Sampai Jumpa Lagi, Semarang!

Dua tahun berada di Semarang mengajarkanku banyak hal. Kota yang cuacanya berbanding terbalik dengan Salatiga, kota asalku, membuatku lebih cepat beradaptasi dengan segala jenis cuaca. Tidak lagi rewel ketika berada di kota-kota yang memiliki cuaca panas. 

Dua tahun yang menyimpan banyak cerita, menggemblengku dengan masalah-masalah dan pengalaman yang mungkin tidak kudapatkan jika aku terus bertahan di Salatiga.

Sebagai seorang istri sekaligus Ibu yang baru pertamakali merantau jauh dari keluarga, Semarang menorehkan kesan yang spesial di hati.

Sampai Jumpa Lagi, Semarang!

Membangun Bonding Keluarga Inti di Perantauan

Kami menghadapi berbagai tantangan di perantauan. Kontrakan pertama kami adalah kontrakan sepetak dengan dinding yang belum diplester dan lantai yang belum di keramik. Biaya sewanya hanya 3 juta/ tahun saat itu. Bukan hal yang mudah menyesuaikan aktivitas si K yang kinestetik dengan ruang gerak yang terbatas.
Saat pertamakali mengontrak, abah K sedang parah-parahnya mengalami sensasi GERD. Enggak ehitung berapa kali kami harus begadang untuk menetralisir si Mr GERD. Dalam rumah mungil yang terbatas ruang gerak dan fasilitasnya tersebut, kami membangun keluarga. Menata rasa agar tidak bergesekan lebih jauh. Menata hati untuk menerima keadaan dan kuat menghadapi segala tantangan.
Ada dua masalah kesehatan ‘besar’ yang menyapa saat kami masih berada di kontrakan pertama. GERD abah K yang membuatnya terus-meners merasakan kepanikan berlebihan, hingga kami ke UGD di tengah malam dalam kondisi keuangan yang serba tidak jelas dan pengalaman yang minim.
Masalah kedua datang di bulan September. Aku mengalami impaksi gigi yang membuatku tidak bisa tidur selama berhari-hari. Menangis sampai mata bengkak karena gusi mengalami infeksi dan sangat berpengaruh ke kesehatan lain hingga akhirnya berakhir di meja operasi.
Drama demi drama yang diam-diam mendidik kami bagaimana menghadapi hidup dan memaknai segalanya. Kami menjadi lebih menghargai peran tetangga dan saudara. Aku pribadi pun belajar banyak bagaimana ngemong keluarga. Belajar mandiri mengelola semua-muanya dengan keluarga inti.
Apalagi pandemi Covid-19 yang membuat kami harus di rumah saja. Bagaimana kami struggling menghadapi pandemi dengan tetap aman di rumah yang hanya sepetak. Bagaimana kami menahan rindu untuk pulang karena PSBB yang melarang orang pulang kampung.
Mandiri mengelola keuangan keluarga. Mandiri mengasuh anak berdua dengan pasangan. Hidup di perantauan membuat kami saling menguatkan dan mendukung. Siapa lagi yang bisa menguatkan dan mendukung jika bukan pasangan sendiri.

Menjelajah Bumi-Nya

Enggak lengkap rasanya kalau merantau enggak dibarengi dengan menjelajah tempat-tempat sekitarnya. Sebelum pandemi covid-19, kami berkeliling menjelajah Semarang. Enggak cuma Semarang, ding, bahkan kota-kota lain di sekitarnya seperti Bandungan, Kendal, Surakarta, Jogja.
Kami menjelajah bertiga bareng si K, pakai motor kesayangan satu-satunya saat ini; Supra. Hujan, panas kami arungi bersama. Enggak jarang kami basah kuyup karena terlambat mengenakan jas hujan. Senang, susah, sedih, marah, selow kami nikmati bersama. Tantrumnya si K sampai sudah khatam. Hahaha.
Wisata Semarang yang sudah pernah kami kunjungi antaralain; SampoKong, Goa Kreo, Simpang Lima, Lawang Sewu cuma sekelabatan lewat, Pantai Marina, Vihara Buddhagaya Watu Gong. Kami mengunjungi tempat-tempat wisata yang ramah anak. Taman-taman di Semarang kami jelajahi. Wisata keluarga adalah tempat wisata yang kami utamakan dibanding wisata yang lain.
Entah kenapa, kalau di Semarang aku malas menginap di hotel. Dua kali menginap di hotel Semarang, enggak ada yang nyaman. Hahaha, paling nyaman saat nginap di Quest Hotel jaman hamil si K, itu pun dibayarin pak Boss. Kami level menginapnya masih hotel Oyo atau Reddorz. Hahaha.
***
Dua tahun di Semarang yang menempa keluarga kami menjadi keluarga yang lebih solid. Dua tahun yang memberi banyak pelajaran bagiku. Apalagi aku tipikal orang yang susah membangun komunikasi dengan orang baru, sungguh, dua tahun di Semarang semoga mampu membuatku menjadi pribadi yang lebih tangguh.

Leave a Reply