Strategi Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Oleh:
Dr. Bambang Sigit Widodo, M.Pd
Diambilkan dari buku sumber:
Paul Eggen & Don Kauchak. 2001. Strategie and Models for Teachers: Teaching Contentand Thinking Skills. Boston: Pearson Education, Inc.
Ringkasan Materi 1
Meskipun tidak ada pendapat tunggal yang mengatakan tentang ciri-ciri pembelajaran kooperatif, sebagian besar peneliti sepakat bahwa kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif terdiri dari para siswa, bekerja sama di dalam kelompok kecil (biasanya 2-5 siswa) yang bisa diikuti semua orang di dalam tugas yang jelas dan terjadi interaksi antar siswa tersebut (Slavin, 1995).
Yang perlu diingat bagi guru adalah: pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar menyatukan siswa ke dalam kelompok, tetapi yang terpenting adalah kemampuan untuk merencanakan dan menerapkan kerja kelompok secara efektif. (fakta dalam pembelajaran di negara Indonesia: pembelajaran kelompok masih kerap disalah tafsirkan siswa hanya untuk bermain-main saja, dan karena siswa pasif mendengarkan guru maka saat pembelajaran ke lompok dilakukan siswa akan mengalami kesulitan)
Menurut Johnson & Johnson (2006) ada tiga elemen yang penting dalam pembelajaran kelompok yaitu:
1. Tujuan belajar mengarahkan kegiatan-kegiatan kelompok
2. Guru meminta siswa secara pribadi bertanggung jawab atas pemahaman mereka
3. Murid saling tergantung untuk mencapai tujuan
Dalam pembelajaran kooperatif juga siswa akan mendapatkan pengalaman yang dapat mendorong sejumlah ketrampilan sosial, seperti:
1. Menyimak dengan penuh perhatian
2. Membaca petunjuk-petunjuk non verbal
3. Menyelesaikan ketidaksepakatan (secara diplomatis)
4. Mencurahkan pikiran ke dalam kata-kata
5. Memahami sudut pandang orang lain
6. Membuat pernyataan pendukung
7. Memberikan pujian tulus
Kerja kelompok selaras dengan upaya menjadi manusia. Kian banyak literatur penelitian yang menyatakan bahwa manusia merupakan “binatang sosial” dan interaksi sosial adalah komponen utama dari kemanusiaan kita (Gazzaniga, 2008). Penelitian juga menyimpulkan bahwa murid di dalam belajar kelompok dapat bekerja sama membangun pemahaman lebih kuat dibandingkan dengan individu-individu yang bekerja sendirian. Temuan ini adalah esensi dari maksim “dua kepala lebih baik dibandingkan satu kepala”, satu gagasan yang kita terima secara instuitif sepanjang sejarah.
Beberapa saran untuk mencegah perilaku siswa di luar tujuan pembelajaran kelompok antara lain:
1. Menyiapkan bahan dan materi secara detail
2. Menugaskan fungsi siswa dan anggota kelompok
3. Memberikan arahan dan instruksi yang jelas
4. Menentukan waktu untuk menyelesaikan tugas
5. Menuntut siswa untuk menghasilkan sesuatu: hasil diskusi, hasil jawaban dari pertanyaan dsb (on-task behavior)
6. Memberikan kesempatan bagi ketua kelompok untuk melakukan penilaian terhadap kerja anggotanya di dalam kelompok
7. Memonitor kelompok saat bekerja
Jenis kerja kelompok
1. Think-Pair-Share (TPS)
Berpikir-Berpasangan-Berbagi adalah strategi kerja kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu denga seorang rekan (Kagan, 1994). Misalnya seorang guru geografi ingin menjelaskan tentang siklus terjadinya hujan, maka di depan kelas guru berkata, “anak-anak bagaimana terjadinya hujan, kalian bisa menjelaskan dari siklus hidrologi (daripada guru memanggil siswa untuk menjelaskan) maka guru melanjutkannya dengan pernyataan, “sekarang berpalinglah kepada rekan kalian, cari tau pendapat teman kalian dan kita akan membahas jawaban-jawaban kalian tidak lama lagi”.
TPS bisa efektif untuk tiga alasan berikut:
v Strategi ini me ngandung respon dari semua orang di dalam kelas dan menempatkan semua siswa ke dalam peran-peran yang aktif secara kognitif.
v Karena setiap pasangan diharapkan untuk berpartisipasi, maka strategi ini mengurangi kecenderungan “penumpang gratisan” yang bisa menjadi masalah saat menggunakan kerja kelompok (hanya titip nama)
v Strategi ini mudah direncanakan dan diterapkan
Contoh pelaksanaan TPS di salah satu SD (Montrose Elementary School, Columbus OHIO USA)
Gambar: 1 Penerapan Think-Pair-Share (TPS)
2. Pairs Check
Merupakan strategi kerja kelompok yang melibatkan siswa berpasangan di dalam kegiatan yang berfokus pada masalah dengan jawaban yang konvergen (seragam). Caranya: guru membagi siswa berpasangan dan memberikan pertanyaan atau masalah kemudian kedua siswa bergulat dengan masalah, memeriksa jawaban mereka, dan berusaha memecahkan ketidaksepakatan apabila jawaban mereka berbeda.
3. Combining Pairs (kombinas berpasangan)
Merupakan strategi kerja kelompok yang menggunakan pasangan belajar sebagai unit dasar instruksi, kemudian meminta pasangan untuk berbagi jawaban dengan pasangan lain. Caranya: guru bisa menunjuk kelompok terdiri dari empat orang (dua pasangan) dan memberikan satu pertanyaan atau masalah dengan jawaban yang konvergen (seragam)
4. Teammates Consult
Adalah satu variasi kerja kelompok dari combining pairs yang menuntut pembahasan ebelum siswa menuliskan jawaban. Saat menggunakan strategi ini, tim yang masing-masing terdiri dari empat orang diberikan lembar kerja atau tugas lain yang memiliki jawaban
seragam. Selanjutnya anggota kelompok membahas soal dan kemungkinan solusi sebelum berusaha memecahkannya. Setelah mereka menyepakati satu strategi untuk memecahkan masalah, setiap anggota kelompok baru memecahkannya secara individu.
Gambar: 2 Penerapan Teammates Consult
Sumber: Materi Diskusi di Elearning Unesa
Download: