“Kami prihatin, teman-teman sedikit yang paham tentang islam.” cerocos kak Henry, senior Atusa Salatiga, dengan menggunakan gerakan tangan yang lincah, dua tahun yang lalu. Keprihatinan atas minimnya fasilitas publik yang mengakomodasi penyandang tuli yang beragama Islam, sudah cukup lama menjadi topik diskusi kami di beberapa kesempatan.
Beberapa teman tuli yang termasuk deaf ringan, atau sering disebut sebagai hard of hearing, masih bisa mengikuti pengajian dengan memperhatikan gerakan mulut pembicara. Beberapa bisa melafadzkan al-Qu’an karena diprivat oleh guru yang pantang menyerah. Selebihnya, pasrah dengan keadaan, nothing to do. Sementara, keberadaan kyai/ ustad/ tokoh agama yang mampu berbahasa isyarat sangat jarang. Tak heran jika tidak sedikit teman-teman tuli yang pemahamannya mengenai ilmu islam dasar minim, mengingat sedikitnya sumber ilmu yang bisa direguk oleh mereka.
Picture Credit: Zia ul Haq Facebook |
Setelah melalui diskusi di jagad facebook, seorang penggagas yang mempunyai adik penyandang tuli bertekad untuk membuat video #TuliNgaji dengan adiknya sebagai host utama. Video #TuliNgaji akan menjadi video pengajian pertama di Indonesia yang menggunakan bahasa isyarat utuk menyampaikan materi-materi dasar keislaman.
Video yang dikerjakan secara mandiri oleh kakak beradik Zia ul Haq dan Nida ini berisi tentang pemahaman dasar keislaman yang meliputi fiqih, aqidah dan akhlak, yang akan disampaikan secara berkala melalui Youtube. Link Youtube video gerakan #TuliNgaji akan kami update saat sang pawang resmi meliris videonya di Channel Youtube.
Sebagai penyandang deaf, saya pribadi sangat mengapresiasi dengan adanya proyek ini. Di dalam video juga disertakan subtitle, sehingga bagi teman-teman yang belum lancar bahasa isyarat bisa sembari belajar bahasa isyarat, tentu saja, insyaAllah bisa mendapatkan tambahan ilmu yang disampaikan oleh Nida.
Berikut link premiere video #TuliNgaji yang diupload di facebook. Klik Disini.
Going to be more inclusive
Going to be more inclusive