Kisah ini diriwayatkan oleh Uwais Al-Yamani. Ia mengisahkan tentang seorang lelaki yang memiliki empat anak.
Pada suatu hari, lelaki tersebut jatuh sakit karena usianya yang sudah tua.
Keempat anaknya berunding untuk membicarakan tentang perawatan ayahnya yang sedang sakit itu. Anak terakhir dari keempat bersaudara berkata, “Adakah dari kalian yang mau merawat ayah tanpa menerima warisan apa pun?”. Ketiga saudaranya tidak ada yang menyanggupi tawaran yang diberikan itu. Akhirnya, sang ayah dirawat oleh anak terakhir. Dia merawat ayahnya dengan penuh kesabaran dan keihlasan hingga ayahnya meninggal dunia. Dia tidak mendapatkan warisan sama sekali.
Pada suatu malam, anak yang merawat ayahnya sampai meninggal itu bermimpi bertemu dengan seseorang. Orang itu menyuruhnya pergi ke suatu tempat yang terdapat uang 100 dinar di sana. Dia disuruh mengambil uang tersebut.
Pagi harinya, dia menceritakan mimpi itu kepada istrinya. Istrinya menyuruh mengambil uang itu. Namun, dia tidak mau.
Pada malam berikutnya, dia bermimpi bertemu dengan seseorang yang menyuruhnya pergi dan ke suatu tempat untuk mengambil uang 10 dinar yang tidak barokah.
Pagi harinya, ia menceritakan mimpinya kepada istrinya. Istrinya menyuruhnya mengambil uang tersebut, namun dia tidak mau.
Pada malam berikutnya, dia bermimpi bertemu dengan seseorang yang menyuruhnya pergi ke suatu tempat dan mengambil 1 dinar uang yang barokah. Pagi harinya, dia pergi ke tempat tersebut dan mengambil uang 1 dinar. Setelah kembali dari tempat itu, dia bertemu dengan seseorang yang menjual dua ikan laut. Dia bertanya, “berapa harganya?”.
“Satu dinar”, jawab orang tersebut. Dia pun membelinya dan membawanya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, dia membelah ikan tersebut. Alangkah terkejutnya dia ketika mendapati mutiara yang sangat indah di dalam masing-masing perut ikan.
Dia membawa satu mutiara kepada seorang raja untuk menjualnya. Mutiara itu dibeli dengan harga yang sangat tinggi (diriwayatkan seharga emas seberat 30 keledai). Raja itu memintanya untuk mengambil mutiara yang satunya untuk dibeli dengan harga yang sama. Ia pun mengambil dan menjual mutiara yang satunya kepada raja.
Kisah di atas bisa dijadikan contoh keberkahan seseorang yang berbakti kepada orang tuanya. Pada kisah di atas, anak terakhir tersebut merawat ayahnya yang sedang sakit dengan penuh kesabaran dan keihlasan sampai ayahnya meninggal dunia. Dia pun tak mengharapkan warisan dari ayahnya. Akhirnya Allah memberi balasan yang lebih banyak dari jumlah warisan yang seharusnya diterimanya.