Abaikan saja setiap ocehan yang bernada merendahkan. Barangkali orang-orang ini terlupa, jika setinggi apapun makhluk bernama manusia meraih impiannya, akan bersatu dengan tanah jua pada akhirnya.
Abaikan saja setiap makhluk yang dibekali keingintahuan bertanya ‘kapan’. Barangkali ia khilaf. Hingga fitrah keingintahuan diletakkan pada tempat yang tak semestinya. Abaikan saja, sebab pertanyaan ‘kapan’ akan terus beranak-pinak. Jika perasaan terhanyut hanya karena pertanyaan ‘kapan’, dimanakah kita meletakkan sepetak kebahagiaan untuk diri?
Abaikan saja.
Sebab Robbuna yang akan menghitung setiap huruf dan kecap. Menagih pertanggung jawaban atas nikmat akal dan jasad, untuk apa?
Abaikan saja.
Tak usahlah menurukan hal yang sama.
Bagaimana rasanya, jika, pada jejak yang dicatat malaikat, huruf dan kecap kita nyatanya dipenuhi dengan salimg berbalas nyinyir dan menyakiti hati makhluk-Nya?
Aahhh..aku tersindir.. 🙁
Baperan. 😝
ini pasti ketularan mbak Wiwit. Hahaha
Abaikan saja.. Andai saja aku dapat ikut mengabaikan perasaan keinginan tahuan ini, tetapi rasa itu sulit dienyahkan karena aku sadar aku adalah makhluk sosial, yang butuh kamu.
Asal ojo takon 'kapan' yang bikin baper itu. Mhuahahahah.
Aku nikah sudah, anak sudah, skripsi sudah, masih ditanya, kapan wisuda? 😝
Tetapi, Mbak, beda lho pertanyaan antara 'kapan'nya orang yang sekedar kepo dengan 'kapan'nya orang yang tulus perhatian.
abaikan aja, karena nggak semua yang orang omongin tentang kita harus dimasukan ke dalam hati. apalagi pikiran.
Baper dan lalu curhat. Semoga hati kita semakin lapang sehingga makin banyak muatannya 🙂
Hihihihi. Lebih baik menutup telinga seniri, sebab tangan kitatak sanggup menutup mulut jutaan orang. 😀
Aaamiiiin ya Rabb. 🙂