Beberapa hari yang lalu, Kevin menggigil kedinginan sampai seperti kejang. Saat hal itu terjadi, aku kebetulan belum bisa tidur dan baru saja menulis artikel tentang radio Swara Semarang. Aku langsung saja membangunkan ibunya dan mempersiapkan diri untuk membawanya ke rumah sakit.
Pagi itu, sekitar pukul 00.30, kami sampai di Rumah Sakit Banyumanik. Aku menurunkan Kevin dan ibunya tepat di depan pintu masuk IGD setelah itu aku segera mencari tempat parkir. Ketika aku menyusul ke ruang IGD, Kevin sudah ditangani seorang dokter dan seorang perawat.
Dokter jaga saat itu tidak ramah pada difable. Aku menjelaskan padanya kalau Widut memiliki gangguan pendengaran (tuna rungu) dan hanya bisa diajak bicara jika melihat gerak mulut tapi tetap saja bicara menggunakan masker dan tidak mencari alat tulis. Sedangkan aku diminta untuk mengurus administrasi dan tidak bisa menjawab pertanyaan dokter. Ketika aku selesai mengurus pendaftaran, dokter masih berusaha menanyai Widut menggunakan masker. Aku yakin banyak pertanyaan yang tidak terjawab selama kutinggal mengurus administrasi.
Setelah beberapa saat, kami diberitahu kalau Kevin harus opname untuk observasi lebih lanjut. Kami pun diarahkan ke kamar anak kelas 3 karena hanya itu yang kosong menurut perawat yang mengantar kami. Pagi harinya baru kami dipindah ke kamar kelas 2 sesuai kelas BPJS yang kami ikuti.
Aku tidak bertemu dengan dokter yang memeriksa Kevin pada pagi hari sebelum pindah kamar karena sedang mengambil pakaian dan perlengkapan lainnya di rumah. Ketika kutanya pada Widut tentang kondisi Kevin menurut dokter dijawab dengan gelengan kepala. Itu tandanya tidak ada penjelasan dari dokter.
Hari kedua, aku baru bertemu dengan dokter. Waktu itu, Kevin sedang tidur. Ketika aku membalikkan badannya untuk diperiksa, Kevin bangun dan berontak. Melihat hal itu, dokter dengan santainya meminta kami untuk menjegal Kevin dengan memegangi tangan dan kakinya. Ngamuk dan histeris lah Kevin. Aku lebih kaget lagi ketika dokter membentak perawat di depan Kevin saat perawat itu salah membuka lembaran kertas. Kertas yang dibuka (kalau tidak salah) seharusnya adalah berwarna kuning untuk rawat inap BPJS 3 hari akan tetapi yang dibuka malah kertas lainnya.
Tragedi bertambah ketika tak lama kemudian dokter memeriksa Kevin lagi dengan cara yang sama gara-gara perawat (ganti perawat pendamping) tidak tahu kalau pagi itu sudah diperiksa. Kevin meronta-ronta sampai sekitar satu jam setelah diperiksa itu.
Setelah dokter pergi, aku menanyakan pada Widut apakah itu dokter yang memeriksa Kevin kemarin. Dijawab iya. Lalu aku tanya siapa namanya? Widut menggelekkan kepala. Dia mengaku kalau dokter tidak memperkenalkan diri sebelum memeriksa. Aku nyeletuk “lha kalo tukang becak ngaku jadi dokter terus memeriksa Kevin gimana?”.
Pagi itu, kami berdua nggosip tentang kedua dokter yang menangani Kevin. Pertama dokter yang menangani di IGD dan kedua dokter yang memeriksa Kevin setiap pagi.
“Kenapa sih dokter menangani anak seperti itu?”, Pertanyaan kami teramat heran.
Widut sudah berusaha keras untuk membuat Kevin nyaman dan tidak berontak saat mendapatkan tindakan medis. Kevin diberitahu kalau akan diinfus dan rasanya sedikit sakit, dikasih obat dari dubur, atau tindakan media lainnya. Dia lumayan kooperatif meskipun masih menangis. Kami berusaha memahamkan kepada Kevin tentang perlakuan yang didapatkan selama di rumah sakit agar dia tidak trauma di rumah sakit dan ketakutan dengan petugas medis. Kami berusaha menghindari ancaman semacam “nanti disuntik dokter lo kalo gak mau gini gitu” agar dia memiliki persepsi yang baik dengan dokter dan petugas medis lainnya. Sayangnya semua itu ambyar saat dokter meminta kami menjegal Kevin tanpa berusaha ikut membujuk-rayu Kevin.
Pertanyaan kami waktu itu “Beliau itu benar-benar dokter spesialis anak, kah?”. Kok lebih ramah dokter gigi di sebuah klinik yang mencabut gigiku beberapa waktu yang lalu. Dokter gigi itu aja berusaha komunikasi dengan Kevin dengan cukup ramah meskipun yang diperiksa bukan dia.
Nggosip tentang dokter pagi itu dicukupkan dengan kalimat “kita saja yang kurang beruntung mendapatkan dokter.”.
Kalau disuruh menilai, pelayanan rumah sakit Banyumanik sangatlah bagus. Mulai dari petugas administrasi, perawat, sampai cleaning service, semuanya cukup ramah selama melayani kami. Kami akan memberi skor 95 dari skala penilaian 1 s/d 100. Kamar dan fasilitas lainnya juga sangat OK menurut ukuran kami. Berdasarkan pengalaman, selain dokter yang aku ceritakan itu semuanya memuaskan, deh. Apalagi jika ada aplikasi mobile untuk pendafataran online pasti sangat keren lah RS Banyumanik.
Perawat-perawat yang mengurusi Kevin selama opname memang cukup ramah. Mereka merayu Kevin dulu sebelum melakukan tindakan medis. Meskipun menangis, Kevin tidak berusaha berontak.
Petugas yang bagian doa juga ramah. Sebelum berdoa untuk kesembuhan Kevin, beliau terlebih dahulu memperkenalkan diri dengan senyuman yang mengembang.
Setelah Kevin dijegal pagi itu, dia menjadi mudah uring-uringan. Ketika infusnya macet dan dibetulkan oleh perawat dia berontak dan menangis seperti saat diperiksa oleh dokter. Padahal! Sebelum dijegal itu, berkali-kali infusnya macet dan dibetulkan oleh petugas medis hanya membuatnya menangis ringan saja.
Karena Kevin sudah sulit dikondisikan. Dia semakin banyak gerak yang membuatku khawatir selang infusnya macet-macet lagi, aku pun meminta Kevin untuk pulang hari itu juga. Aku beralasan kalau Kevin sudah sembuh dan dia sudah sangat jenuh di sana. Petugas medis menjawab permintaanku itu dengan janji akan menghubungi dokter yang menangani Kevin. Setelah beberapa saat, kami mendapat kabar kalau Kevin boleh pulang hari itu juga (seharusnya menginap semalam lagi).
Aku lega. Akhirnya Kevin sudah boleh pulang meskipun sebetulnya kami masih penasaran mengenai hasil lab yang tidak dijelaskan oleh dokter. Kabar baiknya, kami diberi salinan hasil lab yang bisa kami bawa ke teman-teman dokter untuk mendapatkan second opinion. Eh first opinion, ding. 🤣
Terimakasih aku ucapkan kepada segenap petugas RS Banyumanik yang melayani kami secara langsung maupun tidak langsung. Semoga tambah baik dan berkualitas. 👍👍👍