Pondok pesantren itu bermacam-macam: ada yang mengidentifikasi diri sebagai bagian Nahdlatul Ulama, baik tergabung dalam Rabithah Ma’ahid Islamiyyah atau tidak, maupun secara personal (pengasuhnya) aktif sebagai pengurus di organisasi ini. Selain itu ada pula yang memang inkusif-netral: tak mengibarkan bendera NU, Muhammadiyah, Persis, dan ormas lain, tetapi secara amaliyah berlandaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Ponpes Darul Lughah Wad Da’wah (Dalwa) Bangil adalah salah satunya. Habib Hasan bin Ahmad Baharun (rahimahullah), meskipun juga sempat berkiprah aktif di Nahdlatul Ulama, namun beliau dengan pikiran inklusif-moderat tak mengibarkan bendera ormas Islam apapun di sini. Semua boleh mengaji di sini: tanpa memandang santri berasal dari aliran, kelompok, madzhab manapun. Ini strategi dan taktik jempolan. Dengan membuka diri dan ‘menetralkan diri’, justru santri dari latarbelakang keluarga apapun, bisa masuk lalu dididik sesuai amaliyah dan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Kalaupun, misalnya, seorang calon santri dibesarkan di keluarga Wahhabi atau Syiah, lalu belajar di sana, ketika menjadi alumni, pola pikir Wahhabi dan Syiah malah hilang, berganti 100% beraqidah dan beramaliyah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Lagipula, ketika ada alumni Dalwa yang belajar di Timur Tengah, lalu disana mengalami “brain washing” menjadi Wahhabi, misalnya, ketika ingin mengabdikan diri di Dalwa, tetap dipersilahkan. Hanya saja, dengan cara yang lembut, Habib Hasan memberi kesempatan kepada alumni Dalwa yang terindikasi Wahhabi ini “cuma” mengajar Bahasa Arab saja, dan tidak diizinkan mengajar keilmuan lain, seperti aqidah maupun fiqh. Dengan proses “filterisasi” ini, Habib Hasan tetap memberi ruang pengabdian bagi santrinya, sambil menangkal virus Wahhabi di pesantrennya.
Ciri khas strategi jenius itu tak pernah diomongkan apalagi dipromosikan kepada publik, tapi bisa dilihat hasilnya secara nyata.
Lahul fatihah
Sumber Tulisan : https://www.facebook.com/avisaaurora.baldatina/posts/152056724971222
Sumber Gambar : http://www.pp-dalwa.org
Diakses pada 18 April 2013