Setiap orang memiliki karakter masing-masing. Ada yang mudah bergaul, pinter ngomong, pinter merayu. Ada juga yang pendiam dan hanya bicara seperlunya saja. Kalau ternyata pasanganmu adalah tipe model kedua tak perlu lah risau. Aku punya tips untuk membaca keromantisan pasangan dibalik ekspresi juteknya itu.
Seringkali, penyebab kegagalan komunikasi dilimpahkan sepenuhnya pada ketidakmampuan (inability) keduanya untuk melakukan komunikasi. Padahal ada faktor lain yang tak kalah penting untuk dicurigai menjadi penyebab yaitu hilangnya keinginan (interest), nihilnya kebutuhan (need) atau kepentoknya keyakinan (belief). Sejago apa pun seseorang dalam berkomunikasi kalau tidak adanya keinginan atau kebutuhan untuk berkomunikasi bisa garing juga komunikasi yang dilakukan. Terlebih lagi jika seseorang kepentok oleh keyakinan tak boleh begini begitu dalam bergaul dengan pasangan. Namun pada kesempatan ini, aku tidak sedang ingin menjelaskan perbedaan penyebab kegagalan berkomunikasi.
Seorang pasangan yang lancar berkomunikasi dengan teman kerja, kawan ngopi, atau sanak saudara namun memiliki hambatan berkomunikasi dengan pasangan tentu masalahnya bukan karena dia “tidak bisa” berkomunikasi, bukan? Ada juga seseorang yang jago bergosip dengan tetangga atau anggota WAG namun tidak tahu harus mulai dari mana untuk berkomunikasi dengan pasangan. Lucu, ya? Enggak juga. Bermasalah? Tentu saja.
Untuk dapat melakukan komunikasi pada pasangan dengan baik, benar, serta lancar, kita perlu melakukan penyesuaian gelombang (fine tuning) terlebih dahulu. Kenali hambatan-hambatan pasangan dalam berkomunikasi. Jangan paksa pasangan yang terhambat keyakinan untuk melakukan komunikasi. Misal pasangan yang meyakini tak boleh bicara saat makan, hendak tidur, atau di saat-saat lainnya. Jangan pula paksa pasangan yang sedang tidak ingin dan butuh berkomunikasi untuk mengobrol. Jika hambatan sudah dipetakan, informasi kebutuhan dan keinginan berkomunikasi telah didapatkan maka selanjutnya adalah penyesuaian dengan kepribadian kita. Perlu diingat! Penyesuaian ini bukanlah memaksa pasangan untuk mengikuti kita atau sebaliknya melainkan usaha untuk melakukan kompromi dengan perbedaan-perbedaan yang ada.
Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikan keromantisannya. Romantis itu tidak melulu diekspresikan dengan kata-kata verbal (ucapan), tulisan, maupun grafis berbentuk gambar atau video. Keromantisan bisa diekspresikan melalui bahasa tubuh, sikap, perilaku, atau bentuk ekspresi lainnya yang jarang disadari oleh kita. Aku di sini tidak sedang akan membuat kamus ekspresi yang akan menjelaskan makna ekspresi jika begini artinya begini. Bukan! Aku hanya ingin mempertegas bahwa pembacaan ekspresi pasangan itu sangat mutlak diperlukan. Oleh sebab itu, agar keduanya menjadi peka dan bisa saling menerjemahkan ekspresi masing-masing, tahap Fine Tuning harus benar-benar digarap dengan baik. Intiha.