Masa khidmat kepengurusan Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Argomulyo habis pada 20 November 2024 nanti. Sudah sejak beberapa waktu yang lalu, aku dengan beberapa sahabat PAC berembug mengenai siapa yang akan diusung menjadi calon ketua untuk masa khidmat selanjutnya.
Daftar Isi
Masalahnya tidak ada salah satu di antara kami yang mau dicalonkan menjadi ketua. Masing-masing memiliki alasan yang kuat. Kang Sabiq yang sejak awal kugadang-gadang menjadi calon ketua selalu menolak dengan alasan pandai berideasi tapi lemah dalam eksekusi.
Kang Fauzan, ketua saat ini, menolak dicalonkan kembali karena alasan usianya sudah lebih dari 40 tahun. Dengan begitu, dia merasa sudah tidak memenuhi persyaratan. Selain itu, kang Fauzan juga beralasan jika selama menjadi ketua, banyak program yang kurang bisa berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, menurutnya, tidak layak kalau dicalonkan kembali.
Kang Arif tidak bersedia dicalonkan menjadi ketua karena alasan “pokoke ojo aku”. Akan tetapi, dia sanggup dijadikan pengurus siapapun di antara kami yang mau dicalonkan menjadi ketua.
Aku sendiri merasa ada gangguan kesehatan yang akan dapat menghambat kinerja ketua. Masih sering gelisah saat berada di keramaian gara-gara refluks atau asam lambung naik. Apalagi kalau diminta untuk berdiam diri terlalu lama di sebuah keramaian.
Pembahasan Calon Ketua Mengalami Jalan Buntu
Pembahasan mencari calon ketua mengalami jalan buntu. Masing-masing dari kami menolak dicalonkan menjadi ketua sambil menunjuk lainnya untuk dicalonkan sebagai ketua.
Aku, kang Fauzan, dan kang Arif sebetulnya memilih kang Sabiq. Dia sangat cocok untuk situasi yang ada saat ini. Selain ahli dalam berideasi dan mengatur strategi, dia juga memiliki wibawa yang kuat. Hanya saja, kang Sabiq tetep Keukeh tidak bersedia dicalonkan.
Mencari Suasana Baru untuk Diskusi
Sepulang menghadiri undangan dari Pimpinan Ranting Cebongan untuk menyusun kepengurusan baru, kami sepakat untuk mampir cari makan. “Sekali-kali makan bareng di luar” celetuk salah satu dari kami.
Akhirnya kami sepakat untuk mencari tempat makan yang nyaman sekaligus digunakan untuk diskusi. Karena kami pamit dari tempat rapat di Cebongan sudah hampir pukul 12:00, beberapa tempat yang kami tuju ternyata sudah tutup. Walhasil kami mendapati satu angkringan yang masih buka yaitu angkringan Banyoe di daerah Pulutan. Itupun sebetulnya pukul 12:00 biasanya sudah tutup. Tapi ketika kami tanya masih bisa dilayani akhirnya kami memilih tempat itu.
Di angkringan ini, kami masih saling ngotot saling mencalonkan satu sama lain. Perdebatan yang tiada habisnya itu berlaku beberapa saat sebelum akhirnya kami memilih topik yang lain.
Memetakan Masalah Sekaligus Merancang Program
Ini sebetulnya sangat aneh. Tidak ada yang mau jadi ketua tapi sok menganalisis masalah dan merancang program yang menurut kami bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan itu.
Dalam hal ini, kang Sabiq benar-benar mengambil perannya untuk berideasi. Banyak pandangan-pandangannya yang sangat bagus untuk dijadikan program. Tidak hanya itu, dia juga bisa menjelaskan teknis pelaksanaannya dengan apik.
Salah satu usulannya adalah memecah kegiatan ke kelompok-kelompok kecil. Nah! Masing-masing kelompok itu memiliki koordinator yang akan dikontrol oleh bidang kaderisasi tingkat ranting. Intinya gitu, deh. Selengkapnya masih dirahasiakan.
Setelah kang Sabiq menjelaskan panjang lebar mengenai usulan-usulan programnya, aku nyeletuk “Nah! Ternyata diam-diam kamu sudah memikirkan masalah sekaligus solusinya sehingga bisa menyampaikan rancangan program sedetil ini. Bearti sudah menyiapkan diri untuk jadi ketua, to?”
“Enggak. Aku hanya usul ke calon ketua saja” jawabnya datar.