Belajar Menjalani Ujian Hidup

Terhitung sudah setahun kami memulai hidup di Semarang untuk membangun karir. Berawal dari ajakan untuk membuat startup oleh pak Yono, kami memutuskan mengambil peluang mengiyakan ajakannya. Meskipun saat itu, kondisi kesehatanku benar-benar sangat memprihatinkan. 

Saat itu, yang menjadi sumber dilema adalah kondisi kesehatanku. Jika aku kerja rasanya proses penyembuhanku akan sedikit terganggu namun kalau tidak bekerja tidak punya uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Aku harus memilih dan aku memilih untuk nekat pindah ke Semarang dengan segala resikonya.
Seiring berjalannya waktu, ternyata ujian yang diberikan Allah ailih berganti datang dan pergi. Ketika kondisi kesehatanku belum pulih 100%, Widut diuji dengan giginya yang memerlukan tindakan operastif karena impaksi. 4 gigi bungsunya harus dicabut sekaligus dalam satu kali operasi.
Belajar Menjalani Ujian Hidup
Selesai diuji dengan masalah giginya Widut, ujian berganti dengan beragam masalah yang tak kunjung habis.
Sekarang ini, disamping kondisiku sedang ngedrop lagi (mungkin karena efek spiral GERD), deadline pekerjaan sangat mepet. Semuanya harus selesai tanggal 10 dan itu artinya kurang 5 hari lagi. Tiba-tiba, Kevin tadi malam sakit dan harus opname di rumah sakit.
Aku berusaha tersenyum mendapati sekenario Allah yang begitu berliku-liku. Aku seperti kehabisan kata-kata untuk mengekspresikan kekagumanku pada-Nya atas limpahan ujian yang menimpa kami selama ini.
Aku berkata pada Widut “yakinlah kalau ini ujian dari Allah. Kalau ini berupa siksa atau azab dari-Nya maka kita tidak akan pernah mampu menanggungnya. Siksanya amat pedih sedangkan ujiannya tidak akan melebihi batas kemampuan hamba yang diujinya”.
Semoga Allah memberi kami kekuatan untuk senantiasa sabar dan ikhlas menjalani Qodlo dan Qodar dari-Nya. Semoga apa yang telah dan akan kami jalani diridloi oleh-Nya. Amin.

Leave a Reply