Aku sedang merindukan menulis di blog yang menyegarkan pikiran. Menulis blog yang menjadi sarana healing. Menulis di blog yang tidak membuat kepala berdenyar karena memikirkan segala tetek bengek SEO, dari keyword sampai optimasinya.
Ngeblog meskipun awalnya adalah hobi yang menyenangkan, ketika ia berubah haluan menjadi hobi yang menghasilkan, rasanya tidak lagi sama.
Percayalah. Semenyenangkan apapun hobi, ketika dibayar pasti ada standar yang harus dipatuhi.
Blogging juga begitu. Ketika ada pihak yang membayar kegiatan ngeblog kita, pasti ada standar-standar dari klien yang harus kita penuhi. Baik dari jumlah kata, keyword, optimasi On page SEO, atau bahkan jika sudah expert job SEO, harus memikirkan Off Pagesnya juga.
Apakah dengan begitu lantas kita tidak boleh menjadikan hobi sebagai pekerjaan agar kita masih mempunyai sarana untuk menyegarkan pikiran?
Tentu tidak.
Bagiku, ketika aku memutuskan untuk menjadikan blog yang awalnya adalah hobi berubah haluan menjadi pekerjaan, aku harus tetap profesional.
Mengatur waktu kerja, juga mengatur waktu kapan ngeblog suka-suka. Kapan ngeblog tanpa memikirkan tetek bengek optimasi, tata-tulis.
Kapan ngeblog untuk mencapai target tertentu. Kapan ngeblog untuk sekedar bersenang-senang. Healing luka. Mengungkapkan rasa sayang.
Begitupun dengan travelling. Tidak semua-mua kehidupan kita harus dimasukkan di blog. Tidak semua-mua jalan-jalan harus ada foto yang proper agar pantas dijadikan portofolio. Tidak semua-mua masakan harus difoto untuk berbagi resep.
Ada waktu dimana menikmati travelling untuk diri sendiri dan keluarga tanpa diganggu dengan handphone, foto, video… menikmati kebersamaan yang hening tanpa narasi yang menari-nari di otak.
Ada waktu dimana memasak hanya untuk menyajikan masakan ke keluarga, tanpa dibayang-bayang bagaimana angle foto yang pas, properti apa yang harus disiapkan.
Nikmati.