarannya langit menurut logika dan juga menurut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.  
Berdasarkan keterangan para ahli astronomi/ahli ruang angkasa bahwa langit Bumi  ini saja ada
tiga lapis: 

Lapisan s.d. 11 mil di atas Bumi disebut TROPOSFIR/ATMOSFIR. 

Lapisan 11 s.d. 300 mil di atas Bumi disebut STRATOSFIR 

Lapisan di atas 300 mil disebut : IONOSFIR.  
Kesemuanya  itu disebut  dengan  “LANGIT”  yang menurut  Al Qur’an disebut  :  SAMA’. Sekiranya
orang  mau  memperhatikan  Ayat-ayat  Al  Qur’an  maka  masing-masing  istilah  Sama’  ternyata
mempunyai  arti  yang  berbeda  satu  sama  lain.  Tetapi  dalam  memahami  pengertian  ini
hendaknya dengan kejernihan hati, sehingga pikiran menjadi tenang.  
Surat Al-An’am (6) ayat 99 :

Artinya : 
DIA-lah yang menurunkan air (hujan) dari sama’ (atmosfir) lalu Kami keluarkan dengannya tetumbuhan….   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….8
Surat Al-Baqoroh (2) ayat 29: 

Artinya : 
DIA-lah yang menciptakan untukmu apa-apa di Bumi semuanya, kemudian menyelesaikan atas sama’ (Tata Surya)  lalu
DIA sempurnakan tujuh samawat (planet-planet) dan DIA mengetahui tiap sesuatu.  
Surat An-Nahl (16) ayat 79: 

Artinya :
Tidaklah mereka memperhatikan  pada yang melayang  diedarkan  pada kekosongan  angkasa  (yaitu Tata Surya),  tiada
yang menahan kecuali DIA (ALLAH). Bahwa pada yang demikian merupakan Ayat bagi kaum yang beriman.  
Surat Al-Furqon (25) ayat 25 :

Artinya : 
Dan pada hari terpecah sama’ (Tata Surya) dengan bencana besar dan diturunkan Malaikat dengan turunnya.  
Surat Fushilat (41) ayat 11 : 

Artinya :
Kemudian menyelesaikan atas sama’  (Tata Surya)  dan dia berupa gumpalan api  (waktu  itu)  lalu DIA katakan padanya
(sama’)  dan pada Bumi, datanglah  (berfungsilah)  secara patuh atau  terpaksa. Keduanya berkata:  “kami datang secara
patuh (berfungsi menurut orbitnya masing-masing).  
Kalau diperhatikan, maka sama’ mempunyai berbagai arti: 

Sama’ bisa berarti atmosfir

Sama’ bisa berarti Tata Surya

Sama’ bisa berarti semesta raya ini 

Sama’ bisa berarti angkasa / langit.  
Kalau kita perhatikan dengan seksama maka : 

Surat  Al-An’am  (6)  ayat  99,   menyatakan bahwa hujan diturunkan dari sama’, maka dia
pasti turun dari atmosfir. Karena tidak mungkin hujan itu turun dari stratosfir apalagi dari
ionosfir.   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….9

Surat  Al-Baqoroh  (2)  ayat  29  dinyatakan  bahwa Bumi  ini  banyak  dengan  istilah  “Ardhu
jami’an”  (Bumi  semuanya),  sebab  kalau  Bumi  hanya  satu  tidak  mungkin  dikatakan
semuanya.  Kemudian  dinyatakan  diselesaikan  atas  sama’  berarti  Bumi  yang  jumlahnya
banyak  itu  menjadi  satu  susunan  sama’  yang  mestilah  satu  Tata  Surya,  dengan
keterangan ada tujuh Samawat (planet-planet) di atas Bumi ini. Maka sama’ pada ayat ini
berarti adalah Tata Surya. 

Surat  An-Nahl  (16)  ayat  79  yang menyatakan  benda  yang melayang  pada  kekosongan
angkasa  berarti  adalah  seluruh  benda-benda  angkasa  atau  Tata  Surya  itu  memang
melayang  yang  diedarkan  pada  kekosongan  angkasa berarti  di  semesta  raya  itu, maka
sama’ disini adalah semesta raya. 

Surat  Al-Furqon  (25)  ayat  25 menyatakan  :  “Pada hari  terpecah  sama’ dengan bencana
besar,  …..  maka  sama’  pada  Ayat  tersebut  tidak  mungkin  diartikan  “langit”  yang
terpecah,  tapi  yang  terpecah adalah Tata Surya  itu. Yaitu pada saat  terjadinya bencana
besar  (kehancuran  total) maka seluruh Tata Surya  itu  akan  terpecah  susunannya,  tidak
beraturan karena adanya benturan dan goncangan yang sangat dahsyat waktu  itu. Maka
seluruh Tata Surya akan  tidak berfungsi  sebagaimana mestinya akibat  adanya benturan
dan goncangan tadi, semuanya menjadi kacau balau, terpecah dan tidak teratur. 

Surat  Fushilat  (41)  ayat  11,  Allah  menyelesaikan  Sama’  yang  berupa  gumpalan  api
(dukhonun)  waktu  itu.  Hal  ini  lebih  jelas  lagi  bahwa  langit  tidak  mungkin  berupa
gumpalan  api,  karena  yang  namanya  gumpalan  api  pastilah  benda  kongkret. Maka  dia
adalah  Tata  Surya  yang  memang  wajar  pada  putaran  pertama  berupa  gumpalan  api
(2000  tahun  pertama)  dan  kemudian  mendingin  setelah  4  hari  atau  4000  tahun
kemudian, setelah  itu berfungsi sebagaimana mestinya, maka Tata Surya termasuk Bumi
ini  berproses selama 6 hari  (fii  sittati  ayyam)  (lihat  petunjuk Allah  pada surat  Hud  (11)
ayat 7, dan surat As-Sajdah (32) ayat 4-5). 
Lalu  kenapa  Samawat  diartikan  planet-planet?  Padahal  Samawat  adalah  bentuk  jamak  dari
sama’.  Sudah  dijelaskan  didepan  bahwa  memang  sama’  tidak  selalu  berarti  langit,  tetapi
ternyata mempunyai beberapa arti. Tetapi Samawat memang seharusnya berarti planet-planet. 
Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat Ayat berikut ini :  
Surat At-Tholaaq (65) ayat 12 : 

Artinya : 
Allah  yang menciptakan  tujuh Samawat,  dan dari Bumi  ini  permisalannya  (persamaannya). Akan  naik  turun  (simpang
siur) urusan antara keduanya (Samawat dan Ardh) agar kamu ketahui bahwa Allah menentukan  tiap sesuatu dan Allah
sungguh menguasai ilmu tiap sesuatu. 
Surat Al-Mu’minun (23) ayat 17 : 

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami  telah menciptakan di atas kamu  tujuh buah  jalan dan Kami  tidaklah  lengah  terhadap ciptaan
(Kami). 
Ayat  tersebut  sebenarnya  cukup  jelas  bahwa  Allah  menciptakan  Samawat,  berarti  yang
diciptakan  Allah  adalah  benda  kongkrit.  Sebagaimana  tersebut  di  atas bahwa  yang  namanya Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….10
langit  itu  tidak  pernah  diciptakan,  tetapi  jadi  hanya  sebagai  akibat  adanya  benda-benda
angkasa itu. 
Kemudian pada ayat  tersebut  selanjutnya menjelaskan bahwa Samawat  itu semisal atau sama
dengan Bumi  ini. Maka kini  jelas bahwa yang semisal dengan Bumi pastilah bukan  langit  tetapi
adalah  planet-planet  itu.  Oleh  karena  itu maka  pengertian  Samawat  adalah memang  planet-
planet dan bukan langit-langit (periksa kembali Surat/Ayat : 65/12).  
Selanjutnya diterangkan bahwa akan naik  turun atau simpang siur antara Samawat  dan Bumi,
maksudnya  adalah  bahwa  di  masa  mendatang  setelah  perkembangan  Teknologi  sudah
mencapai  puncaknya  maka  masyarakat  yang  ada  di  Samawat  (planet-planet  itu)  akan
berurusan dengan masyarakat  yang ada di Bumi  ini  tentang berbagai  hal, mungkin hubungan
dagang, mungkin hubungan antar agama, mungkin juga perang.  
Selama  ini  hampir  sebagian  besar  orang-orang  Islam  beranggapan  bahwa Samawat  memang
artinya  langit,  sehingga  Allah  menciptakan  langit  itu  berlapis  tujuh.  Namun  kenyataannya
bahwa langit lapis tujuh itu sampai saat ini tidak pernah diketemukan, dimanakah dia?  
Maka keterangan yang seperti itu menjadikan para ilmuwan Barat tidak akan bisa mempercayai,
karena memang  langit  yang  lapis tujuh  itu  tidak ada. Kalaupun dicari pasti  tidak akan ketemu.
Dikatakan  berulang  kali  bahwa Al Qur’an  itu  diturunkan  oleh Allah  itu memang  sengaja untuk
memberikan petunjuk  kepada manusia  tentang berbagai persoalan,  baik menyangkut masalah
ibadah maupun  tentang  ilmu pengetahuan dan  tekhnologi. Kalau  ternyata ayat Al Qur’an  tidak
bisa  dipahami  menurut  akal  maupun  ilmu  pengetahuan  dan  misalnya  langit  itu  belum
diketemukan  atau mungkin  dianggap  dirahasiakan  Allah,  untuk  apa Al Qur’an  itu  diturunkan?
Padahal  sesungguhnya  langit  itu memang  benar-benar  awang-awang  kosong  dan  Allah  tidak
pernah menciptakan langit tetapi yang diciptakan adalah benda kongkrit yang kemudian muncul
akibat  lain  yang melengkapi  ciptaan Allah  itu, misalnya  langit  tadi.  Karena  itu  yang  dimaksud
dengan  jalan  pada  Surat/Ayat  :  23/17  adalah  “garis  orbit”  yang  dilalui  oleh  samawat  atau
planet-planet itu. 
Untuk melengkapi keterangan tersebut selanjutnya perhatikan petunjuk Allah berikut :  
Surat Nuh (71) ayat 15-16 : 

Artinya :
Tidakkah  engkau  perhatikan,  betapa  Allah  menciptakan  tujuh  Samawat  bertingkat-tingkat.   Dan  DIA  jadikan  Bulan-
Bulan padanya ada cahaya, dan DIA jadikan Surya itu sebagai pelita. 
Surat An-Naba’  (78) ayat 12-13 :

Artinya :
Dan Kami bangun di atasmu tujuh (planet) yang kokoh. Dan kami jadikan pelita (Surya) sebagai pusat jatuh.  
Kalau kita perhatikan pada Surat Nuh  (71) ayat  15   dinyatakan bahwa Allah  telah menciptakan
tujuh  Samawat  itu  bertingkat-tingkat.  Memang  keadaan  planet-planet  itu  bertingkat-tingkat
menurut  garis  orbitnya  masing-masing.   Kemudian  pada  ayat  16  dinyatakan  DIA  jadikan
BULAN-BULAN padanya (fiihinna) berarti Bulannya banyak, padahal Bulan yang ada di Bumi  ini Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….11
hanyalah satu. Maka Bulan yang  lain adalah Bulan dari masing-masing planet  itu,  karena tidak
mungkin langit memiliki Bulan atau dikitari Bulan, karena itu yang dikitari Bulan pastilah planet-
planet itu.  
Selanjutnya  perhatikan  pada  Surat  An-Naba’   (78)  ayat  12  yang  menyatakan  bahwa  Allah
membangun  di  atas Bumi  ini  tujuh  yang  kokoh  (kuat), maka  dia adalah  benda  kongkrit,  dan
tidak mungkin Allah membangun langit dan juga tidak mungkin langit keadaannya kokoh (kuat)
seperti  Bumi  atau  planet-planet  itu.  Kemudian  Ayat  13  dinyatakan  bahwa  pelita  (Surya)  itu
sebagai pusat  jatuh, artinya bahwa planet-planet  itu beredar mengelilingi Surya atau pelita itu,
karena  itu  tidak  mungkin  langit  beredar  mengelilingi  bintang  atau  dalam  Tata  Surya  kita  ini
adalah Surya maka dia adalah planet bukan langit.  
Sebenarnya sudah banyak hal yang ditunjukkan Allah kepada kita khususnya umat  Islam dalam
Kitab Suci Al Qur’an, namun karena kita kurang membuka hati dan menenangkan pikiran maka
akibatnya  kalau  ada  informasi  yang  tidak  sama  dengan  pikirannya  sendiri  lantas  dianggap
salah.  Sayangnya dalam menyalahkan  itupun  orang  tidak mau peduli,  tidak mau melihat  dulu
apakah  benar  hal  itu  salah.  Bagaimana  orang  bisa  menyalahkan  kalau  belum  mengetahui
keadaan  yang  sebenarnya? Padahal  sesuatu  yang  tidak  sama  dengan  yang  sudah  ada  tidak
selamanya mutlak  salah. Maka  dari  itu marilah  kita membuka  hati  dan menenangkan  pikiran
agar kita memperoleh pengertian yang sewajarnya dan tidak akan menyesal di kemudian hari.  
Sebenarnya  banyak  istilah  “Samawat”  yang memang  berarti  “planet-planet”  bukanlah  “langit-
langit”  sebab  kalau Samawat  diartikan  langit  akan  sulit  untuk  dipahami  (perhatikan  ayat-ayat
petunjuk Allah dalam Surat Ali-Imron (3) ayat 83, An-Nahl (16) ayat 49, Az-Zumar  (39) ayat 68
dan masih banyak yang lainnya).  
Surat Ali-Imron (3) ayat 83 :
Artinya :
Apakah selain Agama Allah yang mereka cari ? Padalah bagiNya telah Islam orang-orang di Samawat dan Bumi dengan
patuh dan terpaksa. Dan kepada-Nya mereka dikembalikan. 
Surat An-Nahl (16) ayat 49 :  

Artinya :
Dan  bagi  Allah  sujud  apa-apa  yang  ada  di  Samawat  dan  apa-apa  yang  ada  di  Bumi  dari  Dabbah  dan Malaikat  dan
mereka tidak menyombong. 
Surat Az-Zumar (39) ayat 68 :  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….12

Artinya :
Dan ditiupkan pada SUUR, maka matilah orang-orang di Samawat  dan orang-orang di Bumi  kecuali  yang dikehendaki
Allah, kemudian ditiupkan padanya yang lain, dan ketika itu mereka berdiri menantikan.  
Pada surat Ali-Imron (3) ayat 83 Allah  telah menyatakan bahwa   telah  Islam orang-orang yang
di  Samawat  dan  orang-orang  yang  di  Bumi  dengan  patuh  dan  terpaksa.  Kalau  Samawat
diartikan  dengan  langit,  maka  bagaimana  orang  bisa  hidup  di  langit,  dimana  kakinya  harus
berpijak  untuk  berjalan,  maka  Samawat  mestilah  planet-planet  itu.  Jika  orang  suka
memperhatikan  Ayat-ayat  Al  Qur’an  secara  cermat  dan  hati-hati,  maka  akan  banyak  ditemui
Ayat yang menerangkan “Ardhu” yang didahului “Samawat”.  
Oleh  karena  itu  pastilah  ada  hubungan  arti  antara Samawat  dan  Bumi,  maka  tepatlah  kalau
Samawat  itu  adalah  planet-planet  yang  semisal  atau  sama  dengan  Bumi   sebagaimana
dimaksudkan pada Surat At-Tholaaq (65) ayat 12.  
Dari  keterangan  beberapa  ayat  tersebut,  maka  diperoleh  pengertian  bahwa  sesungguhnya
memang  benar  bahwa  Samawat  itu  adalah  planet-planet  dan  bukan  langit.  Di  planet-planet
selain  Bumi  yang  disebutkan  Samawat  tadi  ternyata  telah  berkembang  masyarakat  manusia
yang kondisinya sama dengan yang ada di Bumi sebagaimana yang diterangkan menurut Surat
Ali-Imron  (3) Ayat 83.  
Jadi sudah cukup jelas Ayat-ayat  tersebut, oleh karena itu apakah kita masih akan berdalih dan
mendasarkan laporan dari ahli ruang angkasa dari Amerika?  
Semua  itu  berpulang  kepada  hati  nurani  kita masing-masing,  maka  otak  memang  tugasnya
suka berdalih, suka membantah, suka menyanggah, dan bersikap arogan. Tetapi hati nurani itu
sebenarnya  jernih  dan  lugu,  mau menerima  kebenaran.  Karena  itu  bukalah  hati  nurani  agar
mau menerima kebenaran tanpa disanggah oleh pikirannya sendiri.   
Ad.3. DABBAH  
Kalau  kita  memperhatikan  pada  terjemahan  Al  Qur’an  bahwa  “dabbah”  diartikan  “binatang
melata”.  Memang  sepertinya  banyak  ayat-ayat  Al  Qur’an  yang  sulit  diterjemahkan  ke  dalam
Bahasa  Indonesia  dengan  tepat  benar.  Terbukti  banyak  ayat-ayat  yang  dari  masing-masing
penterjemah  memberikan  arti  yang  berbeda  satu  sama  lainnya.  Hal  demikian  menandakan
bahwa  bahasa  Al  Qur’an  memang  tidak  sama  persis  dengan  bahasa  Arab  biasa.  Al  Qur’an
merupakan wahyu  sudah pasti  punya gaya bahasa yang  sangat  khas dan  punya nilai  estetika
yang tinggi pula.  
Seperti kita ketahui bahwa Al Qur’an merupakan petunjuk dan diberikan keterangan dari semua
petunjuk  itu.  Padahal  keterangan  tentang  petunjuk  itu  ada  dalam  Al Qur’an.  Oleh  karena  itu
kalau memang  ada  istilah  atau  kata-kata  yang  sulit  dipahami menurut  kaidah-kaidah  bahasa
Arab,  maka  sebaiknya  dicari  keterangannya  yaitu  Ayat  lain  yang  berhubungan  dengan  istilah
yang  sama  yang  saling menerangkan,  maka  disana  akan  ketemu  persoalan  yang  dicari  atau
yang ditanyakan.   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….13
Kalau  diperhatikan  dengan  teliti  bahwa  sesungguhnya  dabbah  itu  bukan  hanya  binatang
melata,  tetapi  termasuk  di  dalamnya  binatang  yang  berkaki  bahkan  termasuk  juga manusia.
Untuk  mendapatkan  pengertian  dabbah  yang  sebenarnya,  perlu  dihubungkan  beberapa  ayat
dalam  Al  Qur’an  yang  mengandung  dabbah,  maka  dia  akan  saling  menerangkan  tentang
pengertian  dabbah  itu  sendiri  secara  jelas.  Kalau  pemahaman  tentang  sesuatu  hanya dengan
satu ayat  terpisah, maka pengertiannya tidak bisa utuh, karena jarang Al Qur’an menerangkan
sesuatu  hanya  dengan  satu  ayat  yang  berdiri  sendiri,  tetapi  harus dihubungkan  dengan  ayat
lain yang berhubungan.  
Memang  ada  juga  ayat  yang  sudah  jelas  tanpa  penjelasan  misalnya  ayat-ayat  muhkamat,
namun biasanya hal-hal yang berkaitan dengan  ilmu pengetahuan atau ayat mutasabihat harus
merangkaikan beberapa ayat  yang saling menerangkan. Sebagai bahan kaj ian  tentang dabbah
maka perhatikan petunjuk Allah  berikut:  
Surat As-Syuuro (42) ayat 29 oleh Departemen Agama Pelita III/81-82: 

Artinya :
Dan  diantara Ayat-ayat  (tanda-tanda  kekuasaan)Nya  ialah menciptakan  langit  dan  Bumi  dan makhluk-makhluk  yang
melata yang DIA sebarkan pada keduanya. Dan DIA maha kuasa mengumpulkan apabila dikehendakiNYA.  
Dalam Ayat  tersebut  yang diterjemahkan  “makhluk-makhluk  yang melata”  adalah Ayat  aslinya
berbunyi “dabbah”. Sementara yang lainnya diartikan “binatang melata”.  
Perhatikan Terjemahan pada Ayat yang sama yaitu:  
Proff. H. Mahmud Yunus, penerbit PT.  Al Ma‘Arif Bandung:  
Diantara ayat-ayat  (tanda-tanda)  Allah,  ialah  kejadian  langit  dan Bumi  dan  apa-apa  yang  bertebaran  pada  keduanya
diantara  binatang-binatang  (apa-apa  yang  melata  di  muka  Bumi).  DIA  maha  kuasa  menghimpunkan  mereka  bila
dikehendaki-Nya.  
Jadi istilah dabbah diartikan binatang melata. Tapi perlu diketahui bahwa kalau binatang melata
bisa hidup di Samawat itu, maka manusiapun seharusnya juga bisa hidup.  
Berdasarkan pengkajian sebaiknya Ayat tersebut berarti:  
Dan  dari  Ayat-ayatNya  ialah  penciptaan  Samawat  (planet-planet)  dan  Bumi,  serta  yang  DIA  kembang  biakkan  pada
keduanya (Samawat dan Bumi) dari dabbah (makhluk berjiwa) dan DIA atas pengumpulan ketika DIA kehendaki adalah
menentukan.  
Kalau  orang mau memperhatikan  dengan  teliti, maka  sesungguhnya dabbah  itu  bukan  hanya
binatang  melata  saja,  tetapi  termasuk  binatang  lain  yang  tidak  melata  yaitu  yang  berkaki
termasuk di dalamnya adalah manusia.  
Oleh karena itu yang ditebarkan atau dikembangkanbiakkan di Samawat  (planet-planet) dan di
Bumi  ini  terdiri  makhluk  yang  berj iwa  termasuk  di  dalamnya  manusia  itu  sendiri.  Dengan
demikian  maka  jelas  bahwa  di  planet-planet  itu  pun  telah  berkembang  masyarakat  manusia
seperti  halnya  yang  ada  di  Bumi  ini.  Berikut  ini  Ayat  yang  menjelaskan  tentang  pengertian
“dabbah”.  
Surat An-Nuur (24) ayat 45 :  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….14
   
Artinya :
Allah  menciptakan  setiap  dabbah  dari  Alma’i.  Diantara  mereka  (dabbah)  itu  ada  yang  berjalan  atas  perutnya,  dan
diantara  mereka  ada  yang  berjalan  atas  dua  kaki,  dan  diantara  mereka  ada  yang  berjalan  atas  empat  kaki.  Allah
menciptakan yang DIA kehendaki dan sesungguhnya Allah menentukan atas tiap sesuatu.  
Surat Al-Anfal (8) ayat 22 : 

Artinya :
Bahwa sejahat-jahat dabbah pada Allah adalah orang-orang pekak dan tuli dan mereka tidak berpikir.  
Surat Al-Anfal (8) ayat 55 : 

Artinya :
Bahwa sejahat-jahat dabbah pada Allah adalah orang-orang kafir dan mereka tidak beriman.  
Kalau  kita  perhatikan   surat  An-Nuur  (24)  ayat  45,  cukup  jelas  dan  tegas  bahwa  diantara
dabbah  itu  ada  yang  berjalan  atas  perutnya  (ular,  buaya,  cecak,  kadal  dan  lain-lain),  dan
diantara dabbah itu juga ada yang berjalan atas dua kaki (ayam, bebek, MANUSIA dan lain-lain)
dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki (kerbau, sapi, kambing, unta dan lain-lain). Jadi
jelaslah  bahwa  yang  dimaksud  dengan  dabbah  bukanlah  hanya  binatang  melata,  tetapi
termasuk manusia dan binatang berkaki lainnya.  
Pada  Surat  Al-Anfal  (8)  ayat  22  dan  55,  menyatakan  bahwa  sejahat-jahat  dabbah  menurut
pandangan Allah adalah orang-orang pekak,  kafir,  tidak berpikir dan  tidak beriman.  Jelas yang
dimaksud  disini  adalah  manusia,  bukan  binatang  melata,  karena  memang  semua  binatang
melata  tidak bisa berpikir  apalagi beriman.  Inilah yang dimaksud dengan pemahaman  tentang
suatu  istilah  dalam  ayat  Al  Qur’an.  Kalau  dalam  memahami  istilah  dalam  ayat  kurang  tepat
apalagi  kalau  salah,  maka  arti  dan  kedengarannya  pun  janggal,  tidak  ratio,  tidak  bisa
dimengerti oleh semua orang, akibatnya sasaran yang dimaksudkan pun tidak tepat.  
Jelaslah  kiranya  bahwa  yang  dimaksud  dabbah  adalah makhluk  berj iwa  (makhluk  bernyawa)
termasuk  MANUSIA.  Dengan  begitu  didapatkan  kunci  dan  petunjuk  yang  diperoleh  dari
pengertian  beberapa  ayat  yang  saling menjelaskan  bahwa  di  planet  lain  selain  Bumi  ini  juga
bermasyarakat manusia dan  juga berkembang biak berbagai binatang  termasuk  juga binatang
melata tadi.   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….15
Jika  sekiranya  yang  dimaksud  “dabbah”  itu  adalah  binatang melata,  dan  bisa hidup  di  planet
(Samawat)  itu, maka mestinya makhluk  lain  termasuk manusia  juga bisa hidup disana,  karena
mereka  sama-sama  bernapas  dengan  paru-paru,  yang  berarti  disana  ada  oksigen  untuk
bernapas binatang melata itu.  
Akan  tetapi  kalau  istilah  “dabbah”  itu  diartikan  binatang  melata,  maka  berarti  bertentangan
dengan maksud petunjuk Allah pada surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55 serta surat An-Nuur  (24)
ayat  25. Maka dari  itu  dabbah  bukanlah  hanya binatang melata  tapi  termasuk  juga manusia.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah manusianya juga sama dengan manusia yang ada di Bumi
ini?  
Jawabnya adalah: sama, dan memang benar sama.  
Coba perhatikan semua manusia yang ada di muka Bumi  ini apakah yang ada di Amerika, Arab
Saudi,  Jepang,  Inggris  di  Indonesia  semuanya  mempunyai  naluri  yang  sama.  Hanya  saja
berbeda  bahasa,  warna  kulit,  adat  istiadat  dan  yang  lainnya  karena  sangat  dipengaruhi  oleh
berbagai  faktor  yang memang  juga berbeda, misalnya  faktor  iklim,  lingkungan dan sebagainya
tetapi pada dasarnya mereka mempunyai naluri yang sama dengan kita yang di Indonesia.  
Selama ini orang-orang Barat membuat imajinasi bahwa seolah-olah manusia dari planet lain itu
seram, menakutkan dan mengerikan, padahal semua itu hanyalah dugaan  tanpa menggunakan
dalil dan petunjuk.  
Jika  orang  sudi memperhatikan  ayat-ayat  Al Qur’an  yang  berkaitan  dengan  sejarah manusia,
maka akan diketahuilah bahwa manusia di planet  lain  itu sama dengan kita  ini. Mereka  terdiri
dari  berbagai  bangsa,  bahasa dan warna kulit,  ada yang  Islam  ada yang  kafir,  ada yang baik
ada  pula  yang  jahat,  ada  yang  pintar  ada  pula  yang  bodoh,  karena  mereka  semua  adalah
berasal dari diri yang satu yang merupakan satu garis keturunan dengan semua manusia yang
ada di wilayah Tata Surya kita  ini. Sementara orang boleh saja  tidak percaya,  tetapi Al Qur’an
datang  dari  Allah  pasti  benar  100  persen.  Jika  orang  masih  juga  ngotot  bahwa  dalam
penganalisaan  ini  tidak  benar,  maka  silahkan  diadakan  koreksi  agar  dengan  begitu
persoalannya menjadi jelas.  
Memang  selama   ini  orang  beranggapan  bahwa  kehidupan manusia  itu  hanyalah  di  Bumi  ini
saja,  padahal  sebenarnya  Bumi  ini  hanyalah  sebuah  planet  kecil  j ika  dibandingkan  dengan
Yupiter  yang   besarnya  318  kali  besar  Bumi  ini,  untuk  apa  semua  itu  diciptakan  Allah  kalau
dibiarkan  kosong  tanpa  penghuni? Kalau  diperhatikan  dengan  cermat,  Al  Qur’an menyatakan
bahwa Bumi itu banyak dan Bumi ini juga disebut planet. Perhatikan petunjuk Allah berikut ini:  
Surat Az-Zumaar (39) ayat 67 : 

Artinya :
Dan  mereka  tidak  menentukan  (tentang  Hukum)  Allah  dengan  ketentuan  yang  haq  (logis),  sedangkan  Bumi-Bumi
semuanya adalah pemadatannya pada hari kiamat. Dan Samawat  (planet-planet)  itu berputar dengan  tata hukumNya.
Maha suci DIA dan Maha Tinggi tentang apa yang mereka sekutukan.  
Dari  keterangan  ayat  tersebut  sangatlah  jelas bahwa Bumi  ini  banyak  (Ardhu  Jami’an)  berarti
dia  lebih  dari  satu  sehingga benarlah  bahwa keadaan  planet-planet  itu  sama dengan Bumi  ini
(lihat  Surat  At-Tholaaq   (65)  ayat  12  dan  Al-Baqoroh  (2)  ayat  29).  Sebagai  pembanding
perhatikan ayat berikut ini : Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….16

Surat Al-Hadiid (57) ayat 21 : 

Artinya :
Berlombalah kepada ampunan Tuhanmu, dan sorga seluas BUMI ANGKASA dan BUMI  ini disediakan untuk orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasulnya.  I tulah karunia yang diberikan kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah
memiliki karunia yang besar.  
Ayat  tersebut  menerangkan  adanya  Bumi  angkasa,  maka  dia  adalah  planet-planet  itu  yang
keadaannya  disamakan  dengan  keadaan  Bumi  ini.  I tulah  penjelasan  Al  Qur’an  yang
membutuhkan  pemikiran  secara  cermat  dan  hati-hati  untuk  mendapatkan  pengertian  yang
sewajarnya serta sejalan dengan keadaan yang berlaku di alam sekitar kita. 
Dengan  begitu  hendaklah  orang  lebih  giat  mengadakan  pengkajian  yang  sebenarnya,  bukan
membaca  secara  tradisional  tanpa mengetahui  arti  yang  dibaca  sehingga  orang  hanya  dibius
dan  dipesona  dengan  iming-iming  PAHALA  tanpa  mengetahui  apa  sebenarnya  pahala  yang
dimaksud itu. 
Coba perhatikan dengan kepala dingin dan hati yang jernih, pada beberapa ayat Al Qur’an yang
menerangkan  tentang Surga. Dinyatakan bahwa surga  itu  luasnya sama dengan  luasnya Bumi
angkasa  dan  Bumi  ini,  sedangkan  semua  surga  itu  diciptakan  Allah  pastilah  untuk  ditempati
atau  disediakan  bagi  orang-orang  Muttaqin  (perhatikan  Surat  Al-Hadid  (57)  ayat  21  di  atas
tadi). Selanjutnya perhatikanlah Ayat berikut ini dengan teliti:  
Surat Ali-Imron (3) ayat 133:

Artinya :
Bersegeralah  kepada  ampunan  Tuhanmu  dan  Sorga  seluas Samawat  (planet-planet)  dan  Bumi  ini,  disediakan  untuk
orang-orang Muttaqin.  
Allah menyatakan bahwa Sorga itu luasnya sama dengan Samawat dan Bumi ini. Jika sekiranya
masyarakat manusia  itu hanya ada di Bumi  ini  saja,  lantas siapa yang akan menempati  surga
yang luas sama dengan Samawat tadi, untuk apa Allah menciptakan semuanya itu?  
Perlu diketahui bahwa di semesta raya ini jumlah Samawat  itu milyaran dan tidak bisa dihitung.
Setiap  bintang  itu  adalah  satu  SOLAR SISTEM  yang  masing-masing  bintang  itu  dikitari  oleh
planet-planet  seperti  halnya  Surya  kita  yang  juga  dikitari  oleh  planet-planet,  dengan  istilah
Samawat.  Padahal  semuanya  itu  nantinya   merupakan  jumlah  dan  ukuran  sorga  di  Akhirat,
sedangkan kita ini berada pada bagian dari Solar System tadi yaitu Bumi, sedangkan Tata Surya
kita ini hanyalah bagian kecil dari Bima Sakti dengan istilah gugus Bima sakti.   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….17
Kalau kita memperhatikan susunan Tata Surya kita yang planetnya sebenarnya ada 10 planet,
tapi baru 9 yang diketahui oleh manusia Bumi.  I tu semua pertanda bahwa sebenarnya kita  ini
belum apa-apa jika dipandang dari segi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 
Ada  dua  planet  yang  lebih  besar  dari  Bumi  yang  kita  diami  ini  yaitu  yang  ada  di  atas Mars,
orang menamakan Yupiter dan Saturnus. Menurut  penelitian para ahli atronomi bahwa Yupiter
itu  besarnya  sama  dengan  318  kali  besar  Bumi  dan  Saturnus  95  kali  besar  Bumi  kita  ini. 
Dinyatakan  juga  bahwa  Yupiter  memiliki  Bulan  jumlahnya  12,  dan  Saturnus  ada  9  buah.
Dengan begitu sudah bisa dibayangkan bahwa keberadaan kedua planet  itu sama dengan Bumi
ini  hanya  dia  lebih  besar.  Maka  wajarlah  kalau  Bulan  yang  bertindak  sebagai  satelitnya
jumlahnya banyak,  sebab  kalau Bulannya hanya  satu mungkin  tidak  akan mencukupi wilayah
yang  sangat  luas  itu.  Lalu  untuk  apa  semua  itu  diciptakan Allah  kalau  sekiranya  disana  tidak
ada penghuninya dan dibiarkan kosong? Rasanya sangat janggal dan tidak logis.
Lagi  pula  bahwa  surga  di  Akhirat  nanti  merupakan  penyempurnaan  dan  jumlahnya  sama
dengan semua planet yang ada di dunia atau di semesta raya ini. Maka benarlah pernyataan Al
Qur’an   kalau  di  setiap  planet  itu  berpenduduk  manusia  seperti  halnya  di  planet  Bumi  ini.
Demikian  itu adalah petunjuk Allah yang ada dalam Kitab Suci Al Qur’an dan memang sejalan
dengan  I lmu  Pengetahuan  serta  cocok  dengan  keadaan  yang  berlaku  dan  pemikiran  secara
wajar.  
Apakah  dengan  penjelasan  yang  logis  seperti  itu  orang  masih  akan  berusaha  menolak  dan
menyanggah, maka semua  itu  kembali  kepada hati  kita masing-masing. Kalau orang meyakini
bahwa Al Qur’an itu merupakan petunjuk hidup bagi manusia baik tentang hukum maupun Ilmu
Pengetahuan  dan  Teknologi,  seharusnya  kalau  kita mendapatkan  informasi  tentang  Al  Quran
mengenai  sesuatu  yang   dianggap  tidak  sama  dengan  pemahaman  yang  selama  ini  kita
peroleh,  justru  merupakan  bahan  pemikiran  baru  agar  kita  meneliti  lebih  jauh  lagi  agar
memperoleh  pengertian  yang  sebenarnya,  dengan  begitu  kita  akan  senantiasa  maju  dan
berkembang.  
Kenapa  planet-planet  itu  disebut  “Samawat”  karena  memang  dia  posisinya  selalu  kelihatan
diatas  dipandang  dari manapun.  Dan  planet-planet  yang menjadi  “langit”nya Bumi  Al  Qur’an
menyatakan ada 7 (tujuh). Planet yang berada di atas orbit Bumi mestinya ada 7 (tujuh) yaitu :
Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Sampai di Pluto baru ada 6 planet di atas
Bumi maka mestinya masih ada satu  lagi  tetapi sarjana Bumi belum menemukan.  (lihat   Surat
At-Tholaaq (65)   Ayat 12). Untuk memperjelas dan memantapkan pengertian, maka perhatikan
ayat berikut:  
Surat Al-Mu’minun (23) ayat 17: 

Artinya :
Dan sungguh telah Kami Ciptakan diatas kamu (diatas Bumi)  tujuh (7)  jalan, dan tidaklah kami lengah tentang ciptaan-
Ku itu.  
Ayat  ini  memperkuat  keterangan  Surat  At-Tholaaq  (65)   Ayat  12  yang  menyatakan  bahwa
diatas Bumi  ini Allah menciptakan  tujuh  jalan,  artinya  jalan  di  ruang angkasa yang  terletak di
atas  Bumi  pastilah  di  wilayah  Tata  Surya  kita  juga,  karena  yang  diberi  petunjuk  itu  adalah
manusia Bumi.  
Maka  jalan  yang dimaksud adalah  “GARIS ORBIT”  yaitu  jalan  yang dilalui  oleh Samawat  yang
jumlahnya  juga  ada  tujuh.  Semakin  jelas  bukan,  bahwa memang  benar  Samawat  itu  adalah
planet-planet yang jumlahnya di atas Bumi ada tujuh. Maka oleh sebab itu pastilah diatas Pluto
masih ada satu dan kita sudah diberi tahu tinggal mencari dan meneliti.  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….18

Berdasarkan penelitian dan analisa bahwa planet  yang ke 7 di atas Bumi adalah yang menurut
Al Qur’an dinamakan dengan  “SIDRATUL MUNTAHA”.  I tulah  kiranya planet  sangat  besar  yang
berada  di  urutan  ketujuh  di  atas  Bumi.  Maka  kini  lengkaplah  bahwa  planet  yang  menjadi
langitnya Bumi ada  tujuh. Sedangkan Venus dan Mercury bukanlah merupakan  langitnya Bumi
karena dia berada di bawah orbit Bumi. Perhatikan  Surat Thohaa (20) ayat 6) berikut ini : 

Artinya :
Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di Samawat  dan apa-apa yang ada di Bumi dan apa yang   diantara keduanya dan
apa-apa yang ada di bawah Bumi (dibawah orbit Bumi) 
Berikut  ini  beberapa  ayat  Al  Qur’an  sebagai  bahan  penganalisaan  bahwa  di  setiap  planet
berpenduduk manusia seperti halnya di Bumi ini:  
Surat Al-Isro’ (17) ayat 55 :  

Artinya :
Dan Tuhanmu  lebih mengetahui siapa yang diSamawat  dan di Bumi, dan sungguh Kami kurniakan setengah Nabi atas
setengahnya, maka Kami datangkan zabur kepada Daud.  
Surat Al-A’roof (7) ayat 185 : 

Artinya :
Ttidakkah mereka perhatikan kerajaan di Samawat  dan di Bumi serta  tiap sesuatu ciptaan Allah? Mungkin  telah dekat
ajal (waktu) atas mereka, maka dengan Hadis mana lagi sesudahnya (AlQur’an) mereka akan beriman?  
Dari Ayat  tersebut  dapat  dipahami bahwa baik di Samawat maupun di Bumi  juga diutus Nabi-
Nabi yang menyampaikan wahyu Allah untuk masyarakat manusia. Karena Nabi  itu diutus oleh
Allah  yang  SATU,  maka  sudah  pasti  ajaran  yang  disampaikan  sama,  hanya  mungkin  saja
berbeda dalam bahasanya sesuai dengan masing-masing kaumnya. Kemudian dijelaskan bahwa
baik di Samawat maupun di Bumi ada kerajaan, maka pastilah rajanya adalah manusia, karena
tidak mungkin  binatang melata  itu  ada  rajanya  dan  diutus para Nabi.  Semakin  jelas bukan  ?
Selanjutnya perhatikan Ayat-ayat berikut ini dengan cermat:   Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….19
Surat As-Syuura (42) ayat 12 :  

Artinya :
KepunyaanNya  perbendaharaan  Samawat  dan  Bumi,  DIA  lapangkan  rezeki  bagi  siapa  yang  dikehendaki  dan
menyempitkannya. Bahwa DIA mengetahui atas tiap sesuatu.    
Surat Saba’  (34) ayat 22 :

Artinya
Katakan:  “panggilah  yang  kamu  katakan Tuhan  selain Allah, mereka  tidak memiliki  seberat  zaroh  (atom)  di Samawat
dan Bumi dan tiada sekutu bagi mereka pada keduanya (Samawat dan Ardh) dan tidak pula penolong selain DIA.  
Surat  An-Naml (27) ayat 25 : 

Artinya :
Apakah  tidak  sujud  kepada Allah  yang mengeluarkan  rahasia Samawat  dan  Bumi  serta mengetahui  apa  yang  kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.  
Dari  Ayat-ayat  tersebut  juga  bisa  dipahami  bahwa  Allah  memberikan  rezki  kepada  yang  di
Samawat  dan  Bumi  ini  terhadap  semua mahklukNya  yang  terdiri  dari  binatang  dari  berbagai
jenis  dan  juga  manusia  yang  ada  disana.  Lebih  jelas  lagi  pada  surat  Saba’   (34)  ayat  22 
dikatakan  ”tidak  ada  sekutu  bagi  mereka  pada  Samawat  dan  Bumi”,  padahal  yang  biasanya
menyekutukan Allah itu adalah manusia dan tidak mungkin binatang melata.  
Disamping  itu  dikatakan  pula bahwa baik  yang  di Samawat  maupun  yang  di Bumi  ini  banyak
yang  patuh  kepada  Allah  ditandai  adanya  “sujud  kepada  Allah”  maka  sudah  bisa  dipastikan
bahwa yang sujud kepada Allah di Samawat itu pastilah manusia seperti halnya kita ini. 
Maka tidak diragukan  lagi bahwa memang benar pada setiap Samawat  (planet-planet)  itu  telah
berkembang  masyarakat  manusia  dan  juga  berbagai  binatang  dari  berbagai  jenis.  Dengan
keterangan  demikian  orang masih  juga  akan  berusaha  untuk  mengelak  dengan  mengatakan
bahwa katanya yang sujud  itu bukannya manusia  tapi para Malaikat,  karena kata mereka ayat
yang berbunyi “MAN” itu belum tentu berarti “MANUSIA”. Baiklah memang untuk menundukkan Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….20
OTAK  di  kepala  yang  memang  suka  bersikap  “ANGKUH”  itu  haruslah  dengan  menjernihkan
“HATI NURANI”, maka perhatikan ayat berikut ini:  
Surat As-Syuura (42) ayat 11 :  

Artinya :
Yang  menyusun  Samawat  dan  Bumi,  DIA  jadikan  bagimu  atas  dirimu  pasangan  (jodoh)  begitupun  pasangan  dari
binatang  ternak,  sehingga  kamu  menjadi  ramai.  Tidak  satupun  yang  menyerupaiNYA.  DIA  Maha  mendengar  dan
melihat. 
Surat An-Nahl (16) ayat 49 : 

Artinya :
Dan bagi Allah Sujud apa-apa yang di Samawat dan apa-apa yang di Bumi dari dabbah dan Malaikat dan mereka tidak
menyombongkan (diri).  
Ayat-ayat tersebut dapatlah dipahami sebagai berikut:

1.  Allah yang menyusun (menciptakan) Samawat dan Bumi, dan keadaan di Samawat  itu juga
terjadi  perkembangbiakan  baik  binatang  ternak  maupun  manusia,  sehingga  keadaan  di
sana menjadi ramai karena mestinya jumlah penduduknya semakin lama semakin banyak. 
2.  Diantara masyarakat  manusianya  yang  ada  di  sana  juga melakukan  sujud  kepada  Allah
dalam  arti  Shalat  dalam  rangka  melaksanakan  perintah  Allah  sebagaimana  yang  ada  di
Bumi  ini.  Dari  Surat  An-Nahl  (16)  ayat  49  itu  dibedakan  antara  dabbah  dan  Malaikat,
padahal pengertian dabbah itu termasuk di dalamnya adalah manusia. 
3.  Maka tidak ada alasan bahwa yang sujud disana hanyalah Malaikat  tetapi  juga termasuk di
dalamnya  adalah  manusia.  Lagi  pula  apakah  Malaikat  itu  harus  berpasang-pasangan
sebagaimana  yang  dimaksud  pada  Surat  As-Syuura  (42)  ayat  11  tadi.  Maka  yang
berpasangan  (jodoh)  dan  kemudian  menjadi  banyak  adalah  manusia  dan  binatang-
binatang. 
Selanjutnya perhatikan analisa Ayat berikut ini :  
Surat Ali-Imron (3) ayat 190 :  

Artinya :
esungguhnya pada  penciptaan  Samawat  dan  Bumi  serta  pergantian  siang  dan malam merupakan  pertanda  bagi  ulul
albab (para peneliti/ahli pikir).  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….21
Surat Ruum (30) ayat 22 :  

Artinya :
Dan  dari  ayat-ayatNYA  penciptaan  Samawat  dan  Bumi  serta  perbedaan  lidahmu  (bahasamu)  dan  warnamu,  bahwa
pada yang demikian adalah ayat bagi orang-orang yang ingin tahu.  
Surat Al-Ma’aarij (70) ayat 40 : 

Artinya :
Maka janganlah AKU bersumpah dengan Tuhan timur-timur dan barat-barat, bahwa Kami adalah menentukan.  
Perhatikanlah bahwa di Samawat yang diciptakan Allah itu juga terjadi adanya pergantian siang
dan malam seperti halnya di Bumi  ini. Di sana  juga manusianya  terdiri dari bermacam-macam
bahasa serta perbedaan warna kulitnya, sebagaimana yang kita saksikan di muka Bumi  ini, ada
yang berkulit putih, ada yang sawo matang, ada yang hitam dan lain-lain.  
Istilah  timur-timur  dan  barat-barat  menandakan  bahwa  timur  dan  baratnya  itu  banyak  (tidak
hanya satu), maka disetiap Samawat  itu  juga ada timur dan baratnya, seperti  juga yang ada di
Bumi  ini.  dan semua  timur  dan barat  yang ada di sana  itu  juga merupakan daerah kekuasaan
Allah  yang  satu.  Arah  timur  dan  barat  itu  ada  karena  adanya  kutub  utara  dan  selatan,  yang
kemudian  berbentuk  globe  seperti  Bumi  ini, maka  kemudian  timbulah  suatu  arah  yang  orang
mengatakan timur dan barat itu.  
Kalau sekiranya Samawat  itu diartikan  langit, maka orang akan kesulitan bahkan  tidak mungkin
bisa menentukan  arah  yang  dinamakan  dengan  timur  atau  barat  itu.  I tulah makna Al Qur’an
sebagai  petunjuk  bagi  semua  manusia  yang  suka  memikirkan.  Dalam  keterangan  ini  juga
merupakan pemahaman tentang istilah dalam Ayat yang harus dipahami berdasarkan pemikiran
secara wajar  sehingga  bisa  dimengerti  oleh  semua  pihak  dan  sejalan  dengan  keadaan  yang
berlaku di jagad raya ini.  
Kalau  setiap  keterangan  tidak  bisa  dipahami menurut  akal  sehat, maka  siapapun  akan  selalu
bertanya-tanya,  bahkan  selalu  dibayangi  keraguan,  akibatnya muncul  sikap masa  bodoh  dan
tidak  ada  kepastian.  Hal  demikian  terjadi  karena  hampir  sebagian  besar  orang-orang  Islam
kurang  serius  dalam  menganalisa  dan  mendalami  Al  Qur’an,  bahkan  cenderung  monotone
secara  tradisional  secara  turun  temurun  dengan  doktrin  yang  mematikan  kreatifitas.  Orang
lebih suka mengikuti apa yang sudah ada tanpa ada keberanian untuk melakukan pendalaman
dan  pengkaj ian  secara  teliti,  walaupun  pengertian  yang  di  dapat  selama  ini  banyak  yang
bertentangan  dengan  alam  pikirannya  sendiri.  I ronisnya  para Sarjana  kita  pun masih  banyak
yang mengikuti  cara-cara seperti  itu, walaupun  tidak  semuanya.  Selanjutnya perhatikan Ayat-
ayat berikut:        Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….22
Surat Luqman (31) ayat 10 dan 20: 

Artinya :
DIA ciptakan Samawat  (planet-planet)  tanpa tiang seperti yang kamu  lihat, dan DIA tempatkan di Bumi  rawasia untuk
memberi kekuatan padamu, dan DIA kembang biakkan padanya dari dabbah dan Kami  turunkan air  dari angkasa  lalu
Kami tumbuhkan padanya dari setiap pasangan yang mulia. 

Artinya :
Tidakkah  kamu  perhatikan  bahwa Allah mengedarkan  untukmu  apa-apa yang  di Samawat  dan  apa-apa yang  di Bumi
serta mencukupkan  atasmu  nikmat-NYA  lahir  batin? Dan  dari  manusia  itu  ada  yang  menyanggah  Allah  tanpa  ilmu,
tanpa petunjuk dan tanpa Kitab yang menerangkan.  
Surat  Saba’  (34) ayat 24 : 

Artinya:
Katakanlah  :  “Siapakah  yang  memberi  rezki  padamu  di  Samawat  dan  Bumi?  Katakanlah:  “ALLAH”,  Kamikah  atau
kamukah atas petunjuk atau pada kesesatan nyata.  
Surat Al-Jatsiyah (45) ayat 13 : 

Artinya :
Dan  DIA  edarkan  bagimu  apa-apa  yang  di  Samawat  dan  apa-apa  yang  di  Bumi  semuanya  dari-NYA.  Bahwa  yang
demikian adalah Ayat bagi kaum yang berpikir.  
Surat Ali-Imron (3) ayat 83 :
  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….23
Artinya :
Apakah selain agama Allah yang mereka cari? Padahal bagiNYA telah  Islam orang-orang yang di Samawat dan di Bumi
dengan patuh dan terpaksa, dan kepadaNYA mereka akan dikembalikan.  
Surat Yusuf (12) ayat 105 :

Artinya :
Banyak diantara Ayat-ayat di Samawat dan di Bumi mereka melewatinya dan berpaling padanya. 
Surat  Ad-Dukhaan (44) ayat 38 : 

Artinya :
Tidaklah  Kami  ciptakan  Samawat  dan  Bumi  serta  diantaranya  dengan main-main.  Tidaklah  Kami  ciptakan  semua  itu
kecuali secara haq tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.  
Surat Jaatsiyah (45) ayat 22 : 

Artinya :
Dan  Allah menciptakan  Samawat  dan  Bumi  secara  haq  agar  dibalas setiap  diri menurut  usahanya  dan mereka  tidak
didzalimi. 
Kalau diperhatikan dengan cermat Ayat-ayat tersebut maka dapat dipahami sebagai berikut :  
1.  Bahwa Planet-planet maupun Bumi  sebenarnya melayang di angkasa mengitari Surya,
tanpa  tiang dan  tanpa  ikatan yang bisa dilihat  langsung oleh mata setiap orang. Coba
perhatikan pada malam hari, maka anda akan melihat planet-planet itu memang benar-
benar  melayang  tanpa  ikatan,  namun  diterangkan  bahwa  pada  setiap  planet  itu
ditempatkan  rawasia  (proton)  untuk  memberikan  kekuatan  padanya.  Kalau  planet-
planet  itu  tanpa  rawasia maka dia akan melayang  tanpa  tujuan  entah  kemana.  (lihat
Surat Luqman (31) ayat 10).
2.  Bahwa di  planet-planet  itu  juga  telah  berkembang  berbagai makhluk  yang  terdiri  dari
bermacam-macam binatang dan manusia yang diistilahkan “dabbah”. 
3.  Diantara manusia  itu  ada  yang  suka menyanggah  dan membantah  keterangan  Allah,
tanpa dasar  ilmu dan  tanpa petunjuk  tetapi hanya atas dasar  katanya si Anu dan  lain-
lain (Surat Luqman (31) ayat 20). 
4.  Di  sana  juga  diturunkan  hujan  sehingga menimbulkan  banyak  berbagai  tetumbuhan
dari  berbagai  macam  untuk  kebutuhan  hidup  bagi  manusia  dan  makhluk  lainnya  di
planet itu.
5.  Semua  makhluk  yang  ada  di  sana  juga  diberikan  rezki  atas  ketentuan  Allah.  Dan
diantara manusia yang ada disana ada juga yang sadar akan hukum Allah tapi ada juga
yang sesat seperti halnya yang ada di Bumi (Surat  Saba’  (34) ayat 24).  Majelis Ta’lim Al Qur’an Tauhid………….24
6.  Diantara manusia  yang  ada  disana  ada  yang  Islam  secara  taat,  ada  juga  yang  Islam
terpaksa (tidak sungguh-sungguh) (Surat Ali-Imron (3) ayat 83).
7.  Banyak  disampaikan  Ayat-ayat  Allah  sebagai  peringatan  bagi  manusianya,  tetapi
nyatanya juga banyak yang lewat dan berpaling menolak. (Surat Yusuf (12) ayat 105).
8.  Allah  menciptakan  itu  bukanlah  untuk  main-main  tetapi  sengaja  diciptakan  memang
untuk ditempati manusia dan juga merupakan ujian tentang baik dan buruk untuk nanti
di balas di Akhirat (Surat  Ad-Dukhaan (44) ayat 38 dan  Surat Jaatsiyah (45) ayat 22). 
Maka  cukup  jelas  bahwa  ternyata  memang  di  setiap  planet  itu  telah  berkembang  dari
masyarakat manusia seperti yang ada di Bumi  ini dengan naluri yang sama, sikap dan perilaku
yang sama pula hanya saja berbeda bahasa dan warna kulit. 
Kalau sekiranya manusia itu teliti dan memperhatikan Ayat-ayat Al Qur’an dalam penganalisaan,
maka  akan  diperoleh  keterangan  dan  petunjuk  bahwa  nantinya  manusia  itu  akan  mampu
menjelajah  antara  planet  asal  saja  mereka  mampu  menciptakan  atau  mewujudkan  I lmu
Pengetahuan  dan  Teknologi  ruang  angkasa  yang  dalam  Al  Qur’an  disebut  “SULTHON”  atau
“DAYA”  yang mestinya  berupa  pesawat  ruang  angkasa  berupa  “PIRING TERBANG”  yang  anti
gravitasi, perhatikan Ayat berikut:  
Surat  Ar-Rohmaan (55) ayat 33 : 

Artinya :
Wahai masyarakat  j in  dan manusia,  j ika  kamu  sanggup melintasi  daerah  Samawat  dan  Bumi  (ruang  angkasa)  maka
lintasilah. Tidaklah kamu bisa melintasi kecuali dengan sulthon (daya – IPTEK).  
Ayat  tersebut  memberikan  petunjuk  bahwa  nantinya  j in  maupun  manusia  akan  mampu
melintasi  ruang  angkasa dalam  arti mampu menjelajah  antar  planet  ketika dia  sudah mampu
menciptakan sulthon  yaitu daya atau  kekuatan  yang berupa pesawat  ruang angkasa mestinya
sejenis Piring Terbang sebagaimana sering kita dengar dalam berita.   
Dengan  penjelajahan  antar  planet  demikian  akan  diketahui  bahwa  ternyata  disana  juga
berpenduduk manusia sebagaimana yang  ada di Bumi  ini.  Jika hal  itu  telah  dibuktikan  berarti
orang mau tidak mau harus mengakui akan kebenaran Al Qur’an. Kalau sekarang ini orang baru
mempercayai,  tapi  nantinya akan meyakini. Maka dengan  begitu  juga akan muncul  teori-teori
baru dan bahkan mungkin akan menggagalkan  teori  lama yang semula sudah dianggap benar,
karena sudah tidak cocok lagi dengan kenyataan yang ada.  
Sekarang ini manusia Bumi baru bisa mendarat di Bulan dan ada yang mendarat di Planet Mars
tetapi  tanpa  awak.  Tunggulah  perkembangan  berikutnya  kalau  memang  anda  tidak  percaya
dengan informasi dari Ayat Al Qur’an.   
Karanganyar, Muharam 1423 H
Yayasan Tauhid Indonesia
[email protected]
  <span>
     

Leave a Reply