UTS |Kajian Kurikulum Geografi

1.     Karakteristik Kurikulum:

a.    Kurikulum 1994

Kurikulum ini berorientasi pada pendekatan ketrampilan proses. Siswa dituntut untuk mendengarkan, mencatat, membaca bertanya dan lain sebagainya dengan tujuan agar siswa mampu mengetahui, mengerti, memahami, serta menerapkan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Proses kegiatan melakukan itu dinamakan “ketrampilan proses”, sedangkan pendekatan yang menerapkan tata cara pelaksanaan dinamakan “pendekatan ketrampilan proses”.

b.    Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikulum ini menekankan siswa untuk memiliki kemampuan pada jenjang satuan pendidikan tertentu. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencakup komponen pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.

c.    KTSP

Kurikulum ini sifatnya operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan.

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau departemen agama kabupaten atau kota untuk satuan pendidikan tingkat dasar (SD), sedangkan untuk tingkat menengah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau departemen agama tingkat provinsi. Pengembangn KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP serta memperthatikan pertimbangan komite sekolah atau madarasah.

2.    Perbedaan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 (KBK)

No

Kurikulum 1994

Kurikulum KBK

1

Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan yang pada isi atau materinya berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.

Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.

2

Standar akademis yang ditetapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.

Standar kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya.

3

Berbasis konten, sehingga siswa dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan.

Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.

3.    Perbedaan Kurikulum 2004 (KBK) dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

No

Kurikulum KBK

Kurikulum KTSP

1

Dibuat oleh pusat.

Dibuat oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL.

2

Pada standar isi, indikator kompetensi dicantumkan oleh pusat.

Pada standar isi, indikator kompetensi tidak ditentukan oleh pusat.

3

Belum ada standar nasional.

Berdasar standar nasional

4.    Konsep esensial aglomerasi.

Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok dalam wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan, contoh:

1.     Pemukiman di sekitar sekitar perbukitan hutan Watu Jago bojonegoro, menempati daerah yang relatif datar dan dekat dengan jalan raya.

2.    Penggerombolan penyedia jasa foto copy, print, warnet dan warung makan di sekitar kampus Unesa Ketintang. Merek menganggap semakin dekat dengan kampus semakin menguntungkan karena intensitas interaksi dengan civitas akademika unesa lebih tinggi.

5.    Perbedaan konsep keterjangkauan, jarak, dan lokasi:

v  Konsep keterjangkauan menekankan pada mudah atau tidaknya suatu daerah dijangkau.

v  Sedangkan konsep jarak menekankan pada seberapa panjang (misalnya dalam ukuran meter/kilometer) suatu daerah dengan daerah lainnya, atau bisa diukur dengan waktu, berapa lama perjalanan yang bisa ditempuh dari satu daerah ke daerah lainnya.

v  Sedangkan konsep lokasi menjawab pertanyaan Apa (nama atau deskripsi lokasi). Konsep lokasi dibedakan menjadi dua, yaitu: lokasi absolut dan lokasi relatif.

6.    Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, kata-kata itulah yang dapat menjawab pertanyaan nomer enam. Siswa yang semakin mengenal keragaman, keunikan, dan melimpahnya SDA yang dimiliki Indonesia akan semakin mencintai tanah air. Selain itu, geografi selalu menekankan untuk menjaga lingkungan dan mencintai lingkungan. Apabila siswa menerapkan materi geografi dalam kehidupan sehari-harinya, maka dia akan mencintai lingkungannya dan secara automatis dia akan mencintai cinta tanah airnya.

7.    Kelebihan dari implementasi model pembelajaran kontekstual (CTL)

v  Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

v Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

8.    Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran geografi

1.     Masalah kurikulum muatan lokal

Guru geografi dituntut untuk lebih mengetahui bagaimana mengidentifikasi sumber daya wilayah yang dapat dijadikan titik berat pembangunan wilayah, termasuk isi kurikulum muatan lokal.

2.    Masalah status mata pelajaran geografi

Mata pelajaran geografi dalam kurikulum termasuk mata pelajaran yang tidak di UAN-kan. Status yang demikian seakan meminggirkan atau tidak menganggap penting pelajaran geografi.

3.    Rendahnya kualitas pendidikan geografi

Solidaritas para guru dan pakar geografi yang kurang harmonis berpotensi menyebabkan pendidikan geografi tidak cepat berkembang. Hal ini dikarenakan instansi pendidikan yang sudah memiliki sistem pendidikan geografi yang lebih maju kurang dapat menempatkan diri menjadi pembina, sehingga pendidikan geografi di Indonesia terkesan berjalan sendiri-sendiri.

9.    Pembelajaran geografi melalui pengalaman langsung sangat penting dalam meningkatkan pemahaman materi geografi. Hal ini dikarenakan materi geografi (encoder) ditafsirkan (decoding) secara langsung melalui pangalaman di lapangan. Materi geografi yang awalnya hanya berupa pesan (encoder) verbalis dibuktikan di lapangan dalam bentuk visual, suara atau kesan. Sehingga materi yang diterima tidak hanya berupa imajinasi yang abstrak yang sulit dipahami tetapi berupa fakta yang aktual yang lebih mudah untuk di persepsi dan dipahami.

10. Pentingnya media peta dalam pembelajaran geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena keruangan (spasial). Melalui peta, guru dapat membantu siswa untuk membentuk citra dan konsep yang dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Sesuai dengan tingkat umur dan jenjang pendidikan, siswa dibimbing untuk mengenal peta. Melalui proses ini mereka dididik untuk mengerti, menerapkan, menganalisis prsebaran fenomena geosfer dan hubungan kerungan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Kalau hanya membayangkan peta siswa akan kesulitan untuk melakukan hal tersebut.

Leave a Reply