Aku sebetulnya aku sudah lama ingin budidaya jamur tiram namun belum pernah kesampaian karena beragam alasan yang bisa jadi sebetulnya hanya pembenaran untuk bermalas-malasan saja. Aku pun hanya menonton video yang menampilkan orang-orang merawat dan memanen jamur. Tampaknya begitu asyik tapi kok susah banget untuk memutuskan mulai untuk mengikuti jejak mereka.
Daftar Isi
Aktivitas alami seperti mengolah sampah, menanam, atau membudidaya jamur itu bagiku terlihat sangat menyenangkan. Hal itu mungkin dipengaruhi juga latar belakangku yang terlahir dari keluarga petani di sebuah pelosok desa. Mayoritas penduduknya adalah petani tadah hujan sehingga membuatku akrab dengan tanaman dan hal lain yang berhubungan dengan pertanian.
Di kampung asalku, budidaya jamur adalah hal yang sangat langka. Tidak ada malahan yang budidaya jamur kalau di lingkungan tempat tinggalku waktu itu. Meskipun tidak ada yang budidaya jamur bukan bearti kami tidak pernah merasakan nikmatnya makan jamur karena di sekitar pekarangan atau di kebon-kebon pinggir sungai banyak ditumbuhi jamur liar seperti jamur barat, jamur gelatik, jamur lunjuk, dan jenis jamur yang layak konsumsi lainnya. Nah karena ketika pindah di Salatiga aku merasa populasi jamur liar yang lezat itu tidak sebanyak di kampung halamanku. Oleh sebab itu, keinginan untuk budidaya jamur semakin kuat.
Uji Coba Beli Baglog Pertama
Rencana pembelian baglog pertama kali itu muncul secara mendadak. Waktu itu, kami sedang ingin mengajak anak-anak main di Taman Tingkir kota Salatiga. Setelah anak-anak naik mobil remote beberapa putaran dan main di sekitar taman, aku kemudian mengajak mereka untuk makan soto di warung pojok sebelah taman. Nah saat aku menunggu anak-anak menghabiskan makanan itulah terbersit niat untuk mencari tempat pembelian baglog jamur tiram.
Aku mencari di Google Maps untuk mencari penjual baglog terdekat. lalu menemukan Produksi & Budidaya (Baglog Jamur Tiram Dan Kuping) yang menurutku sangat meyakinkan untuk dikunjungi. Aku pun langsung berangkat ke sana usai makan. Untuk uji coba pertama aku membeli 5 baglog terlebih dahulu. Harga baglog satuannya ssat itu adalah Rp2.250,
Perawatan Baglog
Saat aku membeli baglog pertama kali itu, mas penjualnya tidak ada di rumah. Ayi dilayani oleh seorang kakek. Awalnya aku berharap bisa mendapat arahan untuk merawat baglog yang dibeli itu. Namun karena mas penjualnya sedang tidak berada di rumah maka kami tidak mendapat banyak arahan untuk melakukan perawatan bagi pemula.
Aku kemudian mencari video di Youtube. Video dari channel Espos Indonesia sangat memberikan pencerahan mengenai cara budidaya Jamur tiram. Aku menyimak video tersebut dengan teliti.
Mengikuti cara yang dibagikan pak haryanto pada video tersebut sperti berikut:
- Aku mendiamkan baglog itu di tempat lembap selama satu minggu. Sampai putih-putih menjalar ke seluruh bagian baglog.
- Setelah keseluruhan baglog tumbuh putih-putih entah apa namanya, aku kemudian membua kertas koran penutup cincin baglog
- Aku bersihkan jamur yang busuk atau gagal tumbuh hingga tidak menghalangi pertumbuhan jamur. Setelah itu kupindah ke tempat yag bisa untuk disiram
- Setelah dua hari, ada baglog yang mulai tumbuh jamurnya. Ternyata pertumbuhan jamur itu sangat cepat. Dalam sehari bisa langsung besar
Aku kemudian beli lagi 20 baglog untuk lebih banyak variasi uji coba. Aku ingin menguji coba apa yang kudapat dari menonton Youtube dari berbagai channel. Harapannya aku bisa mendapat simpulan hasil yang paling bagus untuk diterapkan di lingkunganku sini. Nanti kalau 20 baglog ini sudah kugunakan uji coba semuanya maka akan kutambah lagi skala uji cobanya.
Lembap Berbeda dengan Basah
Satu hal yang perlu dipahami dan digarisbawahi saat budidaya jamur adalah mengondisikan lingkungan agar kelembabannya antara 80 – 90 %. Namun aku lihat banyak orang yang salah mengartikan kelembaban udara ini sehingga yang penting membasahi baglog atau lingkungan sekitar baglog.
Kelembaban udara itu adalah kandungan uap air yang ada di udara (bukan berupa air cair yang terlihat). Sedangkan basah adalah kondisi di mana suatu benda atau permukaan memiliki air yang melekat secara fisik di atasnya. Kita bisa mengatakan baglog itu basah dengan membuktikan saat menyentuhnya membuat tangan kita ikut basah. Namun kita tidak bisa menyebut ruangan yang digunakan untuk menyimpan baglog itu lembah hanya dengan menjulurkan tangan.
Sensitivitas manusia terhadap kelembaban udara sangat berbeda-beda sehingga untuk mengukur kelembabab udara tanpa alat seperti higrometer sangat sulit untuk dilakukan.
Salah satu caraku untuk menjaga kelembaban udara di sekitar baglog adalah dengan menaruh benda-benda yang bisa menyerap air secara maksimal dengan perbandingan tertentu dari kapasitas ruang yang tersedia. Benda-benda itu aku letakkan di bawah dan di samping baglog setelah itu semuanya dibasahi menggunakan air bersih. jadi bukan baglognya yang disiram atau disemprot air. Harapannya dengan begitu bisa terjadi penguapan secara maksimal dan menyebabkan lingkungan itu menjadi lembap.