Cerita di Jakarta

Aku tidak menduga kalau ternyata dilibatkan pada proyek BP ini. Aku yang awalnya bersama seorang tim developer jaga gawang BengkelBaik tiba-tiba dipanggil pak Suy untuk ke Jakarta.

Aku sempat ragu dan tidak ingin berangkat. Aku merasa nyaman dengan apa yang kulakukan saat ini. Bekerja paruh waktu di rumah, bisa menemani anak-anak, dan membagi waktu dengan istri. Namun apa boleh buat, aku telah berkomitmen akan saling membantu jika dibutuhkan dengan pak Suy.

Apartemen Casablanca Mansion menjadi saksi betapa remuk redamnya perasaanku. Di satu sisi, aku melihat cakrawala bisnis yang begitu luas. Di sisi lain, aku memendam ketakutan yang begitu mendalam. Aku takut kehilangan arah. Takut tersesat di dalam belantara bisnis yang begitu luas. Aku takut semakin tak tahu arah.

Salah satu yang membuatku nyaman di Jakarta adalah merasa semakin dekat dengan PBNU. Hanya itu rasanya yang bisa menjadi tempatku bersandar untuk saat ini. Aku merasakan semacam dejavu saat memutuskan kuliah di Surabaya waktu itu. Salah satu alasanku adalah merasa semakin dekat dengan yai Asrori.

Aku rindu, ya Allah. Aku rindu. Janganlah Engkau berpaling dariku dan jagalah aku agar tidak pernah berpaling dari-Mu sekalipun. Jagalah aku. Jagalah cintaku pada-Mu. Aku ingin selalu bersama-Mu.

Leave a Reply