Kedekatan dengan dia adalah untuk menganalnya agar mampu memahaminya untuk mempersiapkan keluarga sakinah mawaddah warahmah fiddunya wal akhiroh.
Hari ini, sebuah tragedi terjadi, ketidaksepahaman atas suatu ekspresi terbentuk. Sering kali dia ekspresikan kesedihan yang membuatku merasa belum berhasil untuk memahaminya, untuk memenuhi keinginannya, dan untuk membahagiakannya meskipun dengan sedikit perhatian yang mampu membuatnya tersenyum kecil.
Pagi sekitar jam 6 dia menelponku untuk membahas hal ini, dia mengorbankan jam untuk ngajar meskipun seharusnya hal itu tidak dia lakukan. Aku semakin tak dapat memahami tentang perasaan yang dialaminya. Mungkin inilah yang dikatakan pepatah, “Cinta dapat merubah tangan menjadi kaki”.
Memang, sebelum dia menjadi halal, aku tak mau berlebihan dalam hal bersikap, perhatian, atau ekspresi kasih sayang lainnya yang berhubungan dengan perasaan, terutama yang cenderung dapat dicampuri oleh kepentingan nafsu. Aku tidak ingin membawa ikatan ini ke jalan yang sesat, yang banyak menuruti kepentingan nafsu.
Panggilan sayang belum kuijinkan sebelum dia halal untukku. Bukannya aku menghalanginya untuk bahagia, tapi aku ingin dia bahagia dengan cara yang Islami.
Aku tak ingin caraku mencintainya membuatnya sedih. Ketika dia sedih, ku ingin dia selalu tersenyum. Bukankah kesedihan itu merupakan anugerah dari Allah yang perlu kita syukuri? Menandakan bahwa hati kita masih berfungsi.