Cuaca hari kemarin terasa amatlah dingin. Udara dingin yang diiringi dengan angin semilir itu terasa sejak waktu dzuhur. Tubuh ini rasanya sudah lelah menahan dingin hingga menggigil. Namun, apa yang hendak dilakukan? berkerudung selimut di kamar? Wah! Bisa-bisa gak kebagian jatah buka puasa nanti. Siang itu, setelah sholat dzuhur, kami berencana pergi ke kota. Tapi bukan naik delman. Melainkan naik kura-kura. Iya! Kura-kura yang setia menemani. Kura-kura ini pun yang kemungkinan akan mengantar kami mudik ke Bojonegoro nanti.
Dinginnya udara menyebabkan mata ini terasa semakin berat untuk tidak dipejamkan. Terlebih ditambah keadaan perut yang terasa lapar. Wah! Terasa lengkap sudah godaan untuk tidur agar cepat masuk waktu berbuka puasa. Warung kututup, kuniati tidur sebentar, dan…. akhirnya benar-benar terlelap juga. Setelah kurang lebih tidur sekitar 30 menit, dibangunkanlah diriku. Setelah itu kami siap-siap untuk pergi ke kota. Menuju angringan di dalam alun-alun Pancasila Kota Salatiga.
Kondisi lalu lintas lumayan lancar. Tak seperti hari sebelumnya ketika kami hendak belanja kebutuhan warung yang membuat kami harus sering berhenti mendadak karena macet. Terkadang! Style mengendara motor tetangga kami di jalanan itu membuat jantung seakan mau melompat keluar karena sangking kagetnya. Kami sampai di angkringan yang kami tuju pukul 17.28 Kami pun segera memesan menu buka puasa yang sangat sederhana. Yaitu es the dan susu jahe. Sedangkan makanan yang kami santap untuk berbuka puasa adalah nasi kucing. Harganya cukup murah, hanya Rp. 2000 saja per bungkus.
Mbak penjaga angkringan belum selesai menyiapkan pesanan kami, adzan di Masjid Raya Darul Amal sudah berkumandang. Setelah pesanan kami siap, kami pun segera menyantap buka puasa bersama-sama dengan para tamu angkringan yang lain. Sungguh nikmat. Berbuka puasa bersama orang-orang dengan latar belakang berbeda dan status sosial yang berbeda pula.