Berdasarkan situs resmi MTA disebutkan bahwa kitab tafsir yang dijadikan pedoman oleh MTA adalah kitab Tafsir Ibnu Katsir. Dalam setiap penentuan ststus hadits, MTA mengikuti Imam As-Syaukani dalam Syarh Nailul Authar sebagaimana yang tertulis pada Brosur 1998/19981227. Terkadang mengikuti pendapat Ibnu Taimiyah seperti dalam pembagian tauhid menjadi tiga.
Berikut ini beberapa kemuskilan pola pikir ajaran MTA:
- Imam Ibnu Katsir adalah pengikut madzhab Asy-Syafi’i (lihat Tariqrirat As-Sadidah) karya Hasan bin Ahmad al-Kaff. Dalam tafsirnya, syaikh Hasan mengutip pendapat-pendapat ulama’. Namun, secara meyakinkan, MTA menolak madzhab dan menuduh ulama’ sebagai kaum ortodoks.
- Imam Bukhori (lihat Thabaqat Asy-Syafi’iyyah karya Tajudin As-Subki), Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i (Faid Al-Qodir karya al-Hafidz Al-Munawi) mereka adalah pengikut madzhab syafi’i. Jika menurut MTA bermadzhab adalah sesat, mengapa kitab karya ulama madzhab (yang dianggap sesat) dijadikan rujukan?
- Imam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, keduanya adalah pengikut madzhab Ahmad Bin Hanbal. Hal ini diakui oleh seluruh ulama’, bahkan ulama’ dari golongan Wahabi. baca kitab-kitab karya Abdul Muhsin Abbad.
- Imam Ibnu Katsir menerima hadits dhoif dalam hal fadhoilul amal, bahkan beliau mengutip pendapat ulama yang menganjurkan pembacaan Yasin bagi orang yang meninggal. (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim VI/562). Padahal! Secara meyakinkan, MTA menolak hadits dhoif dan mengharamkan Yasinan.
Imam Asy-Syaukani menyatakan bahwa bacaan Al-Qur’an dan surat Yasin boleh dihadiahkan kepada mayit (lihat Nailul Author III/25 dan IV/105-106). Namun, MTA menyesatkan pembaca Qur’an yang menghadiahkannya kepada mayit.
- Imam Asy-Syaukani adalah salah satu ulama Syi’ah Zaidiyah yang membagi bid’ah menjadi lima dan mengakui bid’ah hasanah (lihat Nailul Authar III/25) Namun, MTA menganggap semua bid’ah adalah sesat.
- Imam Asyaukani membolehkan tawasul dengan nabi dan orang-orang sholeh (lihat kitab Ad-Durr An-Nadhid fi Ikhlas Kalimah At-Tauhid). Namun, MTA menyesatkan pelaku tawasul.
- Imam As-Syaukani membolehkan dzikir dengan keras (lihat Al-Ijtima’ ala Adz-Dzikri wal Jahri bih yang terhimpun dalam Fatawa As-Syaukani, 6955). Namun, MTA menganggap sesat amalan tersebut.
- Imam Ibnu Taimiyah membenarkan bahwa mayit bisa mengambil manfaat dari doa dan bacaan Al-Qur’an dari orang yang masih hidup, membolehkan talqin mayit, membolehkan penggunaan hadits dhoif dalam hal fadhoilul amal, mengesahkan hal-hal baru yang mempunyai dalil secara umum (bid’ah hasanah). Namun, MTA menganggap amalan-amalan tersebut sebagai perbuatan syirik dan sejenisnya.
Diadaptasi dari buku Meluruskan Doktrin MTA (Nur Hidayat Muhammad) dengan beberapa pengubahan.