1. Perbedaan masyarakat yang tinggal di lereng atas gunungapi dengan yang tinggal di dataran fluviovulkanik dalam hal memanfaatkan sumber daya air.
Masyarakat yang tinggal di lereng atas gunung api dalam menggunakan sumberdaya air dalam kehidupan sehari-hari cenderung lebih sedikit dibanding masyarakat yang tinggal di dataran fluviovulkanik. Hal ini dikarenakan persediaan air yang terbatas di daerah lereng atas gunungapi.
Pemanfaatan sumberdaya air oleh masyarakat yang tiggal di di dataran fluviofulkanik cenderung lebih beragam. Selain untuk keperluan pokok sehari-hari seprti memasak, mandi dan mencuci, masyarakat di daerah ini juga menggunakan sumber daya air tersebut untuk irigasi. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di daerah lereng atas kurang bisa memanfaatkan sumber daya air untuk keperluan irigasi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: tidak adanya persediaan air yang cukup dan tidak adanya lahan pertanian yang membutuhkan pengairan. Tergantung karakteristik masing-masing lereng.
2. Analisis analisis pengelolaan sungai dari hulu ke hilir (pesisir) berdasarkan aspek geomorfologi yang didasari konsep ekohidrolik
Konsep ekohidrolik menyatakan bahwa sungai merupakan suatu sistem, sehingga dari hulu sampai hilir merupakan satu kesatuan yang apabila salah satu komponen tersebut di manipulasi oleh manusia atau berubah karena faktor alam, maka akan mempengaruhi komponen lainnya.
Konsep ekohidrolik memperhatikan adanya interaksi antara komponen hidrologi dengan faktor fisik seperti topografi dan material sedimen, faktor biotis seperti konfigurasi vegetasi dan jenis ikan, serta pandangan sungai sebagai suatu sistem antar ruang.
Manusia adalah faktor utama yang dapat melakukan rekayasa teknik dalam mengolah sungai untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu mereka harus memperhatikan faktor biotik (seluruh mahluk hidup-ekologi) dan abiotik (seluruh komponen fisik hidrolik) yang ada di wilayah sungai tersebut. Pada sisi spasial harus mempertimbangan Daerah Aliran Sungai (DAS), Wilayah Sungai (WS), Sepadan Sungai (SS), dan Badan Sungai (BS). Apabila hal tersebut tidak diperhatikan akan mengganggu keseimbangan alami sungai. Misalnya dalam mengatasi masalah banjir yang terjadi di suatu daerah akibat luapan dari sungai, maka cara menanggulanginya tidak boleh hanya melakukan kajian dan rekayasa teknik di daerah itu saja, tetapi juga harus meninjau efek dari rekayasa tersebut terhadap komponen-kompenen sungai lainnya yang terkumpul dalam satu sistem sungai. Hal ini lah yang dikatakan dengan konsep ekohirolik, membangun dan mengolah sungai berwawasan lingkungan.
3. contoh prosedur pemetaan geomorfologi untuk:
perencanaan penggunaan lahan bekas hutan di kecamatan Tambakrejo – Bojonegoro.
1. Memetakan daerah lahan bekas hutan atau bisa menggunakan foto udara sebagai peta dasar.
2. Mendelineasi peta berdasarkan batas-batas wilayah hutan berdasarkan fisiografisnya.
3. Mencari data tentang penggunaan lahan pada saat penelitian dilakukan.
4. Melakukan observasi dilapangan untuk mencari data tentang lahan (mengambil sampel tanah, tinggi, kemiringan, asosiasi dan lain sebagainya).
5. Melakukan uji sampel dan menghitung data di laboratorium.
6. Membuat kesimpulan.
7. Membuat laporan.
Alhamdulillah, dapat contekan. 🙂