Salah satu mom war yang bikin dunia terasa makin sempit adalah full time mom at home vs working mom. Yang Ibu Rumah Tangga full time di rumah nyinyir kepada Ibu Pekerja, tega amat anak diasuh orang lain, katanya. Yang menjadi Ibu Pekerja pun tak sedikit yang nyinyir kepada IRT full di rumah, sayang sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya berujung pada urusan dapur, sumur dan kasur.
Belum kelar dua pokok nyinyiran tersebut, mom war melebar ke ranah antah berantah, dari menukar anak demi segepok gengsi hingga perang dalil. Fiuh, asli, meski hanya sekedar menjadi pengamat, aku sangat lelah membaca mom war yang wira-wiri di beranda.
Menjadi full time mom at home dengan sederet alasan idealis, bukan berarti harus nyinyir kepada ibu pekerja, kan? Aku sendiri memilih menjadi full time mom at home. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan seorang Ibu mengambil pilihan untuk tetap bekerja. Apa saja itu?
1. Panggilan Hati
Coba bayangkan jika semua perempuan hukumnya haram untuk bekerja, apakabar dengan perempuan-perempuan lain yang hendak melahirkan? Nggak risih jika diperiksa oleh dokter laki-laki? Meski untuk keadaan darurat diperbolehkan ditangani oleh dokter laki-laki, tetapi, plis, kita-kita pasti lebih nyaman dengan dokter perempuan atau bidan, kan?
Apakabar dengan anak-anak krucil yang butuh pendidikan, sementara ibu kandungnya sendiri tak memiliki bekal yang mumpuni untuk mendidiknya? Alih-alih berkembang sesuai dengan usianya, yang terjadi malah dibiarkan begitu saja karena sang ibu kurang telaten.
Apakabar toko-toko perlengkapan khusus wanita? Apakabar…
2. Ekonomi Keluarga
Tak sedikit ibu bekerja karena ingin membantu suaminya dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga. Beliau-beliau memutuskan untuk bekerja daripada melihat ekonomi keluarga berantakan. Khawatir dzalim jika sampai membuat anak terlantar.
3. Agar Tetap Produktif
Jika anak-anak sudah tidak lagi menempel dengan sang ibu, entah harus mondok, studi di luar, atau sang anak sudah masanya untuk berumah tangga, maka ibu-ibu ini mencari cara untuk menyibukkan diri agar tetap produktif, salah satunya dengan bekerja.
Dibalik ‘enak’nya menjadi ibu pekerja yang mempunyai pendapatan sendiri, sehingga ‘terlihat’ bebas membelanjakan uangnya, ada sekian suka-duka yang patut diketahui agar tak lagi nyinyir dengan ibu pekerja. Eh, kok ada tanda kutipnya, sih? Iyes, hidup ini mah sawang-sinawang, ‘terlihat’ ‘enak’… rumput tetangga terlihat lebih hijau.
Adalah Rani Rahayuning Tyas, lifestyle and mom blogger yang memutuskan untuk tetap menjadi ibu pekerja. Rani R Tyas, begitulah beliau akrab di kalangan blogger, bercerita tentang suka-dukanya menjadi ibu pekerja.
Bagi mbak Ran yang memiliki tagline blog Nggenggem Donyo Langkung Seratan, bagi ibu pekerja, baik anak maupun ibu dilarang sakit. Sebab jika salah satu sakit, maka kacau-balau segala urusan. Kebayang, kan, jika anak sakit musti ijin dari kantor. Iya, kalau kantornya ramah untuk ibu pekerja, jika kantornya ‘keras’? Urusan jadi ribet. Hiks.
Sedikitnya waktu untuk mengamati perkembangan anak juga membuat hati mbak Ran melow-ini mah asumsi si WiDut aja- tetapi, posisi mbak Ran sedikit lebih ringan dibanding ibu pekerja lain yang terpaksa menitipkan baby-nya ke pengasuh. Han, putra kesayangan mbak Ran, diasuh oleh ibu mbak Ran sendiri, Ibu mbak Ran perkembangan Han setiap hari.
Hmm, itu saja?
No, kukira masih banyak. Apalagi perjuangan mbak Ran agar Han tetap Asix. Mbak Ran harus rajin memerah, menyimpan ASIP, memastikan bahwa ASIP yang disimpan cukup untuk Han. Tetapi, perjuangan mbak Ran menyimpan ASIp ternyata penuh lika-liku, puluhan botol simpanan ASIp pernah dibuang oleh ibunya. Lhah, kok bisa? Pantau terus blog-nya mbak Ran, deh. Beliau bakal nulis di blog tentang lika-liku ASI ini, kok. Feelingku kuat banget. :p
Ditanya soal suka-nya menjadi Ibu Pekerja, dengan setengah bercanda mbak Ran menjawab, “Dipikir-pikir enakan kerja. Kerjaku nyantai, bisa tak tinggal ngeblog. Bahkan kadang nonton film juga. Hahaha.”
Nah, lho. Menjadi Ibu Pekerja ternyata bukan halangan bagi mbak Ran untuk tetep ngeblog. Terlihat dari postingan blog-nya yang up to date. Eike saja kalah, Cyin. Masa iya, full time mother at home kalah produktif ngeblog sama working mom. *Tutupin muka pake serbet*
Sepulang kerja, jika kuterawang waktu mbak Ran benar-benar hanya untuk keluarga dan Han semata wayang. *WiDut belagak jadi cenayang* :P. Terbukti ketika aku dan mbak Arin berhaha-hihi di grup whatsapp setiap sore hingga lepas isya, sangat jarang mbak Ran cepat tanggap. Dengan pedenya kami menyiksa mata mbak Ran untuk membaca puluhan chat ketika ada kesempatan membuka hp. *ketawa jahat*
Mbak Ran yang ngaku menjadi blogger absurb, sampai-sampai ada kategori absurb di blognya, sering berbagi berbagai tips. Dari teknologi, game, sampai review drama korea. Jadi, kalian-kalian yang demen drakor, mari merapat ke www.ranirtyas.com.
Hmm.
Mbak Ran, menjadi full time mother at home ataupun working mom, kau tetap menjadi mama yang terbaik bagi Han.
And so, you are a very very good friend for us.. *njajal nginggris
Aku meskipun ga kerja, tapi ga pernah nyinyirin yang bekerja lho yaaa…hihihi.. semua orang berjuang untuk hidupnya masing2… termasuk yang nyinyir, harusnya lebih kuat lagi perjuangannya untuk menahan nyinyirannya qiqiqi
Duh kalo dijawab bakal jadi 1 postingan tersendiri nih..
1. Yes, no gadget at home, its family time but reallity is Han using my phone to watching his video, on offline youtube of course hahaha. His favourite video is Gazoon. Try it! Perhaps Kevin will be like it.
2. So many thank to my mom who explain Han growth. Or sometimes if she didnt explain I'll asking to her so I know every kind activity of Han
3. Hahaha, now you'll be shaman Mbak Widut! about breastmilk bottle, I planning to pursue Ira GA's en will explain everything on my blog. Watch that.
And.. many thanks to you Mbak Widut for become my kindly friend. Big hug and kiss from Kudus
ah.. so sweat Mbak Arin.. sini aku kecup sini..
This comment has been removed by the author.
Menjadi full time mom at home atau menjadi working mom sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua kembali lagi kepada pilihan masing-masing ya mbak. Good review 🙂
peluuuk
Hahaha, toss. Aku juga nggak kerja, mbak Ret. :*
bear hug. :*
Iya, mbak Esther. Masing-masing punya pertimbangan sendiri, ya. 🙂