Tak ada satu pun manusia yang bisa memilih dilahirkan cacat ataupun sempurna. Jika boleh memilih, semua orang pasti memilih dilahirkan dalam keadaan sempurna, fisik yang prima, wajah yang tampan atau cantik, orang tua yang kaya raya, serta keluarga yang harmonis.
Bagaimana jika Tuhan Menggariskan jalan hidup dengan kondisi telinga yang tidak berfungsi optimal?
Beragam reaksi atas Garis Tuhan tersebut. Ada yang merutuk, menuduh bahwa Tuhan sungguh tidak adil. Sebagian pasrah, toh, sudah ditakdirkan seperti ini, tetapi tidak ada yang dilakukan lebih lanjut. Sebagian yang lain menerima, legowo atas apa yang Digariskan oleh Tuhan, tetapi tetap berikhtiar, meyakini bahwa ada sesuatu yang indah, yang Disembunyikan oleh Tuhan atas apa yang telah menimpanya.
Atusa, Asosiasi Tuli Salatiga, adalah salah satu perkumpulan yang mewadahi teman-teman tuli untuk legowo dan terus berkarya menemukan berlian indah yang Disembunyikan Tuhan pada diri kami, para penyandang tuli. Atusa dibentuk secara mandiri oleh teman-teman tuli Salatiga. Beragam kegiatan dilaksanakan Atusa untuk mewadahi teman-teman tuli dalam berkarya. Keterbatasan pantang menjadi alasan untuk tidak mengembangkan diri.
SOBIS; Sosialisasi Bahasa Isyarat
Atusa menyadari jika sedikitnya masyarakat umum yang tidak bisa berbahasa isyarat menghambat komunikasi diantara penyandang tuli dengan masyarakat umum. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab adanya misskomunikasi diantara penyandang tuli dan orang normal, yang bisa menyebabkan perlakuan tidak enak terhadap penyandang tuli oleh orang normal.
Dokumentasi Atusa |
SOBIS, Sosialisasi Bahasa Isyarat, yang dilaksanakan dua minggu sekali bertujuan agar masyarakat umum–orang normal pada umumnya- bisa belajar bahasa isyarat sehingga mampu berkomunikasi dengan penyandang tuli. SOBIS di Salatiga dilaksanakan di tempat-tempat yang telah ditentukan, seperti; Selasar Kartini, Alun-alun Pancasila. Pada beberapa kesempatan festival yang dilaksanakan di Salatiga, SOBIS juga turut mengambil peran.
SOBIS memiliki kurikulum tersendiri untuk melatih masyarakat umum belajar bahasa isyarat. Dimulai dari pengenalan abjad, baik abjad Indonesia maupun Internasional. Setelah mampu menguasai abjad, pelatihan bahasa isyarat akan ditingkatkan dengan menghafal beberapa kata dasar umum yang sering digunakan, seperti; makan, minum, mandi, memasak, menulis, sekolah, belajar, dan lain sebagainya.
Pelatihan SOBIS diampu oleh teman-teman tuli, dengan menggunakan papan tulis dan kertas sebagai sarana komunikasi. Beberapa volunteer, anggota komunitas Atusa yang memiliki pendengaran normal tetapi mampu berbahasa isyarat dengan lancar juga turut bergabung dalam sosialisasi bahasa isyarat kepada masyarakat umum.
Adanya SOBIS ini diharapkan bisa menjembatani antara masyarakat umum dengan teman-teman penyandnag tuli. Kami juga sangat berharap ada pelayan publik yang turut belajar bahasa isyarat sehingga ketika ada teman-teman tuli yang membutuhkan pelayanan di sektor publik bisa dilayani dengan baik.
Teman-teman bisa melihat video penampilan salah satu rekan kami, Adika, yang tengah mensosialisasikan bahasa isyarat tentang transportasi di bawah ini.
PANTONIM
Keterbatasan dalam pendengaran menyebabkan penyandang tuli kesulitan untuk meniru suara, sehingga selain menjadi penyandang tuli, mereka juga tidak mampu berbicara. Namun, bagaimanapun, hal ini tidak menyurutkan langkah teman-teman tuli untuk tetap berkarnya dalam bidang kesenian.
Keterbatasan dalam mengolah suara mampu diatasi dengan kelebihan teman-teman tuli dalam mengolah ekspresi, mimik muka dan gerak tubuh mereka. Pantonim menjadi salah satu hiburan yang bisa mereka tampilkan ke masyarakat umum. Beberapa kali Atusa Salatiga menampilkan pantonim untuk dinikmati oleh masyarakat umum, antaralain, pada saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa festival yang mengundang teman-teman Atusa.
KREASI KERAJINAN TANGAN
Telinga boleh tidak mampu mendengar. Mulut boleh tidak bisa berbicara. Tetapi, masih ada mata, tangan, kaki dan anggota badan lain yang bisa kita syukuri keberadaannya.
Ikhtiar teman-teman tuli untuk memanfaatkan anggota badan lain diwujudkan dengan kreasi berbagai kerajinan tangan. Latihan untuk berkreasi yang dilaksanakan oleh Atusa Salatiga didukung oleh volunteer yang piawai dalam membuat berbagai kerajinan tangan.
Kerajinan tangan yang telah dibuat dijual kembali kepada masyarakat umum, hasil penjualan kerajinan tangan tersebut digunakan sebagai kas komunitas untuk menyokong berbagai kegiatan komunitas. Dengan usaha ini, diharapkan komunitas mampu mandiri secara finansial tanpa harus mengajukan berbagai proposal.
Selain bertujuan agar komunitas bisa mandiri secara finansial, pelatihan pembuatan berbagai kerajinan tangan ini juga bertujuan agar teman-teman tuli mempunyai penghasilan sendiri,sehingga tidak tergantung kepada orang lain.
Beberapa kali pertemuan Kreasi Kerajinan Tangan diisi dengan pelatihan menjahit. Menjahit merupakan salah satu keterampilan yang disukai oleh kebanyakan teman-teman tuli, bahkan beberapa diantara mereka menjadikan ketrampilan menjahit sebagai profesi.
RAPAT-SEMINAR ATUSA
Lazimnya komunitas, Atusa juga mengadakan rapat rutin sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan komunitas. Rapat yang dilaksanakan oleh Atusa sedikit berbeda dengan rapat-rapat umum yang lazim dilihat di masyarakat. Rapat yang dilaksanakan oleh Atusa berlangsung sangat hening dengan bantuan bahasa isyarat dan papan tulis. Di beberapa kesempatan, rapat Atusa memanfaatkan proyektor sebagai media penyampai informasi visual kepada teman-teman tuli yang tergabung di Atusa.
Dokumentasi Atusa |
Selain rapat, Atusa juga melaksanakan seminar, baik untuk intern penyandang tuli maupun untuk masyarakat umum. Seminar yang ditujukan kepada masyarakat umum, umumnya bertujuan agar masyarakat umum mampu memahami karakteristik penyandang tuli, sehingga misskomunikasi antara penyandang tuki dengan orang-orang normal bisa diminimalisir. Seminar yang ditujukan kepada masyarakat umum terdapat penerjemah bahasa isyarat sebagai orang yang menjembatani antara teman-teman tuli dan peserta seminar yang memiliki pendengaran normal.
Selain kegiatan tersebut, masih ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Atusa, antaralain; bakti sosial di panti asuhan, kunjungan ke beberapa instansi, seperti asrama TNI. Rekap kegiatan yang dipaparkan disini merupakan sebagian kecil kegiatan Atusa yang membuktikan bahwa penyandang tuli juga mampu berkarya dan berperan di masyarakat.
Dokumentasi Atusa |
Widi Utami, Penyandang Deaf.