Hari ini Ayis diajak ibunya jalan-jalan ke kota Surabaya, perjalanan dari Sidoarjo ke Surabaya sangatlah macet, sehingga perjalanan yang biasa ditempuh selama lima belas menit menjadi tiga puluh menit lebih, Ayis yang semula diam saja mengamati pengguna jalan disekitarnya pun merasa bosan dan bertanya pada ibunya,
“Ibu, kapan sampainya?”, Tanya Ayis.
“Sabar ya nak, lima menit lagi sampai kok”, jawab Ibu menghibur.
“Kenapa di Surabaya selalu macet, ya bu?”
“Ya karena pengguna jalannya banyak, coba saja kalau yang menggunakan jalan sedikit pasti tidak macet”, jawab Ibu santai.
“Kalau begitu ditutup saja jalannya bu biar kita saja yang lewat, pasti tidak macet, iya kan Bu?”,
“hehe, ya tidak bisa lah, Yis, ini kan jalan umum, jadi semua orang berhak menggunaknnya”,
“Terus sampai kapan, bu, Surabaya macet?”
“Sampai tata guna lahannya diperbaiki, Yis.”
“Maksudnya, Bu?”
“Begini Yis, Ibarat pepatah mengatakan ada gula ada….?”
“Semut”, kata Ayis meneruskan perkataan Ibunya.
“ya, seperti itulah kondisi kota Surabaya, pengguna jalan ini diibaratkan semut yang selalu mendekat kalau ada gula. Di Surabaya, banyak tempat pelayanan public yang terpusat pada satu titik, misalya disekitar jalan Ahmad Yani ini terdapat banyak tempat layanan public, misalnya instansi pemerintahan, instansi pendidikan seperti SD, SMP, SLTA, ataupun Universitas, ada juga pusat-pusat perbelanjaan, dengan begitu pengguna jalan dengan tujuan yang berbeda-beda akan memenuhi jalan ini, beda lagi kalau penempatan layanan public tersebut tidak dibangun semua di daerah ini, kemacetan akan dapat di kurangi tentunya dengan kesadaran masyarakat yang mau untuk tidak malas dan egois.”
“O, begitu ya bu?”
Sampailah Ayis di Kebun Binatang Surabaya, saatnya bermain dan belajar.
Ilustrated By : Ahmad Budairi Al-Asrori Al-Biruni Al-Andonesyi
Geography Student of State University of Surabaya (Unesa)