Tidak ada yang baik di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam perbedaan. Mulai dari perbedaan geografi, agama, suku, bahasa, pendapat, pendapatan, pendidikan, dan gaya hidup. Perbedaan-perbedaan itu lah sebenarnya yang membuat Indonesia tampak unik dan indah. Keharmonisan itu yang sebetulnya wajib kita pertahankan.
Tidak ada yang baik di Indonesia
Sebagian orang Indonesia yang kurang mensyukuri atas segala nikmat yang diterimanya sering mengeluh dan menyalahkan keadaan di sekitarnya hingga seakan-akan tidak ada yang baik di Indonesia karena antara yang satu dengan yang lain saling menyalahkan dan merasa banyak kekurangan yang harus dibenahi di sana-sini.
  1. Berawal dari mahasiswa yang suka demo menentang kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Mahasiswa menganggap bahwa pemerintah tidak membela kepentingan rakyat. Mahasiswa seperti ini selalu ada di setiap waktu.
  2. Aktivis ataupun LSM yang menganggap bahwa Mahasiswa atau kampus hanya mencetak kuli di masa depan. Keduanya menganggap bahwa pendidikan sistem kampus belum sepenuhnya berhasil diterapkan di Indonesia. Banyak mahasiswa yang lulus namun sebebenarnya kurang kompeten di bidangnya. Mereka hanya pandai mengkritik, tapi sedikit yang mampu menawarkan solusi.
  3. Politisi, ini yang paling banyak mengambil peran dalam membalik fakta bahwa Indonesia yang penuh kebaikan menjadi tidak ada kebaikan yang tampak di Indonesia. Lawan politik akan dijegal, diserang tanpa ampun. Kritik pedas bahkan kecaman terlontar begitu saja. Beralasan membantu, tapi sebenarnya hanyalah membantu agar lawan politik semakin cepat jatuh dari kekuasaan yang dipegang olehnya.
  4. Media massa, setelah ambiguitas yang dilakukan oleh partai politik, media massa mengutip berita yang datang dari politisi dan memolesnya dengan tendensi hiperbolis yang sangat kuat. Bahkan! Opini diperkuat sehingga menyerupai fakta. Berita yang dimuat cenderung destruktif atau merusak mood masyarakat untuk beri’tikad baik dan berprasangka baik pada pemerintah. Opini-opini emnyesatkan dan mosi tidak percaya pada pemerintah pun digulirkan. Untuk apa? Provit oriented!
  5. Masyarakat yang telah termakan umpan opini sesat media massa akan menjadi virus yang menyebar kegelisahan di tengah masyarakat. Dengan berbagai macam provesi yang disandangnya, mereka menyebarkan opini-opini yang diyakini kebenarannya agar diterima oleh orang lain sebanyak-banyaknya. Mereka mencari dukungan atas opini yang diyakininya. Keresahan pun semakin meluas.
  6. Pelajar muda, sering kali mereka menganggap bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertinggal. Jauh dari idealitas makhluk modern. Mereka cenderung memandang sebelah mata kaum santri dan civitas akademika pesantren. Hingga menularkan virus alergi pada pesantren pada orang lain.
  7. Artis (bukan seniman)/Selebritis, dengan pengetahuan yang pas-pasan, mereka pun berusaha ikut menyikapi dinamika politik, soisal, ekonomi yang ada dengan analisis yang terkesan dangkal. Banyak dari mereka yang terdidik, memang! Tapi tidak semua bidang mereka kuasai. Kalu tidak paham ya diam saja. Jangan mikut memperburuk keadaan.
Masih banyak lagi individu ataupun kelompok yang menganggap kelompok atau individu lain serba salah. Hal ini sebenarnya berbahaya bagi kehidupan berbangasa, bernegara, dan bertanah air.
Marilah bersatu dan saling memperkuat. Indonesia kita adalah Indonesia yang hebat.

Leave a Reply