Cara Menghadapi Anak Tantrum

Ini adalah pertama kali Hada tantrum. Cukup lama ayi mencoba merayunya namun tak mempan juga. Aku juga ikut mencoba merayu dan beberapa cara pengalih perhatian masih tidak mempan juga.

Aku menanyakan apa penyebabnya dia tantrum malam-malam begitu. Kata ayi karena mau mainan air sehabis BAB. Ia tidak mau diajak ke kamar setelah selesai dibersihkan oleh ibunya. Pengen lanjut mainan air. Walhasil saat dipakasa balik ke kamar langsung menangis sejadi-jadinya. Diapa-apakan gak mempan.

Di saat seperti itu, ketika berbagai upaya yang dilakukan mental, aku memilih membiarkan anak melanjutkan tangisannya sesuka hatinya di kamar. Aku minta ayi dan si K keluar dari kamar sehingga tinggal aku dengan Hada yang berada di kamar.

Mengisolasi Anak di Kamar

Aku sengaja memilih cara ini (mengurung anak di kamar saat tantrum) karena beberapa pertimbangan antara lain:

Pertama untuk mengendalikan emosi. Kalau aku yang di dalam dan ayi di luar maka dia akan lebih rileks sehingga pikirannya lebih jernih untuk mencari cara membujuk si Hada. Kedua untuk memberi ruang pada Hada meluapkan emosi. Aku hanya mengawasi saja agar dia tidak membahayakan diri sendiri. Kalau ada indikasi akan menyakiti diri sendiri akan langsung aku cegah.

Ketiga untuk memberi sinyal bahwa orang tuanya tegas dalam membuat aturan. Hal ini berguna agar anak tidak manja dan dikit-dikit tantrum kalau keinginannya tidak dipenuhi.

Keempat untuk mempertahankan bonding. Ketika tantrum hanya dijaga oleh salah satu orang tua maka potensi jengkelnya anak juga hanya pada satu orang tua yang menjaganya itu. Dalam hal ini, dia akan jengkel padaku yang mencegahnya untuk menyakiti diri sendiri, dll. Maka ketika dia sudah kecapekan akan dengan mudah dirayu ibunya. Kedatangan ibunya semacam menjadi juru selamat. Menjadi pahlawan. Dengan begitu, hubungan dengan orang tua akan tetap terjaga.

Kelima untuk mengisolasi dari gangguan pihak luar. Mertua atau saudara biasanya mudah kasihan melihat anak kita tantrum begitu. Mereka akan berusaha menuruti semua keinginannya asal mau diam meskipun menabrak prinsip kita. Oleh sebab itu, aku memilih mengisolasi anak agar terhindar dari hal seperti itu.

Hal yang Perlu diperhatikan

Seseorang yang menjaga anak di kamar saat diisolasi harus memiliki mental yang kuat dan tidak mudah marah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekerasan fisik pada anak saat melihat tingkah polah anak tantrum yang seringkali memang sangat menjengkelkan.

Memahami betul karakter anak. Dia harus tahu batas-batas kekuatan fisik anak, mental, emosi, dan aspek lainnya. Jangan sampai treatment seperti ini malah membuat anak ketakutan dan menjauhkannya dari orang tua. Dia harus tahu kapan waktu isolasi selesai. Timingnya harus tepat.

Kolaborasi dengan pasangan harus jelas. Ketika selesai isolasi maka istri harus tahu apa yang akan dilakukan. Koordinasi sangat penting untuk dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Usahakan orang yang menjaga di dalam kamar bergantian. Kadang suami dan kadang istri. Hal ini bertujuan untuk membuat anak tidak menganggap salah satu orang tua menjadi musuh dan satunya lagi menjadi pahlawan. Oleh sebab itu settingan pahlawan harus gantian.

Leave a Reply