Suatu ketika ada teman yang curhat pacarnya. Dia seorang cewek cantik dan pintar, selalu berprestasi di kelasnya. Pacarnya seorang aktivis kampus yang kegiatannya sangat padat dan sering tak masuk kuliah karena kegiatannya itu. Dari segi akademik, pacarnya jauh di bawah temanku itu.
Hari itu, dia datang dengan membawa kabar berita bagus tentang pacarnya. Dia menceritakan kalau pacarnya telah mendapatkan penghargaan oleh lembaga pemerintah berkat perjuangannya di organisasi yang dipimpinnya. Dia pun menjanjikan jamuan traktiran setelah pacarnya kembali ke kampus beberapa hari yang akan datang.
Sebagai seorang teman, aku ikut bahagia atas prestasi yang dicapai oleh pacar temanku itu. Bukan karena dia pacar temanku, melainkan karna organisasi yang dikelola itu benar-benar memberi manfaat bagi orang lain. Benar-benar sebuah pengabdian yang bukan provit oriented.
Aku merasakan dilema. Aku tahu kalau pacaran memang menjadi sesuatu yang wajar dan umum bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia. Aku bahagia melihat temanku bahagia, namun aku juga sedih melihat temanku yang akrab denganku berkubang dengan dosa yang akan mengantarkannya pada kehinaan.
Menurut seorang guru, pacar yang belum halal akan menjadi musuh di akhirat nanti. Ini disebabkan ketika di dunia, mereka sama-sama menikmati kemesraan-kemesraan yang dianggap wajar itu. Sehingga, ketika di akhirat nanti, mereka akan saling menuntut dan menyalahkan, “kenapa ketika di dunia tidak saling menasehati, tidak saling mengingatkan ketika salah, kenapa selalu mengikuti syahwat yang telah dipengaruhi nafsu hewani”. Mereka akan menjadi musuh akibat perbuatannya itu.
Ada dua point tentang kerugian pacaran:
- Berdosa karena melakukan hal yang dilarang Allah.
- Rugi sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Asr, tidak saling menasehati untuk mengerjakan kebaikan, malah saling menggantungkan harapan untuk menikmati kemesraan.