Baiklah, para sahabat Iron Man yang berbahagia, kita sepakat jika Islam adalah agama egalitarian, yang menekankan derajat setara tanpa memandang suku, ras, jabatan, keturunan, asal-usul, dlsb. Meskipun demikian, di dalam Islam, ada yang harus dibedakan. Al-Qur’an telah menggarisbawahi dengan benderang bahwa dalam aspek ini kita harus "diskriminatif". Ya, dalam aspek ilmu kita harus berlaku demikian. "Apakah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu?" (QS. Azzumar: 9). Ini jelas pertanyaan retoris, artinya jawabannya sudah pasti, yaitu "tidak sama". "Apakah sama orang-orang yang buta dengan yang melihat?" (QS. Al-An’am: 50; Ar-Ra’d: 16); "Apakah sama kegelapan dengan cahaya?" (Ar-Ra’d: 16).
Berulang kali al-Qur’an menyebutkan bahwa tidak sama antara kebodohan dan ilmu. Kemuliaan dalam Islam terletak dalam ilmu.
Karena itulah sahabat Iron Man yang berbahagia, jika datang ke majelis zikir juga dirasa penting, maka hadir di majelis ilmu itu juga sangat penting. Zikir dan Fikir, intinya keseimbangan seperti ini.
Berbahagialah yang berhasil menyeimbangkan kedua aspek ini. Grudak-gruduk hadir dengan bahagia di majelis zikir, atau sambil hadir memasang telinga & merefresh pikiran di dalam majelis ilmu.
Jadi, kalau ada Wahhabi mengigau seperempat linglung membid’ahkan majelis zikir dan menyesatkan majelis ilmu yang menghadirkan para ulama tertentu, biarkan saja. Diamlah sambil menertawakan ocehan mereka.
أما ترى الأسد يخشى و هى صامتة ** والكلب يخشى لعمرى وهو نباح
Apakah kau tidak melihat bahwa singa ditakuti karena ia diam ** sedangkan anjing dijadikan permainan karena suka menggonggong. (Imam Syafi’i)
Piye, masih sanggup bertahan menghadapi Wahhabi? Jika sudah terengah engah, apa perlu saya panggil sahabat terbaik saya bernama Tony Stark, si Iron Man itu, agar kesini bawa berkat?
Salam,
Raden Kian Santai
Sumber Tulisan : https://www.facebook.com/avisaaurora.baldatina/posts/152414898268738
Sumber Gambar : http://moetivasi.blogspot.com/2012/08/keseimbangan-hidup.html
Diakses pada 19 April 2013