Suka Jajan Belum Tentu Boros

Aku mengikuti dhawuh Gus Baha yang menyatakan bahwa memperbanyak jajan itu bagus untuk membantu perekonomian umat Islam. Bahkan beliau bercerita sering menyuruh anaknya untuk jajan meskipun sebetulnya sedang tidak ingin jajan.

Gus Baha mengatakan kalau memang sudah terlanjur beli tidak dimakan bisa dikasihkan teman. Bisa juga dikasihkan ayam atau hewan peliharaan lain sebagai shodaqoh.

Seorang dosen Ekonomi Syariah di Universitas Negeri Surabaya pernah bergurau syarat ilmu kurang lebih seoerti ini.

Boros itu terkait dengan daya beli. Kalau ada orang makan di warung cuma punya uang lima ribu tapi ngambil ayam goreng 2, telur 1, minumnya susu soda itu namanya boros. Tapi kalau ada orang punya uang sejuta atau 100 juta ke warung cuma ngambil jajan senilai 10 ribu itu namanya pelit.

Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag., MEI.

Aku lupa waktu itu pak Anwar sedang ngaji Mukhtarol Ahadits, Riyadhus Sholihin, atau Tafsir Jalalain waktu menyampaikan hal itu. Aku mengikuti ngaji ketiganya sekitar 8 tahun yang lalu.

Aku tak pernah berhenti mengagumi beliau sampai sekarang. Pak Anwar itu alumni pondok Langitan, Tuban. Beliau hafal Al-Qur’an. Bisa membaca kitab kuning dengan lancar. Bergelar doktor dan mengajar di beberapa kampus. Mengasuh pesantren. Menjadi pembimbing beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan Unesa.

Sedangkan menurut wikipedia, arti pemborosan adalah sebagai berikut:

Pemborosan yaitu keadaan menghabiskan lebih banyak uang diluar kemampuan, kebutuhan, atau daya dukungnya.

Wikipedia

“Kalau kita bisa lebih banyak bersyukur dengan memperbanyak jajan kenapa tidak?” kataku pada Ayi. “Toh kalau kita menabung uang yang sebetulnya bukan rejeki kita ya bakalan percuma saja. Pasti akan diambil lagi sama yang punya. Entah lewat sakit yang membutuhkan biasa berobat, hilang, atau ada kebutuhan mendesak lain” lanjutku.

Aku selalu menekankan bahwa rejeki yang diterima kita itu seringkali ada yang berupa titipan. Kita hanya selaku panitia yang dipilih Allah untuk menyalurkannya kepada yang berhak. Untuk itu, kita perlu memperbanyak infaq.

Salah satu infaq yang sangat baik dan konstruktif adalah berupa jajan itu. Dengan memperbanyak jajan, kita bisa membantu banyak pedagang sekaligus membantu tetangga karena seringkali hasil jajan tidak habis dimakan sendiri.

Perlu aku tekankan di sini bahwa jajan yang kumaksud bukanlah yang bertujuan untuk menuruti gaya hidup. Bukan. Kalau menuruti gaya hidup itu namanya bukan jajan melainkan bunuh diri.

Lalu jajan seperti apa yang kumaksud sebenarnya?

Ya pikir sendiri, lah. Mosok kabeh-kabeh kudu dijelasno. 🤣😂😅

Leave a Reply