Status mahasiswa sering kali menjadi penghambat seseorang yang ingin menikah. Mereka khawatir kalau pernikahan akan menghambat studi atau kuliah mereka. Terlebih lagi jika hal ini didorong oleh orang tua yang melarang anak-anaknya menikah sebelum mereka lulus kuliah. Hal ini sebenarnya ironis. Tidak ada hubungan antar menikah dengan kegagalan kuliah.
Ayi & Budairi |
Kegagalan kuliah lebih banyak disebabkan oleh faktor mahasiswa sendiri. Buktinya banyak mahasiswa yang tidak menikah juga gagal menyelesaikan studinya. Sebaliknya, banyak mahasiswa yang telah menikah dan mampu menyelesaikan kuliahnya. Lihatlah para guru yang mendapat beasiswa kuliah. Entah itu S1 atau S2, atau bahkan S3. Mereka mampu menyelesaikan kuliahnya. Lalu kenapa mahasiswa yang sedang menempuh S1 takut menikah?
Orang-orang sering menyiapkan kemapanan materi sebelum menikah. Namun, sayangnya, mereka mengabaikan kesiapan dan kemapanan ruhani dalam menikah. Kemapanan ruhani ini lah sebenarnya yang menyebabkan seseorang gagal dalam menjalani sesuatu. Kuliah yang tidak dibekali dengan kesiapan ruhani akan menyebabkan kegagalan. Kebanyakan bosan di tengah proses perkuliahan. Begitu juga dengan pernikahan jika tidak dimodali dengan kemapanan ruhani akan berakhir dengan perceraian.
Pernikahan akan menambah berkah seseorang dalam mencari ilmu. Perjuangan menjadi seorang suami dan istri yang merangkap menjadi mahasiswa merupakan suatu status yang sangat istimewa. Mereka lah mujahid (ahli jihad) sejati. Di saat lingkungan sudah terbiasa dengan istilah dan aktivitas pacaran, orang tersebut berani mengambil keputusan menikah. Merka berani menentang mitos bahwa menikah akan menghambat kuliah. Mereka ini lah orang-orang yang harus dijadikan teladan.