Kendala Aplikasi MyPertamina untuk Isi BBM

Aku sejak awal mendengar Pertamina meluncurkan aplikasi MyPertamina sangat antusias ingin menggunakannya. Alasanku sederhana saja agar bisa tracking penggunaan BBM setiap bulannya. Namun ada saja kendala yang terjadi.

Dulu, waktu awal-awal aplikasi MyPertamina disosialisasikan, aku langsung mencobanya. Aku memilih LinkAja sebagai metode pembayaran. Tentu saja aku topup LinkAja sebelum berangkat ke SPBU. Oh ya… Aku sempat tanya CS bagaimana cara menggunakan aplikasi MyPertamina ini karena ada larangan menggunakan HP di area SPBU.

Pertanyaan itu dijawab begini oleh CS pada 2020 yang lalu:

Kepada Yth.
Bapak Ahmad Budairi

Selamat Pagi,
Terima kasih telah menghubungi layanan pelanggan Pertamina melalui email [email protected]. Perkenalkan nama saya Lefka dari Pertamina Call Center 135 yang akan membantu terkait informasi yang disampaikan.

Sebelumnya kami ingin memastikan apakah yang dimaksud melakukan transaksi pengisian BBM menggunakan aplikasi MyPertamina? Jika benar, kami informasikan silakan lakukan transaksi pada SPBU support MyPertamina dan transaksi dengan aplikasi MyPertamina menggunakan handphone dengan jarak minimal 1,5m dari dispenser BBM. Jika bapak menggunakan kendaraan roda empat/lebih, operator akan mendatangi bapak untuk menanyakan jenis transaksi, jenis BBM dan jumlah pembelian BBM. Operator akan melakukan pengisian BBM sesuai jumlah pembelian. Operator akan menyerahkan QR Code untuk proses pembayaran dengan cara snap melalui aplikasi MyPertamina, setelah berhasil operator akan menyerahkan bukti transaksi kepada bapak. Jika bapak menggunakan kendaraan roda dua maka hanya dapat melakukan transaksi di Transaction Stand Point (QR Code) yang telah ditentukan. Setelah transaksi berhasil, tunjukkan bukti (print out) pembayaran dan operator akan melakukan pengisian BBM ke kendaraan setelah verifikasi bukti transaksi. Sebagai tambahan informasi untuk Scan QR code pada aplikasi MyPertamina, berada pada menu beranda, lalu klik “Bayar”. Pastikan aplikasi MyPertamina sudah terhubung dengan aplikasi LinkAja dan nomor yang didaftarkan di aplikasi MyPertamina dan aplikasi LinkAja harus sama karena transaksi menggunakan aplikasi MyPertamina akan memotong saldo LinkAja.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Jika masih ada yang ingin ditanyakan, silakan bisa menyampaikan melalui Email kami [email protected] atau menghubungi layanan Pertamina Call Center 135. Terima kasih telah menjadi sobat Pertamina.

Hormat kami,

Lefka
Pertamina Call Center 135
Kendala Aplikasi MyPertamina untuk Isi BBM
Tanya cara menggunakan aplikasi MyPertamina

Aku memilih SPBU yang selama ini kulihat sepi antrian yaitu SPBU Gamol di Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga. Aku memilih lajur pertamax karena memang selama ini selalu menggunakan Pertamax. Sambil menunggu petugas mengisi BBM, aku menanyakan apakah bisa membayar menggunakan aplikasi? Ternyata tidak bisa. Alasan petugasnya karena masalah jaringan yang tidak mendukung di sana. Alatnya sudah ada dan ditunjukkan padaku tapi tidak bisa digunakan karena tidak ada jaringan, katanya.

Percobaan kedua aku lakukan di SPBU 4450704 Tingkir. Aku memilih jam-jam sepi pengunjung untuk menjalankan aksi uji coba ini. Setelah tanya petugas di lajur pertamax, kebetulan seorang mbak-mbak, ternyata juga dijawab tidak bisa. Tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai kenapa tidak bisa membayar menggunakan aplikasi MyPertamina.

Percobaan ketiga di SPBU depan pasar wisata Kopeng. Ketika saya tanya petugas di lajur pertamax jawabannya juga sama seperti sebelumnya yaitu tidak bisa membayar menggunakan aplikasi MyPertamina. Di sini, alasannya juga masalah jaringan.

Percobaan ketiga itu membuatku menyerah. Aku pun kemudian menghapus aplikasi MyPertamina.

Kebijakan Pertamina Berubah

Setelah berbulan-bulan (2 tahun) aku melupakan aplikasi MyPertamina, aku jadi tertarik menggunakannya lagi setelah membaca berita adanya keharusan menggunakan aplikasi MyPertamina untuk pembelian pertalite. Aku berpikir dan sangat yakin sudah ada pembenahan dari sisi aplikasi dan SOP di lapangan yang jauh lebih baik. Tapi ternyata tidak demikian, sodara-sodara! Aku masih saja kesulitan membayar menggunakan aplikasi MyPertamina.

Percobaan pertama (27 Juli 2022), aku memilih di SPBU dekat pusat kota Salatiga yaitu SPBU 4450713 dekat lapangan Pancasila Salatiga. Aku berpikir kalau di daerah perkotaan mungkin akan lebih cepat up-to-date dengan kebijakan terbaru.

Percobaan ini berhasil. Aku bisa membayar menggunakan aplikasi MyPertamina. Hanya saja proses pembayarannya menjadi lebih lama daripada pembayaran manual. Loading aplikasinya cukup lama dan membuatku merasa tidak enak pada beberapa orang yang mengantri di belakangku untuk mengisi pertamax. Padahal! Aku memggunakan kartu Simpati yang katanya sinyalnya paling stabil di seantero Indonesia.

Pembayaran menggunakan aplikasi MyPertamina di sini langsung dilakukan di depan dispenser. Tidak sesuai yang dikatakan CS Lefka yang menyatakan pembayaran dilakukan sekurangnya 1.5 meter dari dispenser. Aku manut saja sama petugasnya wong alat yang mau discan disodorkan di depan dispenser ya aku scan di sana.

Petugas SPBU memberitahu kalau pembayaran menggunakan aplikasi MyPertamina memang sering mengalami kendala salah satunya adalah saldo pembeli sudah terpotong tapi nyatanya belum masuk di aplikasi petugas. Konsolidasi seperti ini sering menyusahkan petugas dan membuat antrian semakin mengular.

Percobaan kedua kulakukan di SPBU Tingkir yang pada percobaan sebelumnya tidak bisa. Aku berpikir ketika sudah ada kebijakan Pertamina mengharuskan pembelian pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina maka otomatis lajur pertamax juga akan menyesuaikan. Ternyata tidak. Kali ini alasan yang disampaikan petugas sama dengan yang di SPBU dekat lapangan Pancasila yaitu aplikasi sering error.

Masalah saldo pembeli terpotong tapi tidak masuk di aplikasi petugas juga dikeluhkan di sini. Mungkin sebab itulah maka petugas memilih meniadakan pembayaran menggunakan aplikasi MyPertamina daripada malah merepotkan dan nambah pekerjaan.

Percobaan ketiga aku memilih di SPBU Gamol di JLS yang menjadi tempat pertama kupilih untuk uji coba aplikasi MyPertamina sebelum ada kebijakan keharusan menggunakan aplikasi MyPertamina untuk membeli pertalite. Aku khusnudzon saja kalau kali ini sudah ada perubahan infrastuktur yang lebih baik. Ternyata tidak. Kata petugasnya kalau belum benar-benar diwajibkan pembayaran menggunakan aplikasi MyPertamina maka pilih manual saja daripada tambah repot. Dari intonasi bicaranya, aku menangkap ada perasaan dongkol petugas pada aplikasi MyPertamina tapi entah apa yang membuatnya begitu. Aku tidak menanyakan lebih lanjut.

Pesan & Kesan

Aku sangat mengapresiasi usaha Pertamina untuk menciptakan alat pembayaran digital seperti ini. Banyak benefit yang didapat diantaranya adalah mengetahui berapa banyak energi yang dikonsumsi selama sebulan, mengurangi potensi kecurangan petugas SPBU, dan lain sebagainya.

Namun sangat disayangkan infrastrukturnya masih kurang memadai untuk diimplementasikan. Okelah katakan saja dari sisi SPBU bisa dikondisikan infrastrukturnya misal kalau masalah jaringan bisa diakali dengan pasang wifi. Namun dari sisi konsumen belum tentu jaringannya memadai di SPBU tersebut. Jangan-jangan di luar jangkauan provider internetnya malahan.

Andai saja. Ini andai saja, lo. Sistem pembayaran itu bisa menggunakan jaringan lain semisal NFT, bluetooth, atau lainnya mungkin bisa menjadi solusi masalah jaringan juga.

Atau… MyPertamina menerbitkan kartu debit. Kartu debit itu bisa direquest sebanyak pengguna butuhkan sehingga bisa dibagikan pada anggota keluarga. Masing-masing kartu bisa ditopup sesuai kebutuhan. Orang tua bisa mengontrol pemakaian BBM anaknya menggunakan kartu tersebut.

Eh udah dulu, ya. Ternyata kok sudah panjang tulisannya (1000 kata lebih 😂😂😂) padahal masih banyak yang mau ditulis tapi udah pukul 00.55 dan besok banyak tugas negara yang antri untuk segera dikerjakan.

Leave a Reply