Mengapa Takut Mati?

Selama ini, aku sering merasa khawatir terhadap nasib anak dan istriku seandainya aku mati dalam waktu dekat. Membayangkan mereka hidup tanpa ada aku di sisinya membuatku merasa sangat sedih.
Membayangkan si K yang biasa bermanja denganku tiba-tiba kehilangan aku begitu saja. Membayangkan istriku yang sering membutuhkan bantuanku menjadi tidak bisa lagi melakukannya. Alangkah terganggunya hidup mereka, pikirku.
Oleh sebab itu, ketika aku sedang mengalami refluks, aku berusaha memberitahu istriku atau anakku. Aku ingin mereka tahu kondisiku terkini. Aku tidak ingin mati dalam senyap alias tanpa sepengetahuan mereka. Aku ingin ketika menjelang ajal ada di samping mereka agar mereka tidak merasa ditilap dan merasa menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa untukku di saat-saat terakhirku hidup di dunia.
Ternyata apa yang aku rasakan itu adalah suatu kesombongan belaka. Anak dan istriku itu memiliki kehidupan sendiri. Dengan atau tanpaku akan tetap hidup. Mereka mungkin akan bersedih atas kematianku barang sehari atau dua hari. Setelah itu, mereka akan disibukkan dengan urusannya menjalankan hidup.
Ketika aku membayangkan setelah mati lalu melihat mereka memiliki  banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari kesedihan membuatku bisa tersenyum. Salah satunya adalah membayangkan mereka bermain medsos atau nonton Youtube untuk menghibur diri setelah kematianku.
Begitulah.

Leave a Reply