Sore tadi, bangun tidur, Kevin rewel gak ketulungan. Sampai adzan magrib berkumandang dia masih sesenggukan entah apa yang ditangisi. Dibujuk-rayu gak mempan, ditanya gak mau jawab, sebaliknya ia malah tambah ngamuk. Ia sepertinya habis mimpi main sesuatu. Hal itu tampak ia seperti berusaha mencari-cari sesuatu saat bangun tidur sebelum akhirnya menangis.
Singkat cerita, setelah dia mulai berhenti menangis, kuajak dia makan. Ritual makan kami seperti biasa yaitu sepiring atau senampan untuk bertiga. Sambil makan sambil kuajak bergurau dengan harapan dia tidak nangis lagi. Belum selesai ritual makan yang kami lakukan, dengan nada sendu, Kevin berkata:
“Abaaah, pancingan.”, katanya dengan memelas. Dalam hati aku berkata “baru saja kutulis di FB lha kok sudah minta pancingan lagi”. Karena suasana masih melo, aku mau tidak mau harus mengiyakan permintaannya. Jika tidak, ia akan menangis lebih heboh lagi daripada tangisan yang baru saja dikhatamkannya.
Aku mengajak Kevin menuju tempat main pancingan di pasar malam yang pertama kali membuatnya kecanduan permainan itu. Namun sayangnya, sesampainya di sana, pasar malam itu sudah buyar. Aku pun bernegosiasi dengannya. Akhirnya aku mengajaknya ke warung Bakso Ono untuk mengambil buku kiriman dari seorang teman di Jakarta sana. Di sana, ia meminta makan bakso. Setelah puas makan bakso, dia bercanda dengan om Sofyan dan om Hardi sebentar kemudian kuajak pulang.
Saat perjalanan pulang, aku mampir ke toko elektronik untuk membeli speaker. Di deretan toko itu ada toko jam yang membuat Kevin tertarik.
“Abaaah, mana jam Kevin?” tanyanya sambil menggoyang-goyangkan tanganku.
“Jam Kevin ilang”, jawabku singkat.
“Ilang ke mana, to?”
“Ya gak tau.. kan Kevin yang bawa”
“Yo beli sik to”, katanya sambil menunjuk toko jam. Tapi aku berusaha mengabaikan permintaannya. Aku mengajaknya masuk ke toko elektronik untuk membeli speaker. Aku berharap dia lupa untuk membeli jam saat keluar toko tersebut. Sialnya aku salah.
“Abaaaaah. Jam mewarnai”, katanya saat keluar dari toko elektronik sambil melompat-lompat sebagai tanda sudah tidak sabar untuk segera mendapatkan jam yang diinginkan.
“Jam mewarnai? Jam sing piye iku?” tanyaku penasaran. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dimaksudnya. Terkadang aku merasa kudet untuk urusan mainan anak-anak. Kevin lebih banyak referensi mainan karena sering nonton Youtube. Seperti beberapa hari yang lalu saat minta mainan ekskavator remot. Aku kira itu hanya imajinasi liarnya belaka. Lha kok setelah sampai di toko mainan ternyata ada betulan. 😂
Dia terus mengulang-ulang merengek minta “jam mewarnai”. Aku menanyai istriku apakah dia paham apa yang dimaksud Kevin. Dia menggelengkan kepala. Lantas aku langsung mengajaknya untuk langsung ke toko jam. Biar dia memilih sendiri.
“Owalaaaaah. Iku to maksudte jam mewarnai”. Batinku. Sesampainya di toko jam, Kevin langsung menunjuk jam yang berwarna biru. Jam itu bisa menyalakan lampu kerlap-kerlip berwarna-warni jika tombol tertentu dipencet.
Ternyata yang diminta adalah jam warna-warni. Bukan jam mewarnai. 😀