Ketika Aku Berhenti Merokok: Refleksi atas Tantangan dan Harapan

Merokok adalah kebiasaanku yang rasanya susah sekali untuk ditinggalkan. Ketika aku hendak menghadiri pertemuan entah itu di masyarakat secara umum atau di lingkup pergerakan NU, aku merasa kurang amunisi jika tanpa membawa rokok. Rasanya ngobrol tanpa merokok membuatku tidak nyaman.

Sebetulnya aku sempat pernah berhenti merokok selama kurang lebih dua tahun saat tinggal di Semarang antara tahun 2019 sampai 2021. Waktu itu, aku sedang dilanda kecemasan parah karena penyakit GERD yang aku derita. Aku memutuskan berhenti merokok atas saran dari bu Anung kalau tidak salah. Singkat cerita ketika aku merasa udah baikan, aku kembali merokok lagi. Apalagi ketika ngumpul bareng teman-teman yang juga merokok. Melihat mereka menikmati rokok, aku jadi mulai tertarik coba-coba lagi dan akhirnya menjadi kebiasaan lagi.

Kebiasaan Merokok

Ketika kembali memutuskan untuk merokok lagi, aku merasakan kemampuanku untuk menikmati rokok sangat berkurang. Kalau dulu hampir semua jenis rokok yang umumnya digunakan teman-teman aku bisa menikmatinya. Namun kali ini aku hanya mampu menggunakan jenis rokok yang ringan. Aku memilih LA merah atau LA Light selama lebih dari setahun setelah itu ganti menjadi LA hitam atau LA Bold.

Sempat mencoba rokok jenis lain saat ada teman yang menggunakan ternyata memang tidak cocok. Entah langsung merasa pusing, mual, atau sesak di dada. Walhasill kalau tidak ada LA light atau LA Bold aku memilih tidak merokok saja kecuali benar-benar terpaska. Kalaupun terpaksa, paling aku hanya menghisap beberapa sedotan saja karena kalau diteruskan malah tidak nyaman ditubuh.

Kisahku Berhenti Merokok

Aku berhenti merokok sebetulnya bukan karena benar-benar niat dari dalam hati. Singkatnya aku berhenti merokok sebetulnya karena terpaksa oleh keadaan. Waktu itu, kurang lebih 2 atau 3 bulan yang lalu saat mendapat tugas di Jakarta, aku tinggal di kos yang memiliki aturan tidak boleh merokok di dalam kamar. Kalau mau merokok harus ke teras depan yang agak bau karena dekat dengan tempat sampah dan banyak tai kucing di dana.

Di sisi lain, aku ngantor di gedung Wahid 27 laintai 5. Di sana juga da aturan tidak boleh merokok di dalam ruangan. Kalau mau merokok harus keluar ruangan bisa di samping tangga sambil klesetan di sana atau ke lantai satu dekat pos satpam.

Aku jadi berpikir “mau merokok saja susahnya minta ampun”. Merokok di samping tangga sambil duduk-duduk di lantai rasanya tidak nyaman. Kalaupun turun ke lantai satu meskipun ada meja dan kursinya tapi seringkali sudah didahului orang lain sehingga terkadang harus rokokan sambil berdiri.

Aku merasa aturan bebas asap rokok itu adalah tindakan kesewenang-wenangan karena tidak menyediakan ruangan untuk merokok yang memadai. Tapi apa boleh buat. Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain manut terhadp aturan atau menyerah kalah. Aku memilih opsi kedua yaitu menyerah dan memutuskan untuk tidak merokok lagi.

Hikmah Berhenti Merokok

Ada beberapa hikmah yang kupetik setelah memutuskan untuk berhenti merokok diantaranya adalah aku merasa lebih sehat dan lebih tahan untuk berdiri agak lama.

Biasanya saat aku mengikuti kegiatan mujahadah Ansor kota Salatiga, saat membaca asyroqol dilanjut menyanyikan Indonesia raya, Mars Ansor, dll. aku selalu gelisah. Jantungku berdebar-debar tidak karuan karena terlalu lama berdiri. Di samping itu, aku biasanya juga merasakan tremors atau gregeli. Namun pada kegiatan yang dilaksanakan di gedung PCNU Salatiga kemarin aku merasa baik-baik saja. Meskipun masih merasakan sensasi tapi sudah jauh berkurang. Aku bisa menikmatinya tidak seperti biasanya.

Selain itu, ketika aku menghadiri undangan kendurian atau acara sosial yang menghadirkan orang banyak lainnya sudah tidak se-gelisah dulu. Aku sudah bisa santai dan tidak terlalu merasa tertekan dan buru-buru ingin pulang. Selain itu, aku juga sudah bisa menikmati jumatan.

Menabung Uang Jatah Rokok

Karena sudah tidak merokok lagi, aku berusaha tetap mengalokasikan uang yang sebelumnya untuk beli rokok untuk hal lain. Aku menggunakannya untuk belajar membeli saham di Ajaib. Aku buat rata-rata uang rokok harian adalah 20 ribu rupiah. Secara berkala uang itu kutransfer ke RDN (tidak setiap hari) lalu kubelikan saham sesuai keinginan.

Aku lupa kapan memutuskan tidak merokok akan tetapi menurut riwayat di aplikasi Ajaib, aku deposit RDN yang kuambi dari alokasi uang rokok pada 1 November 2024 sebesar 90 ribu. Lalu pada 0 November 2024 deposit lagi sebesar 100 ribu. Lalu deposit terakhir sampai aku menulis artikel ini adalah pada 17 Desember 2024 sebesar 860 ribu.

Saldo di Ajaib itu aku bagi menjadi 2 yaitu untuk membeli saham bluechip untuk jangka panjang. Sisanya untuk beli saham secara random. Kalau untuk dijual kalau rugi biarkan dulu saja. Alhamdulillah beberapa saham sudah untung dan dijual untuk dibelikan saham lain.

Aku bilang pada Ayi kalau uang itu anggap saja tidak ada sama sperti ketika digunakan untuk beli rokok juga tidak ada. Biarkan aku gunakan untuk main-main di sana. Kalau ternyata habis ya jangan disesali.

Kalau ingin ikut belajar main saham di Ajaib bisa pakai kode referalku buda013 biar dapat hadiah saham.

Discover more from Blogger Sejoli

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading