Mengasah Kerjasama Dengan Pasangan Melalui Travelling

Kerjasama di dalam menjalani kehidupan berumahtangga sangat mutlak diperlukan demi menjaga keharmonisan rumah tangga. Selain mengisi quality time dengan baik bersama pasangan, kita perlu mengasah kerjasama yang baik dengan pasangan. Salah satu cara yang bisa dilakukan  untuk mengasah kerjasama itu adalah melalui travelling.
Tulisan ini nakan menceritakan pengalamanku mengasah kerjasama dengan pasangan melalui travelling yang telah kami lakukan selama beberapa tahun terakhir. Aku baru menyadari bahwa travelling yang kami lakukan itu ternyata bisa digunakan untuk mengasah kerjasama saat ke Jogja beberapa hari yang lalu.
Mengasah Kerjasama Dengan Pasangan Melalui Travelling
Jalan-jalan di Taman Bumirejo, Banyumanik – Semarang

Menjadi Driver Dan Navigator

Travelling menggunakan sepeda motor membuat kami harus mengetahui rute jalan yang harus ditempuh untuk menuju destinasi wisata yang akan kami kunjungi. Jika ternyata kami sama-sama tidak tahu rute yang harus ditempuh maka kami akan menggunakan bantuan Google Maps untuk menentukan rute jalan terbaik. Opsi menghindari jalan raya dan jalan tol adalah pilihan yang tepat untuk kami pilih demi menghindari kesalahan jalur yang berakibat diciduk pak polisi.
Selama perjalanan menuju destinasi wisata, kami bekerjasama menjadi driver dan navigator dengan bantuan Google Maps. Aku menjadi driver sedangkan istriku menjadi navigator.
Pertama kali kami melakukan ini, kami masih belum bisa bekerjasama dengan baik. Istriku yang secara teknis jarang sekali berinteraksi dengan peta kebingungan membaca orientasi peta sehingga membuatnya disorientasi ketika memberikan arahan padaku untuk berbelok di persimpangan jalan. Rute yang seharusnya ditempuh dengan berbelok kekiri terkadang malah dibaca oleh istriku berbelok ke arah kanan.
Disamping masalah disorientasi, masalah yang kami alami saat bekerjasama menjadi driver dan navigator adalah timing yang tidak tepat saat memberikan instruksi. Terkadang ada belokan jalan yang tidak begitu kelihatan dan istriku memberikan instruksi secara mendadak untuk berbelok. Seringkali hal ini membuatku marah-marah karena kalau aku mengerem mendadak akan ditabrak oleh pengendara di belakang namun kalau tidak segera mengerem dan berbelok akan membutuhkan waktu untuk putar balik ke belokan yang terlewat itu.
Seiring berjalannya waktu, kami bisa memperbaiki pola kerjasama dalam menempuh rute menuju destinasi wisata. Aku sangat menikmati kerjasama ini. Terkadang aku suka usil pura-pura tidak mendengar instruksi demi mendapatkan cubitan mesra darinya.

Bergantian Menggendong Si K

Travelling membawa anak kecil membuat kami harus bergantian menggendongnya untuk menjaga stamina masing-masing agar bisa menjalankan misi travelling dengan sempurna. Kerjasama ini jika tidak dilakukan dengan bijaksana akan membuat suasana travelling menjadi tidak kondusif. Jika salah satu dari kami ada yang kecapekan maka biasanya akan mudah marah dan mengganggu suasana travelling. Jika suasana travelling sudah terganggu maka kami tak akan bisa menikmati wisata dan malah ingin segera balik.

Menjadi Tukang Pijat

Usai melakukan perjalanan wisata di suatu tempat, kami biasa menjadi tukang pijat dadakan. Kami bergantian menjadi tukang pijat untuk mengurangi rasa pegal di badan setelah seharian melakukan jalan-jalan di area wisata. Pijatan yang dilakukan harus benar-benar serius demi untuk melanjutkan perjalanan wisata keesokan harinya. Jika salah satu dari kami kecapekan maka jadwal wisata bisa ditunda dengan dua opsi yaitu menginap di hotel untuk melanjutkan wisata lusa atau balik ke rumah dan membatalkan jadwal wisata.

Penyesuaian Rancangan Anggaran

Travelling seringkali membuat kami lupa daratan dan menguras isi ATM. hal ini seringkali memaksa kami untuk menghitung ulang rancangan anggaran agar perjalanan wisata yang dilakukan tidak menimbulkan defisit yang berlebihan. Untuk menambal kekurangan anggaran wisata, kami harus bekerjasama menghitung ulang semua pos anggaran untuk menentukan pos mana yang bisa disunat untuk digunakan menambal kekurangan anggaraan wisata tanpa membuat pos tersebut kekurangan anggaran.
Jika kami tak menemukan pos manapun yang bisa disunat anggarannya, biasanya kami akan menggunakan strategi marketing. Caranya adalah kami menghubungi agency-agency yang bersedia membayar tulisan kami yang berisi review sebuah destinasi wisata, produk atau layanan jasa, atau hal lain yang bisa kami jual kepada agency.

Menjadi Juru Kamera

Travelling tanpa foto-foto kurang asyik, bukan? Yups! Kami selalu bekerjasama menjadi juru kamera untuk mengabadikan momen wisata kami. Kami jarang sekali melakukan selfie. Dari 5 destinasi wisata dan dari puluhan jepretan foto yang kami buat biasanya hanya ada satu atau dua foto selfie saja.

Leave a Reply