Menanam Benih Cinta

Cinta itu unik. Cinta itu rumit. Cinta itu asyik. Di dalam cinta, kita akan menemukan berbagai macam keindahan, kesedihan, kerinduan, bahkan ketakutan ada di dalamnya.
2014 lalu, aku menikahi Ayi. Menyemai cinta dengannya. Menanam benih cinta bersamanya. Dua tahun kemudian, kami dianugerahi seorang buah hati yang sangat menggemaskan. Cinta kami semakin bersemi. Tumbuh dengan akar yang kokoh dan pohon nan tinggi menjulang.
Banyak hal yang bisa kami ambil sebagai pelajaran selama  enam tahun mengarungi bahtera cinta bersama. Kami belajar mencintai, menyayangi, memaafkan, memaklumi, mengapresiasi, memberi kesempatan, saling percaya, saling menjaga, jujur, mengingatkan, menguatkan, menghibur, dan beragam pengetahuan, skill, chal (tingkah batin) lainnya.
Kami merasa sudah saatnya memohon diberikan buah hati tambahan agar cinta kami semakin bersemi. Keluarga kami semakin berseri. Buah hati itu laksana mursyid yang dapat mengajari kami beragam kebaikan. Kami dituntut untuk belajar lemah lembut, penuh kasih sayang, pengertian, menghargai, dan sederet kebajikan lain dalam mengurus dan mengasuhnya.
Buah hati adalah guru ruhani yang dianugerahkan Allah pada hamba-Nya agar mereka belajar menempa sifat-sifat basyariahnya tidak condong ke sisi syaitoniy maupun hayawaniy. Tidak pula njomplang ke sisi malakiy.
Tingkah-tingkah lucu nan menggemaskan buah hati akan mengajari kita cara untuk bersyukur. Tingkah yang menjengkelkan membuat kita bisa belajar bersabar. Tingkah-tingkahnya yang lain dapat mengajari kita untuk menempa sisi basyariyah kita lainnya. Darinya kita bisa belajar memaklumi, menangis, tersenyum, tertawa, melindungi, menyayangi, dan lain sebagainya.

Jika istri diibaratkan universitas maka buah hati adalah laboratoriumnya.

Segala konsepsi, perjanjian, rancangan, ataupun impian-impian hidup bersama akan diuji melalui laboratorium kehidupan yaitu buah hati.
Buah hati juga dapat menjadi cerminan jiwa orang tuanya. Keegoisan, arogansi, apatisme,  dan perbudakan (isti’bad) dapat tercermin dari pola hubungan orang tua dengan buah hati. 

Jika perilaku buah hati yang belum memiliki dosa saja dapat membuat kita marah apalagi perilaku orang dewasa yang (dianggap) bergelimang dosa

Maha Suci Allah yang menciptakan bayi-bayi mungil menjadi obat hati orang tuanya.

Menanam Benih Cinta

Sya’ban adalah bulan pernikahanku dengan Ayi. Sya’ban pula awal mula kami memohon diberi anugerah buah hati yang pertama. Kini, pada bulan sya’ban pula, pada tahun ke enam pernikahan, kami memohon diberikan anugerah buah hati yang kedua.
Kami memohon teman-teman atau siapa saja yang membaca tulisan ini mengaminkan doa kami. Doa yang berisi permohonan dianugerahi buah hati perempuan ahli Qur’an, hamilat Qur’an, amilat Qur’an, mufassirat Qur’an.
Kami akan berusaha mendoakan siapa saja yang mengaminkan doa kami atau membagikan doa kami melalui tulisan ini dengan doa semisal (واياكم/واياكن) atau yang lebih baik.
Mari kita bersama-sama ikhtiar mengetuk pintu langit dengan harapan hajat kita maqbul. Amin…amin…amin… Bijahi sayyidi Rasul.

Leave a Reply