Komponen dalam ekosistem terdapat suatu hubungan timbal balik sehingga antara komponen yang satu dengan yang lainnya bersifat saling ketergantungan. Sebagai contoh sebuah hutan, merupakan suatu ekosistem yang mempunyai komponen berupa tumbuhan hutan, hewan, mikroba dan lingkungan tempat tumbuhnya hutan. Kelompok tumbuhan sebagai produsen membangun tubuhnya melalui asimilasi. Dalam proses ini tumbuhan mengambil zat mineral, air dan gas dari lingkungannya. Dalam proses tersebut tumbuhan juga mengambil energi dari matahari. Sebagai makhluk hidup tumbuhan juga melakukan respirasi, mengambil O2 dari udara untuk pembebasan energi yang telah tertimbun dalam senyawa-senyawa hasil asimilasi. Energi diperlukan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan bergerak. Tumbuhan tidak hanya mengambil begitu saja dari lingkungannya tetapi juga memberi kepada lingkungannya, antara lain O2 dalam asimilasi, CO2 + H2O dalam respirasi, dan H2O dalam transpirasi. Apabila tumbuhan mati semua bahan penyusun tumbuhan akan kembali ke lingkungannya, sebagian bersifat humus (organik) dan sebagian diuraikan oleh mikroba dalam proses penguraian (mineralisasi) dan kembali ke lingkungannya dalam bentuk mineral dan gas.
Dengan demikian lingkungan tidak hanya sebagai tempat hidupnya tumbuhan tetapi juga menyediakan zat yang diperlukan oleh tumbuhan. Faktor-faktor lingkungan yang penting antara lain suhu dan kelembaban udara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan transpirasi, intensitas penyinaran matahari terhadap fotosintesis dan transpirasi, pH tanah terhadap persediaan ion-ion mineral yang diperlukan oleh tumbuhan, curah hujan terhadap persediaan air di dalam tanah, gerakan udara atau angin terhadap kelestarian tumbuhan, perluasan daerah agihannya, serta membantu proses penyerbukan dan pemencaran alat perkembang biakan dan sebagainya. Memang faktor lingkungan tidak selamanya menguntungkan bagi kehidupan tumbuhan tetapi dapat pula merugikan. Misalnya yang merugikan angin kencang, hujan lebat, dan sebagainya. Dalam hutan, suatu pohon dapat menjadi tempat hidupnya tumbuhan lain, sehingga suatu pohon dapat menciptakan nits untuk tumbuhan yang lain.
Komponen ekosistem yang lain adalah hewan. Sebagian jenis hewan yang menghuni hutan merupakan pemakan tumbuhan ataupun sebagian dari tubuh tumbuhan. Hewan pemakan tumbuhan antara lain babi hutan, tikus, rusa, kijang dan sebagainya, pemakan bagian tubuh tumbuhan antara lain ulat, belalang, jengkerik, burung katik, kalong, kera dan sebagainya. Di lain pihak ada pula hewan sebagai predator, seperti ular pemangsa tikus, harimau pemangsa kijang, burung elang pemangsa ular dan sebagainya. Namun hewan tidak selamanya merugikan tetapi juga berguna bagi tumbuhan dalam perkembang biakan dan kelestariannya atau berperan sebagai polinator. Terhadap lingkungannya hewan juga memberikan CO2 + H2O dalam respirasi. Jika mati, hewan juga seperti tumbuhan yaitu menyediakan zat organik dan hasil penguraian tuibuhnya kepada lingkungannya. Walaupun belum disinggung secara eksplisit, sebenarnya telah disinggung peranan mikroba dalam ekosistem yaitu sebagai pengurai sisa-sisa makhluk hidup lainnya baik hewan maupun tumbuhan. Selain itu jenis tumbuhan tertentu akan hidup secara baik jika bersimbiosis dengan mikroba tertentu pula, misalnya tumbuhan berbuah polong dengan bakteri zat lemas, pinus dan anggrek harus bersimbiosis dengan jamur-jamur (mikoriza), tetapi dapat juga merugikan terutama mikroba yang bersifat patogen yang merugikan bagi hewan maupun tumbuhan sebagai penyakit.
Uraian di atas yang jauh dari kenyataan yang ada mengenai liku-liku hubungan timbal balik dalam ekosistem, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang peranan masing-masing komponan dan bagaimana bentuk hubungan antar komponen tersebut. Dari uraian di atas dapat dimengerti pula bahwa antar makhluk hidup terdapat hubungan yang berbelit yang melahirkan istilah-istilah : jaring-jaring hidup (web of life), jaring-jaring makanan (food web) dan rantai makanan (food chain).
Sumber: Handout Matakuliah Biogeografi oleh Kuspriyanto