Acara buka bersama kami tutup dengan sholat maghrib di masjid Raya Darul Amal. Kebetulan sore itu tak ada kegiatan ekstra di masjid, jadi agak sepi pengunjungnya. Berbeda dengan alun-alun Pancasila yang selalu ramai pengunjung, terlebih pada hari libur. Usai sholat, kami pun memutuskan untuk pulang. Dinginnya udara malam itu sudah semakin tak bersahabat. Kami mengambil rute jalan pulang melalui pasar kota. Rencananya mau sekalian belanja keperluan warung, tapi ternyata tak kuasa melawan dingin. Ketika sampai di depan perpusda, kulihat ada bakoel boekoe yang sedang mengadakan pameran di sana. Kura-kura pun kusuruh berhenti dan berjalan mundur perlahan untuk melihat-lihat pameran.
Sesampainya di tempat pameran buku, ternyata itu bakoel boekoe yang lama. Bukunya belum ganti. Kami pernah berkunjung sebelumnya. Kami pun segera angkat kaki dari sana untu meneruskan perjalanan pulang. Kami pun sampai di rumah setelah mampir ke apotik untuk membeli testpack. ketika itu adzan isya’ tengah dikumandangkan. Singkat cerita aja ya guys. Malam itu kami tidur dengan perasaan yang bercampur-campur.
Pukuk 02.45 kami bangun untuk persiapan makan sahur. Seperti biasa, do’I yang menyiapkan makanan untuk sahur. Aku pun menunggu di kamar. Tak lama kemudian, do’I masuk kamar tapi tak membawa makanan. Kulihat wajahnya berseri-seri. “Apa yang dialami istriku?” pikirku. “Jangan-jangan…..” Belum sampai batin mengucap kata lanjutan, do’I menunjukkan testpack. Aku lihat ada beberapa garis di sana. Kukatakan padanya, “Maksudte opo iki? aku ra mudeng.”. Dia memintaku untuk melihat lagi, di sana ada dua garis. Lalu memintaku membaca keterangan antara hasil dengan satu garis dan dua garis. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat tanpa batas.
Robbi hab li minas sholihin.