Saat si K memasuki usia empat bulan dua puluh hari, aku mulai berburu informasi tentang MPASI. Berbagai jurnal kulahap. Berbagai sumber kujadikan referensi. Hasilnya? Sungguh membingungkan. Ini tidak sesimpel yang kubayangkan. Berbagai silang pendapat kutemukan. Jangankan di kalangan ibu-ibu, di kalangan ahli kesehatan pun kentara sekali pro dan kontranya. Nambah lagi mom war-nya; MPASI dini vs MPASI 6 bulan, MPASI home made vs MPASI pabrikan, eehhh,ternyata masih nambah Baby Lead Weaning atau MPASI pure yang disuap.
Daftar Isi
Nyut-nyutan? Tunggu, aku bakal berbagi informasi yang kukumpulkan dari berbagai pro kontra tersebut. Keputusan diambil oleh Ibu sendiri. Yep, Ibu lah yang lebih paham dengan keadaan baby. Bukan tetangga, bukan tukang bully di berbagai medsos, apalagi mantan. Wkakaka. Mantan lagi…
Kapan Waktu Terbaik untuk Memulai MPASI?
Aku dulu berprinsip si K harus diberi MPASI setelah usianya pas 6 bulan. Eh, lha kok waktu usianya baru menginjak 22 minggu, neneknya menyuapi si K dengan roti bayi karena nggak kelar-kelar rewelnya. Bete? Pasti. Merasa gagal ASIX 6 bulan. Duh, Gustiiii. Mau marah juga nggak bisa, kalah pengalaman dengan Ibu. Seharian gegoleran di kasur, chat teman-teman, tanya sana-sini, apa roti bayi yang dimakan si K tidak membahayakan perutnya?
Tetiba, ada sms masuk. Penasaran? Iya dong, wong sekarang jamannya WA, Line, BBM, ada sms tentu excited banget. Heuheuuu. Ternyata dari SMSBunda yang mengabarkan jika sudah tiba saatnya memberi MPASI si kecil.
Eh, wait! Ini beneran apa ngaco, nih? Sebagai Emak yang cerdas,cermat dan bersahaja, eh, aku pun kroscek ke berbagai jurnal resmi IDAI. Ternyata, pemberian MPASI nggak kudu pas enam bulan, lho. Waktu terbaik untuk memulai MPASI ternyata tidak sama untuk setiap anak. Ada observasi perkembangan oromotor anak untuk menentukan apakah anak sudah siap menerima MPASI atau belum.
Ini dia tiga patokan perkembangan oromotor yang harus diperhatikan sebelum memulai MPASI:
- Anak mampu duduk dengan kepala tegak.
- Anak bisa mngkordinasikan mata, tangan, dan mulut untuk menerima makan.
- Mampu menelan makanan padat
Rerata anak Indonesia mencapai perkembangan oromotor tersebut pada usia enam bulan. Makanya, IDAI menyarankan untuk memberikan MPASI pada usia enam bulan. ESPEHAN (Eropan Society For Pediatric Gasthro Hepatology and Nutrition), menyarankan untuk memulai pemberian MPASI pada usia 17 minggu sampai 26 minggu.
Dengan catatan TIDAK BOLEH LEBIH DARI 27 MINGGU DAN KURANG DARI 16 MINGGU.
Iya, jika kurang dari 16 minggu maka tergolong MPASI dini yang bisa membahayakan pencernaan karena organ pencernaan bayi belum siap untuk menerima makanan padat. Jika lebih dari 27 minggu, anak rawan terkena defisiensi atau kekurangan zat besi karena kandungan ASI sudah tidak mencukupi kebutuhan nutrisinya. Anak usia 6 bulan-an sudah usil banget, kan?
Nah, karena si K sudah mampu mengangkat kepala, bahkan geleng-geleng ekstrem, tangannya pun bisa memegang segala mainan kemudian dikenyot-kenyot, maka aku memutuskan untuk melanjutkan MPASI yang sudah dimulai oleh neneknya si K. Sekarang kegalauanku berlanjut tentang Mom War lainnya, MPASI Home Made atau MPASI pabrikan. Emak K mah gitu, dikit-dikit galau. LoL
MPASI Home Made atau MPASI Pabrikan?
Sebagai emak yang idealis, saat hamil si K aku mencari aneka resep MPASI home made karena terlanjur serem dengan gosip yang beredar bahwa MPASI pabrikan tidak aman. Dan… setelah si K tiba masanya untuk MPASI, ternyata ini tidak sesimpel yang kubayangkan. Ada pertimbangan higienisitas, kandungan gizi dan tentu waktu untuk membuatnya.
Jika Ibu tidak bisa menyediakan MPASi dengan nilai gizi yang mencukupi anak, dianjurkan untuk memberikan MPASI pabrikan yang khusus dirancang untuk bayi sesuai dengan usianya. Jika Ibu mampu menyediakan MPASi dengan nilai gizi yang mencukupi, maka MPASI home made sangat dianjurkan oleh IDAI.
Keterpenuhan zat besi pada MPASI adalah hal utama yang disoroti oleh IDAI. Zat besi biasanya terkandung dalam daging merah (daging sapi, hati ayam, hati sapi), bayam. Karena aku bukan Ibu yang telaten jika musti ngeblender aneka daging setiap hari, maka aku pun memutuskan untuk memberikan MPASi instan bagi si K setiap pagi. Tentu saja MPASi instan yang kupilih memiliki kandungan fortifikasi zat besi sesuai dengan yang dianjurkan oleh IDAI. MPASi siang dan sore si K home made. Membuatnya cukup mudah.
WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Childrenpada tahun 2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, sebagaimana yang dikutip oleh IDAI pada buku Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi, yaitu:
- Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
- Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya
- Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih
- Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MPASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode
pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembanganseorang anak)
Responsif Feeding atau Baby Led Weaning?
Di media sosial beredar tentang BLW, Baby Led Weaning yang dicetuskan oleh Gill Rapley dan Tracey Murhett, dimana bayi memakan makanannya sendiri. Langsung dalam bentuk utuh. Tidak boleh berwujud bubur, tidak boleh disuapi. Baby Led Weaning berguna agar anak berlatih makan secara mandiri serta belajar mengunyah makanan.
Responsif feeding adalah cara memberikan makan kepada bayi, dimana ibu aktif mengajak bayi untuk makan dengan cara disuapi dan mengajak berbincang. Responsif feeding berguna untuk membangun kedekatan emosional antara ibu dan bayi. Pada proses pemberian makan dengan responsif feeding, ibu akan belajar tentang tanda lapar pada bayi yang menjadi patokan waktu pemberian makan.
Lalu,si K gimana, Dut? Aku memilih untuk menggabungkan keduanya daripada si K lemes nggak mau makan. Kurang siap mental jika harus seperti ibu-ibu yang telaten banget menunggu anaknya makan sendiri. Jadi, sembari disuapi, si K juga belajar untuk memegang makanan sendiri. Kadang kala tangan si K usil memegang sendok, emaknya ngalah saja membuarkan si K memegang sendok dan memasukkan bubur ke mulutnya sendiri meski baju, wajah dan tangannya menjadi antah berantah belepotan bubur.
Yah, begitulah dunia emak-emak. Soal MPASi aja bisa pecah jadi berbagai mom war. Hahaha.Any way, tadi di awal cerita tentang SMS Bunda yang ngingetin telah tiba masa MPASI si K, kan? Itu apaan, Ibu mertua yang sms, ya? Oh, itu sih program gratis dari Kemenkes RI yang bekerja sama dengan Jphiego untuk membantu ibu hamil memperoleh informasi selama kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.
SMS BUNDA
Sms Bunda bertujuan untuk menekan angka kematian ibu hamil dan bayi dengan cara mengirimkan sms berisi informasi seputar kehamilan dan bayi sesuai dengan usia kehamilan atau usia bayi bunda. Seperti yang kualami tempo lalu, sembuh dari kegalauan soal MPASI karena layanan smsBunda yang menginformasikan bahwa telah tiba masa MPASI si K dan membuatku mencari informasi lebih lanjut tentang serba-serbi MPASI.
Bunda, Yanda, Kanda, Adinda *ehhh* ingin mendapatkan layanan yang sama denganku? Daftar saja. Gampang, kok. Nggak pakai ngurus borang blah blah blah, memangnya mau daftar apaan? :p
Cukup ketik SMSBunda kirim ke 081184694468 dan ikuti panduan sms berikutnya. Nanti akan ditanyakan kota tempat tinggal dan perkiraan lahir anak jika Bunda masih mengandung atau hari lahir anak jika anak Bunda sudah lahir dan berusia kurang dari dua tahun.
image source: Fanspage SMSBunda |
Yuk, ajak Bunda-bunda dan keluarga sekitarnya untuk bergabung layanan SMSBunda agar tidak lagi menjadi keluarga yang kekurangan informasi tentang kehamilan dan bayi. Jangan khawatir, layanan ini gratis, ya, dan bersumber langsung dari Kemenkes RI. Jika Bunda ingin menggali informasi lebih banyak tentang SMSBunda bisa kepo-in twitter @SMSBunda dan fanspage Facebook SMS Bunda. Yuk, ah, nggak usah nunggu lama, yak. 🙂
Kapan-kapan kita ngobrol lagi tentang serba-serbi anak dan aneka topik di blog ini *uhk, Dut!* si K sudah bangun, nih. 🙂
Kerreen mbaa.. Iya ya, yang tau baby kita ya kita ibunya, bukan para pembully itu. Tapi beneran baru tau kalo boleh mpasi sblm 6 bulan. Mba widut kece nih ilmunya..keren semangat belajarnya. Aku share ah..
sm kayak mbk ari, baru tau kalau ada mpasi bs dikasih sblm 6 bln, aslkn bs duduk tegk, bs mengkoordinasikn tgn sm mata plus mulut, dan mampu menelan makanan padat.
seneng deh dpet pengetahuan baru, makasih ya mbk 🙂
Oalah.. gratis to? hahaha kenapa baru tahu sekarang ya. Mau ikutan tapi anakku sudah mau 2 tahun. Sosialisasi ke teman-teman yang lain aja ah daripada pada salah informasi 😀
Maaf mba jurnak resmi IDAI nya bisa di share sekalian? Dan yang Espehan juga? Soalnya setahu saya usia 4 bulan itu memang sebelum WHO merilis yang 6bulan, karena pertimbangan saluran cerna bayi bukan hanya oromotor. Cmiiw
Waah..informatif nih tulisannya. Keren ini, mamake K 😀
Iya, Mbak. 2001 WHO merilis 4 bulan. Ini jurnalnya, bisa diakses di http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf
Ini bukan berarti lantas ekstrem ngasih makanan 4 bulan lho. Serem. Hahahaha
Sami-sami, Mbak. Tp perkembangan iromotor tsb biasanya di 6 bulan. Si K 4 bulan belum tegak kepalanya. Masih lemes kalo didudukin.
Yappi. Mari mendukung kemenkes Ri buat sosialisasi. 😁
😍
wahh, baru tahu nih kalo ternyata baby bisa dikasih MPASI sebelum 6 bulan asalkan si baby sudah memenuhi beberapa persyaratan 🙂
TFS Mba 🙂
infonya pas banget nech, anak saya 4 bulan seminggu, sudah bisa duduk dengan kepala tegak, kadang suka ngenyot2 tangannya, bisa jadi sudah bisa di kasi mpasi ya…, tapi nanti tak cari info2 lagi…
Bukan sekedar ngenyot, lho, Mbak… Tapi kordinasi tangan, mata dan mulut. Baru empat bulan lebih seminggu, kalo asi masih cukup mending jangan dulu. 😀