Assalamu’alaikum.
Bapak pejabat humas Pemkot Salatiga yang terhormat, Melalui surat elektronik ini saya ingin menyampaikan beberapa hal terkait Pengemis & Pengamen yang sering beroperasi di Salatiga, khususnya yang beroperasi di Alun-alun Pancasila Kota Salatiga.
Pertama, pengemis yang sering beroperasi di alun-alun sangat memprihatinkan. Dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah. Ada yang masih kecil ada juga yang sudah sangat tua. Kalau mereka melakukan hal tersebut karena memang tak punya sumber penghasilan sungguh kasihan, bapak! Padahal di Salatiga sendiri banyak pabrik-pabrik baru dibangun dan terkadang sampai menyebabkan konflik dengan warga. Sebenarnya, pabrik-pabrik yang dibangun di Salatiga ini sudah bisa menampung angkatan kerja penduduk Salatiga jika bapak pejabat pemkot benar-benar berusaha menerapkan aturan yang jelas. Tentunya, lowongan pekerjaan dari sektor Industri bisa mengurangi angkatan kerja yang malah berprofesi sebagai pengamen atau pengemis. Tidak hanya itu, Salatiga juga punya lahan pekerjaan di sektor pariwisata, perdagangan, dan jasa. Jika semua sektor dikelola untuk memenuhi hajat publik, khususnya penduduk atau masyarakat Salatiga, tentunya sudah bisa menangani masalah pengemis dan pengamen yang sering beroperasi di Salatiga secara umum.
Kedua, berkali-kali (lebih dari 5 kali) saya mendapati seorang pengamen yang membawa anak kecil berjenis kelamin perempuan. Anak kecil ini saya taksir masih berusia TK atau ke bawah. Dia disuruh menyanyi, sedangkan laki-laki yang membawanya memainkan gitar. Beberapa kali saya menemui pengemis tersebut di Alun-alun Pancasila, satu kali menemuinya di sekitar pasar blauran di sebuah warung bakso. Pernah sekali kudapati anak kecil itu menangis, laki-laki dewasa itu tak begitu menghiraukannya. Malah dimarah-marahi. Ia pun diajak mengamen satu putaran lagi dengan kondisi hati yang tertekan. Kasihan.
Ketiga, Pengamen yang beroperasi di sekitar alun-alun ada yang telah membuat keresahan. Keresahan itu terjadi ketika pengunjung alun-alun memberikan uang receh namun malah tidak diterima oleh pengamen karena jumlahnya tidak seberapa. Pengamen bertato berjumlah 2 orang lebih itu pergi sambil ngomel. Uang pemberian dibanting di depam pemberinya. Selain itu, saya pernah sekali mendapati perlakuan tidak mengenakkan dari pengamen. Saat itu kami mampir di salah satu warung di sekitar Alun-alun. Ada pengamen berjumlah 3 orang datang ke warung yang kami tempati. Istri saya pun mengeluarkan dompet untuk mengambil uang. Saat itu, ada beberapa lembar uang jatuh dari dompet. pengamen itu langsung menyerobot uang yang jatuh itu untuk dibawa pergi tanpa rasa canggung sedikit pun. Kejadian lain terjadi saat kami mampir di salah satu angkringan yang ada di Alun-Alun. Salah satu pengamen mematung didekat kami setelah melihat uang yang hendak saya berikan hanya Rp 500. Kupnggil berkali-kali tak memberikan respon.
Saya berharap, bapak pejabat pemkot bersedia menindaklanjuti keluhan saya ini agar Salatiga menjadi lebih baik. Saya berharap, bapak pejabat pemkot beserta jajarannya segera menertibkan para pengamen & pengemsi yang beroperasi di Sekitar Kota Salatiga kemudian membinanya dan memberi pelatihan untuk disalurkan kerja.
Sekian apa yang bisa saya sampaikan, pak. Jika ada hal yang kurang berkenan, kurang tepat, kurang toto/kromo, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum.