Mengelola Rasa Sedih, Marah dan Merasa Dipermalukan; Dibalik Layar KataKeren

“Sedih itu manusiawi, tetapi gimana kamu mengekspresikan rasa sedihmu, itu pilihan.”

-abah K-

Mengelola Rasa Sedih, Marah dan Merasa Dipermalukan; Dibalik Layar KataKeren

Rasa sedih, marah sekaligus merasa dipermalukan karena ekspresi protes atas tulisanku yang dicopas berantai caranya keliru, ternyata mengantarkanku pada langkah baru.

Aku masih ingat saat aku menemukan tulisanku dicopas berantai dengan nama penulis yang berubah-ubah, aku men-screenshoot-nya, memposting pada laman facebook dengan bahasa guyon.

Aku sengaja enggak menutupi nama yang posting dan nama penulis yang tertera untuk menunjukkan contoh; ini lho yang kumaksud dengan copas berantai. A copas B, B copas C, dan seterusnya.

Ternyata, ditanggapi berbeda. Ada yang tidak terima dan membuat status tandingan.

Aku terkejut.

Down.

Menangis sesenggukan.

Beberapa hari aku membahas hal ini dengan abah K. Berulang-ulang. Sampai aku bergumam, “Rasanya kayak aku punya anak, terus anaknya diambil orang, saat aku mengakui bahwa itu anakku, malah aku yang dibantai beramai-ramai.”

Teman-teman blogger Arisan BP V memintaku untuk tidak membuka postingannya, “komentar-komentar di dalamnya enggak baik untukmu,” katanya.

Beberapa teman menyalin komentar yang menurutnya lolos sensor, komentar yang berhasil membuatku tertawa, “Semua yang sudah diupload ke dunia maya adalah milik bersama.”

“Haiyo, nek bojone di-chat mantan berarti ra oleh nesu, ya. Kan di dunia maya milik bersama.” kubalas chat di grup dengan menyatakan emoticon tertawa ngakak dengan air mata berderai.

Meski sudah dikuatkan oleh teman-teman dan abah K, perasaan marah, sedih dan merasa dipermalukan ini butuh waktu cukup lama untuk menyembuhkan. Aku malas menulis. Malas ngopeni blog.

Semangatnya kalau ada review berbayar. 🤑

Abah K tak kenal lelah mengingatkan. Bertanya sejauh mana pencapaian target yang sudah kubuat. Mengevaluasi apa-apa yang sudah kukerjakan. Memberi waktu jeda untuk bermalas-malasan, eh, maksudnya jeda untuk mengumpulkan kembali mood untuk berjuang.

Dan….

Setelah diskusi panjang, kami memutuskan untuk menambah satu blog yang terinspirasi kisah di atas; katakeren.com. Blog yang kami bangun dengan semangat menyediakan konten copas-able.

Kami tahu tidak semua orang mampu merangkai kata-kata, maka kami menyediakan platform dengan mengusung semangat untuk membantu yang membutuhkan kata-kata.

Salah satu project BloggerSejoli telah di-build, perjalanan masih panjang. Mengisinya butuh ke-istiqamahan.

Leave a Reply