Tatapan curiga; Gelagat menarik diri; Cenderung pendiam, atau sebaliknya, bertingkah sangat menyebalkan; adalah sedikit dari berbagai macam tingkah laku penyandang difable yang ditangkap oleh orang-orang normal.
Sombong, tatapan menghina, tatapan meremehkan, tatapan kasihan; merupakan sedikit diantara berbagai macam tingkah orang normal yang ditangkap oleh penyandang difable.
Perbedaan sudut pandang tersebut menyebabkan adanya sekat tebal antara orang normal dan penyandang difabel. Sekat ini tidak begitu berpengaruh terhadp orang normal, namun sangat berpengaruh pada penyandang difable. Tak heran jika banyak penyandang difable yang menjadi beban bagi lingkungannya karena gagal dalam mengembangkan dirinya sendiri.
Kok sepertinya sok tahu tentang sudut pandang ini? Apakah ini mengada-ada?
No. Its real, Dear. Sebagai penyandang tunarungu tipe hard of hearing, atau sering disebut sebagai kesulitan pendengaran, aku seolah berada di dunia abu-abu. Di Dunia orang normal, aku menjadi makhluk aneh yang melotot ketika diajak berbincang karena aku harus membaca gerak bibir lawan bicara. Sementara, di dunia penyandang deaf, aku menjadi makhluk ajaib yang bisa ngomong cuap-cuap tanpa gagap. Bergabung di dua dunia tersebut, aku menjadi corong curhat, pun diam-diam mengidentifikasi kenapa ada sekat yang lumayan tebal diantara dua dunia itu yang berujung pada kesimpulan tentang perbedaan sudut pandang di atas.
Mimpiku sederhana, mengajak sahabat dari kedua dunia tersebut untuk melebur agar tidak ada lagi cerita tentang penyandang difable yang merasa diperlakukan tidak adil dan orang-orang normal yang menganggap aneh penyandang difable.
Apa Itu Difable?
Difable merupakan istilah yang biasa digunakan untuk orang yang memiliki keistimewaan. Different Ability. Ada tiga macam pengelompokan penyandang difable, yakni difabel raga yang meliputi tunarungu, tunanetra dan tunadaksa; difabel mental yang meliputi tunagrahita, Down Syndrom, hyperactive; serta gabungan difabel raga dan mental.
Bagaimana Menghilangkan Sekat ini?
Menghilangkan sekat antara kedua dunia ini hanya memerlukan langkah kecil yang dimulai dari diri sendiri; mengubah mindset dan mengaplikasikannya dalam karya dan pembiasaan sikap sehari-hari. Mudah? Iya, tetapi membutuhkan konsistensi dan pengendalian emosi.
Bagaimana Orang Normal Harus Bersikap?
Diciptakan sempurna oleh Tuhan merupakan nikmat sekaligus ujian. Nikmat karena kesulitan yang dihadapi tidak sekompleks yang dihadapi oleh penyandang difable. Ujian, karena kelak pasti diminta pertanggung jawaban tentang apa-apa yang telah Diberikan oleh Tuhan, mata untuk apa? Telinga untuk apa? Mulut untuk apa? Kaki-tangan untuk apa? Otakmu? Badanmu?
Lalu, bagaimana aplikasi riil dalam kehidupan sehari-hari dalam menghadapi orang yang ‘berbeda’?
· Manfaatkan profesimu untuk memudahkan penyandang difable
Sudah tak terhitung cerita dimana sahabat penyandang difabel diperlakukan tidak enak ketika membutuhkan sesuatu. Seperti yang kualami sendiri saat periksa kehamilan, bidan yang kukunjungi tidak sabar menjelaskan tentang keadaan kandunganku, padahal aku sudah menjelaskan kepada beliau jika aku membutuhkan gerakan mulut yang jelas atau beliau menuliskan penjelasannya untukku. Beberapa sahabat bercerita jika petugas pelayanan publik mengabaikannya hanya karena dia tidak bisa berbicara. Hiks, sedih.
Maka, menjadi bidan yang mampu memahami penyandang difabel adalah sebuah langkah berkarya untuk mengubah tatanan birokrasi kesehatan menjadi ramah difabel.
Menjadi guru yang mampu memahami siswa penyandang difable adalah sebuah langkah yang mulia, dan tentu saja guru sudah dibekali tentang berbagai psikologi siswa penyandang cacat.
Seorang teman tunanetra bercerita dengan gembira karena ada pak Polisi yang membantunya menyeberang jalan.
Kebaikan seorang pustakawan mengambilkan buku yang sulit dijangkau oleh temanku yang tunadaksa sudah mampu membuatnya menulis tentang kebahagiaannya saat itu hingga berlembar-lembar diary.
Aku pernah dibuat terharu dengan pedagang yang menuliskan harga sebuah barang dalam secarik kertas ketika aku kesulitan memahami ucapannya karena giginya berbehel.
So Simpel, Right?
· Bergabung dengan komunitas difable
Jika mempunyai waktu luang lebih, sekali-kali bergabunglah dengan komunitas penyandang difabel. Biasanya mereka mempunyai komunitas sendiri dalam setiap kota. Kamu bisa belajar mengenal lebih dalam ketika bergabung dengan komunitas tersebut.
Rasakan, bagaimana perbedaan melebur menjadi sesuatu yang sangat indah. Saling membantu dan saling melengkapi. Menjadi ajang merenung kembali untuk lebih bersyukur tentang kehidupan yang dijalani.
· Menjadi volunteerpenyandang diffable
Bagaimanapun, seorang penyandang difabel tetap membutuhkan bantuan orang normal untuk memenuhi beberapa keperluannya, terutama untuk berhubungan dengan khayalak umum.
Menjadi volunteerbagi mereka tentu saja membutuhkan waktu dan keahlian khusus. Sebagai contoh, menjadi penerjemah bahasa isyarat bagi tunarungu. Menjadi sukarelawan pembaca novel atau penerjemah visual lain bagi tunanetra.
Keberadaan volunteerini sangat penting dalam menjembatani komunikasi anatara penyandang difabel dengan khayalak umum.
· Menghargai karya penyandang diffable
Dibalik kekurangan yang dipunyai, penyandang difabel pasti memiliki kelebihan lain. Hargailah karya penyandang difabel. Jika mempunyai usaha, sebisa mungkin memberi kesempatan bagi penyandang difabel untuk berkarya di tempat usahamu sesuai dengan kemampuan mereka.
Di Salatiga, sahabatku memberdayakan penyandang tunarungu untuk memproduksi berbagai kerajinan di gerai kerajinannya. Sahabat penyandang tunarungu lain ada yang bekerja di kantin.
Sahabat yang menyandang tunadaksa diberi kesempatan untuk menjadi tenaga administrasi di sebuah bimbingan belajar, beberapa kali sahabat ini juga mengajar TPQ.
So, tak ada salahnya untuk menempatkan penyandang difabel di tempat usahamu selama itu tidak terganggu dengan diffabilitasnya.
· Tersenyumlah dengan tulus ketika berjumpa dengan penyandang difabel
Please, jangan sekali-kali menunjukkan tatapan kasihan kepada penyandang difabel. Ini sangat melukai perasaan mereka. Apatah lagi tatapan meremehkan. No. Cukup tersenyum dengan tulus. Langkah kescil dan mudah ini akan membuat hati penyandang difabel bahagia karena merasa ada orang yang menyadari keberadaannya meski hanya melalui seulas senyum.
· Jika Tidak Memiliki Ilmunya, Jangan Sekali-kali Bertindak Sembrono
Penyandang difabel mental termasuk kategori yang membutuhkan ilmu lebih lanjut untuk mendekat. Ada beberapa kaidah yang tidak bisa dilakukan oleh orang awam.
Sebagai contoh, penyandang Down Syndrom memiliki jenis alergi tertentu. Jika alergi tersebut dilanggar, maka penyandang Down Syndrom ini akan kehilangan kendali atas dirinya. Ada penyandang Down Syndrom yang memiliki alergi terhadap protein tinggi, jika ada yang iseng memberinya roti biskuit gandum, wah, bisa jadi penyandang Down Syndrom ini mengamuk bahkan mengalami tantrum. Alih-alih membantu, malah semakin membahayakan. So, jangan sembarangan. Serahkan pada ahlinya. Bekali diri dengan ilmu terlebih dahulu sebelum menghadapi orang-orang dengan keistimewaan tertentu.
Bagaimana Penyandang Difable Menghadapi Khayalak Umum?
Menjadi penyandang difabel bukan berarti seenak sendiri menuntut orang lain untuk memahami dan menghakimi mereka yang tidak mampu memahami kita adalah orang yang kejam dan sombong. Harus ada keterlibatan aktif kedua belah pihak agar sekat pembatas itu hilang.
· Jelaskan Kondisimu
Saat mengalami kesulitan dan orang normal yang kamu hadapi menatapmu dengan keheranan, jelaskan kondisimu dengan segamblang-gamblangnya. Jelaskan kenapa kamu tidak mampu memahami ucapannya. Jelaskan apa yang kamu butuhkan, apa yang tidak bisa kamu pahai karena visualmu terganggu. Jelaskan jika kamu membutuhkan bantuannya untuk mendorong kursi roda karena kamu ingin menuju daerah x yang sulit dilalui kursi roda.
Dengan penjelasanmu itu, yakin, deh, khayalak umum akan memahami dan membantumu. Buang jauh-jauh pikiran negatif yang menyergap.
· Tetap Berkarya dan Jangan Menarik Diri
Bagaimanapun, pasti ada saja rintangan yang harus dihadapi oleh penyandang difabel sebagaimana manusia pada umumnya. Bagaimana jika masih saja ada orang yang menganggap aneh, meremehkan penyandang difabel? Tetap berkarya. Dibalik sebuah keistimewaan pasti Tuhan menitipkan kelebihan lain. Tinggal bagaimana kita bisa mengeksplor dan mengembangkan kelebihan yang dititpkan oleh Tuhan tersebut.
· Berbagi
Sebagai penyandang difabel, kita bisa kok berbagi dengan khayalak umum. Berbagi kemampuan yang kita miliki kepada khayalak umum. Contohnya? Banyak. Kak Ramaditya Adikara, seorang tunanetra yang berbagi motivasi dan keahliannya memainkan suling di berbagai seminar. Kak Angkie Yudistia, seorang tunarungu yang berbagi dengan mendirikan Thisable Enterprise, wadah yang memfasilitasi pengembangan bakat untuk penyandang difabel.
Menjadi penyandang difabel dan orang normal, sama-sama anugerah Tuhan. Keduanya bisa menjadi nikmat, bisa juga menjadi ujian. Ada banyak langkah berkarya untuk perubahan dalam berbagai perbedaan, penyandang difabel dan orang normal. Tidak harus berkarya dengan sesuatu yang sulit. Perubahan itu bisa dimulai dengan karya yang sederhana dan langkah yang mudah.
Like this:
Like Loading...
Terima kasih sudah berpartisipasi ya, mak. Kapan2, kita silaturahim yuk 🙂
Ayuk, Makkkk. Mau bangettt. 😊