Pola Makan Sehat dan Mitos Keribetan yang Mengerubunginya

Aku enggak nyangka jika begitu banyak mitos pola makan sehat, terutama food combining yang merubunginya. Dulu saat memulai pola makan FC, yang kupikirkan adalah memulai sekarang juga agar abah K

Ahmad Budairi

segera bebas dari GERD.

GERD enggak cuma mengerikan buat yang mengalami, tetapi juga mengerikan buat pendamping ODG. Sampai sekarang aku masih trauma dibangunin tengah malam oleh abah K, trauma mendapati abah K sedang panik aritmia.
Mitos-mitos yang ada di dalam Food Combining inilah yang membuat orang-orang mempertanyakan budget untuk makan sehat, gimana cara mengatur duit agar tetep bisa makan sehat meskipun budgetnya mepet. Padahal, jika kita jeli, anggaran untuk makan sehat tidak berbeda dengan anggaran untuk makan biasa. Eh gimana.
Kalo ribetnya iya. Pola makan sehat lebih ribet karena minim fast food. Sebisa mungkin yang dimakan adalah olahan segar dari real food. Tetapi, demi kesehatan yang paripurna dan keluarga yang bahagia tanpa dibayangi sakit aneh-aneh, aku tetap kekeuh melakoni pola makan sehat ini dengan konsekuensi harus menyediakan waktu khusus untuk masak dan mengolah menu makan sehat.

Pola Makan Sehat dan Mitos Keribetan yang Mengerubunginya


Pola Makan FC = Pola Makan Organik?

Enggak. Food Combining intinya cuma mengatur asupan makan sesuai sikardian tubuh. Buah di pagi hari. Tidak mencampur karbo dan hewani.
Itu thok, thill.
Soal tuntutan berasnya harus organik. Sayurnya harus bebas semprotan pestisida. Ayamnya harus ayam kampung organik. GA ADA.
Emak K cuma pake sayur yang umum dijual di pasar. Budgetnya enggak cukup buat langganan sayur organik. Ya sesekali beli yang organik kalo habis gajian atau dapet rejeki nomplok. 😁😆
Wis ta, mulai dengan yang termudah. Di rumah adanya singkong, ya nyayur singkong. Di kang sayur adanya kemangi, cuss nglalap kemangi. Abah K malah lagi seneng rebusan rumput liar bernama kokothowo dan bendhot, enak dipecel tur empuk je. 😆

Pola Makan FC = Makanan Serba Premium?

Jangan jadikan isi piring orang yang sedang menerapkan pola makan FC sebagai standar. Budget kita beda, daerah kita beda.
Enggak usah insekyur kalo emak K upload salad berisi lettuce, tomat cherry, kol ungu, yang sayurnya musti beli ke supermarket. Percayalah, itu sebulan sekali juga belum tentu. 🤣
Oh iya, belum soal kudapan dan rempahnya. Kudapannya yang dipamerin macam almond, kacang mete, kenari yang emang agak pricey. Padahal masih ada melinjo yang di pasar turah-turah. Alpukat enggak harus yang mentega, tuh di pasar ada alpukat biasa 10k/kg. 😆
Rempah safron? Enggak ada anjuran khusus di FC buat ngrempah safron. Justru kami malah terbiasa ngrempah kencur, ketumbar, serai, pokok bumbu pawon yang beli seribu dapet sekresek.

Pola Makan FC = Butuh Alat Premium?

Enggakkkkk. Yang pada upload slow juicer itu memang sudah niat berinvestasi. Maksudku, emang sengaja menyisihkan budget untuk beli slow juicer demi asupan jus yang cukup dan enak. ENGGAK WAJIB. 😆
Emak K mampunya beli juicer, udah setahun pakenya. Ya pake yang ada. Dulu tahun pertama cuma pake blender, repot banget waktu harus nyaring jus wortel. Sering waktu capek dan ogah nyaring, abah K kusurih minum jus wortel penuh ampas yang seret itu. 😅
Apalagi? Ada wajan sehat vs enggak sehat juga kan ya? Makin lama hidup makin rumit ajah. 🤣🤣🤣

Leave a Reply