Aku percaya bahkan yakin kalau gusti Allah itu sangat sayang pada hamba-Nya. Meskipun terkadang kita tidak menyadari kehadiran kasih sayang-Nya karena bentuknya bisa bermacam-macam. Namun, aku selalu menanamkan keyakinan pada hati bahwa apa yang kita hadapi itu semuanya adalah bentuk kasih sayang Allah meskipun terkadang kita kurang berkenan menerimanya karena tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Daftar Isi
Aku punya kisah menarik yang bisa menjadi salah satu contoh betapa hebatnya Allah menyelesaiakan permasalahan tanpa melukai pihak manapun. Jadi ceritanya begini.
Beberapa waktu yang lalu, salah satu sekolah yang aku dampingi (selanjutnya aku sebut sekolah kami) mendapat jatah mutasi guru. Salah satu guru yang telah bertahun-tahun bertugas di sana dipindahtugas ke sekolah lain, sebagai gantinya, ada guru lain yang dipindahtugaskan ke sekolah kami.
Kami sangat berharap guru baru ini bisa lebih baik karena dipindah dari sekolah asal yang grade-nya dianggap lebih bagus. Jadi paling tidak banyak hal yang bisa ditularkan kepada guru lainnya di sekolah kami. Itu harapan kami semuanya.
Harapan kami terkabul. Guru baru ini sangat disiplin masalah waktu. Persiapannya untuk ngajar juga lebih matang dibandingkan dengan guru-guru yang lain. Ada beberapa pendekatan dan strategi pembelajaran baru yang diterapkan. “Bisa diajak bikin standar baru” pikir kami.
Seiring berjalannya waktu, guru baru ini mulai agak kehilangan kendali. Entah karena merasa paling berpengalaman atau bagaimana, muncullah sisi selfis yang begitu tinggi. Sampai-sampai dia berani menabrak kesepakatan bersama yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Bahkan! Melawan kepala sekolah dihadapan guru lain atau wali murid berani dilakukannya.
Aku kemudian konsultasi kepada beberapa orang yang kuanggap lebih kompeten menyikapi hal ini. Disamping itu, orang lain yang tidak terlibat langsung akan memiliki pandangan yang lebih objektif. Jujur saja aku terkejut ketika mendapat masukan dari mereka untuk mengembalikan guru baru ini ke kemenag. Tidak disarankan untuk sabar atau diberi treatment dulu tapi langsung disarankan untuk langsung dikembalikan ke kemenag saja.
Menyusun Strategi Memecahkan Masalah
Aku kemudian berkoordinasi dengan beberapa teman guru yang biasa kuajak diskusi membahas hal-hal seperti ini. Aku sampaikan saran yang kudapat dari beberapa orang tadi. Mereka sebetulnya sepakat tapi merasa gak enak juga mau “nundung” sesama teman guru meskipun melalui jalur yang sah yaitu berkirim surat kepada kemenag tanpa menyebut kesalahan atau kekurangan guru ini secara spesifik.
Hasil diskusi kami sampai pada satu kesimpulan yaitu keputusan mengembalikan guru ini ke kemenag atau tetap membiarkannya di situ mutlak keputusan kepala sekolah. Aku yang sebetulnya bertugas untuk matur ke kepala sekolah terkait hal ini. Hanya saja selama saya pulang ke Salatiga belum ada kesempatan bertemu kepala sekolah untuk membahas hal ini. Walhasil masalah ini didiamkan saja untuk sementara waktu.
Solusi dari Gusti Allah
Grup diskusi kami beberapa saat senyap setelah pembahasan mengenai penyusunan berkas Sekolah Ramah Anak (SRA) beberapa waktu yang lalu.
Hari ini tiba-tiba ada notif di grup dari salah satu guru yang mengabarkan kalau guru baru itu telah mengundurkan diri. Permohonannya pindah sekolah telah disetujui atasan, katanya.
Alasan guru ini mundur dikarenakan murid yang akan datang tidak mencukupi kuota minimal untuk dijadikan rombel sebagai guru PNS. Dia lebih memilih pindah ke sekolah lain yang muridnya lebih banyak. Sesuatu keputusan yang bijaksana.
Membaca pesan itu aku merasa seakan-akan gusti Allah dengan jelas sedang berkata padaku “lihatlah kalau menyelesaikan masalah dengan caraku lebih aman dan semua pihak senang. Berbeda dengan pemecahan masalah dengan caramu yang akan membuat salah satu pihak merasa disingkirkan dan pihak lainnya mungkin akan merasa menang dan lebih baik”.
Aku tidak sedang merasa digampar oleh Allah, sih. Tapi aku merasa sedang dipeluk sambil dinasehati. Aku merasa gusti Allah bukan tipe yang ngamukan atau suka nge-gampar orang semau-Nya. Kasih sayang-Nya lebih besar dari “kemarahan”-Nya.
Muhasabah Diri
Gusti Allah benar-benar keren. Andai saja aku kemarin jadi menemui kepala sekolah untuk membujuknya agar segera berkirim surat pada kemenag untuk mengembalikan guru baru itu tentu akan ada pihak yang merasa disingkirkan. Setelah itu, mungkin, hubungan kami tidak akan baik-baik saja.
Bersabar atas masalah yang menimpa kita itu ternyata membawa hikmah yang luar biasa. Aku jadi lebih memahami bahwa tidak semua masalah itu perlu dipikirkan pemecahannya. Kita lakukan saja apa yang bisa dilakukan. Sisanya biar diurus Allah yang maha mengetahui apa yang lebih baik untuk dilakukan.
Jakarta, 19 Mei 2025
(Kost Harris)