Malam itu seorang teman senior dari PKPT IPNU Unesa memberi informasi bahwa ada jadwal pengkajian kitab Bidayatul Hidayah di Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) yang menjadi markas aktivis IPNU-IPPNU Unesa Surabaya. Usai melaksanakan sholat Isya’ di masjid Al-Muttaqin – Ketintang Barat, Kuajak teman-teman UKKI yang bermukim di asrama Al-Mufidah untuk mengikuti pengkajian kitab yang diselenggarakan oleh pengurus IPNU-IPPNU itu. Beberapa teman bersedia ikut, beberapa teman lainnya memmilih kembali ke asrama untuk mengistirahatkan badan atau mengerjakan tugas kuliah yang ditanggungnya.
Setiba di RMI, wajah-wajah baru menyambutku dengan senyuman. Kusalami beberapa teman IPNU yang hadir di majlis tersebut. Pengkajian kitab sudah dimulai. Ternyata, Ustadz biasanya datang sebelum maghrib lalu sholat berjamaah dengan teman-teman IPNU-IPPNU di RMI, setelah itu dilanjutkan dengan ngaji kitab Bidayatul Hidayah.
Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag., MEI. adalah ustadz yang menyampaikan kajian kitab Bidayatul Hidayah. Beliau menyampaikannya dengan metode sorogan layaknya di pondok pesantren. Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan mudah dipahami, tidak banyak menggunakan istilah-istilah ilmiah meskipun beliau seorang doktor.
Ustadz Khoirul Anwar saat mengisi acara Isra’ Mi’raj di Masjid Baitul Ma’mur 1 Unesa |
Ustadz Anwar lahir di Lamongan, 18 September 1976. Ketika usianya dianggap cukup mampu untuk mandiri, beliau di masukkan ke pondok pesantren Langitan, Tuban. Di sana, belau belajar ilmu-ilmu agama yang dibimbing oleh guru yang benar-benar ahli dalam bidangnya.
Kebijakan pondok waktu itu masih sangat kolot. Setiap santri tidak diperbolehkan sekolah di lembaga formal. Ustadz Anwar berusaha membaca masa depan dengan jiwa santrinya yang lembut. Beliau berfikir bagaimana caranya agar tetap bisa sekolah meskipun melanggar kebijakan pesantren.
Akhirnya ide itu muncul. Pagi itu, Ustadz Anwar dan beberapa santri lainnya yang juga sekolah di Lembaga formal meminta izin keluar pondok. Keluar pondok pada pagi hari adalah hal yang biasa dan wajar. Biasanya, hal itu dilakukan untuk keperluan belanja di pasar atau keperluan lain. Ustadz Anwar dan teman-temannya yang telah mendapat izin keluar pondok segera pergi meninggalkan pondok. Setelah dirasa jauh dari pondok dan tidak ada pengurus pondok di sana, mereka segera ganti baju yang telah disiapkan. Sarung dan baju yang digunakan diganti dengan seragam sekolah yang sejak awal telah disiapkan. Acara mengelabuhi pengurus pondok ini berlangsung cukup lama, namun pada akhirnya Ustadz tetap bisa lulus dari pondok dan dari sekolah formal tempat beliau menimba ilmu.
Setelah lulus dari Langitan, ustadz melanjutkan studinya ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel. Di sana beliau mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan lulus pada 02 Juli 1998. Usai menyelesaikan program sarjananya, Ustadz melanjutkan ke jenjang magister pada Program Studi Ekonomi Islam yang juga diambilnya di UIN sampai lulus pada 14 September 2002. Setelah mendapat gelar Magister Ekonomi Islam (MEI), ada beberapa jeda waktu untuk melanjutkan studi. Banyak alasan untuk tidak melanjutkan studinya secaca kontinyu itu. Setelah jeda beberapa tahun tidak melanjutkan studi, Ustadz kembali menimba ilmu di UIN dengan mengambil prodi Ilmu Ekonomi hingga lulus pada 27 Maret 2010.
Sekarang, ustadz Anwar menjadi Dosen di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Mengampu beberapa matakuliah, diantaranya:
Kewirausahaan Olahraga (2 SKS) | S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi | |
PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) | D-3 Akuntansi | |
Pengantar Bisnis (3 SKS) | D-3 Akuntansi | |
Pendidikan Agama Islam 2 (2 SKS) | S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar | |
Pendidikan Agama Islam (2 SKS) | S-1 Pendidikan Biologi | |
Filsafat Ilmu (2 SKS) | S-1 Akuntansi | |
Kewirausahaan (2 SKS) | S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi |
Selain menjadi dosen di Unesa, Ustadz juga menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darul Arqom Wonocolo, Surabaya. Belaiau juga menjadi pengurus MUI Jawa Timur yang masuk pada komisi Fatwa. Tidak hanya itu, Ustadz menjadi ketua Ta’mir masjid Baitul Ma’mur 1 Unesa, menjadi pengajar serta pengasuh teman-teman IPNU-IPPNU Unesa, teman-teman UKKI, dan organisasi-organisasi lainnya.
Satu hal yang menakjubkan dari ustadz Anwar, belau hafal Alqur’an 30 Juz. Sungguh luar biasa perjuangannya untuk membela dan menghidupkan agama Islam. Semoga kita mendapat manfaat dan barokah dari beliau di dunia dan Akhirat. Amin.