Mapan Dulu Baru Menikah?

“Kuliah dulu sampai selesai, setelah itu kerja sambil menabung, kalau sudah cukup baru menikah”, kata-kata itulah yang sering muncul sebelum menikah dulu. Bahkan! orang tua pun memberi nasehat yang serupa. Katanya, “Menikah itu tidak hanya untuk beberapa hari, tapi untuk seumur hidup. Jadi, persiapkan yang sebaik-baiknya”.

Mindset “Mapan dulu baru menikah” seakan sudah menjadi top mindset bagi kebanyakan orang Indonesia. Bahkan! tak jarang ada yang menunda pernikahannya hanya untuk mengejar karir entah itu karir dalam wiraswasta ataupun jadi PNS.

Apakah salah? Tidak! selama masa jomblonya itu tidak diisi dengan pacaran atau gaya hidup hedonis yang mengarah pada sex bebas. Lalu apa masalahnya?

Ibarat membuat rumah, menikah membutuhkan pondasi yang kuat agar tidak guncang ketika terjadi keributan dalam rumah tangga. Paling tidak, meskipun masih tetap bergoncang namun tidak ambruk. Pondasi itu dibangun melalui beberapa tahap yang perlu diperhatikan untuk menuju “Mapan” lahir maupun batin.

Mapan secara batin inilah yang sering diabaikan oleh calon pengantin. Kebanyakan dari mereka merumuskan bentuk kemapanan dari segi materi, lebih rincinya dalam bentuk kepemilikan rumah, mobil, deposit yang bernilai jutaan/milyaran dan lain sebagainya.

Lalu, bagaimana bentuk kemapanan batin yang dimaksud? Kemapanan secara batin ini  berupa kesadaran tanggung jawab, hak dan kewajiban yang ditanggung setelah menikah.

Sebelum mencapai kemapanan batin, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan.

  1. Bagaimana menyiapkan diri secara lahir, batin, maupun ruhani agar bisa membangun keluarga yang membawa kesejahteraan lahir dan batin.
  2. Bagaimana menyiapkan lahan sebelum menanam benih ke rahim istri.
  3. Bagaimana merumuskan komposisi kegiatan untuk mencapai kemapanan lahir dan batin dengan kondisi dan situasi yang berbeda dari bayangan.
  4. Bagaimana mengelola waktu efektif bersama istri, keluarga, tetangga, teman, dan anak-anak.
  5. Bagaimana mengurus pekerjaan yang membutuhkan perpisahan sementara.
  6. Bagaimana tarbiyah anak ketika kedua orangtuanya sama-sama kerja di luar rumah.
  7. Bagaimana mengatasi lingkungan yang tidak baik untuk perkembangan kepribadian si anak.

Poin-poin itu terlihat sepele. Namun, kalau tidak diperhatikan akan sangat ampuh mengantarakan bahtera rumah tangga ke pinggir lautan alias kandas.

Kebanyakan, hanya memikirkan yang penting punya uang, semuanya akan lancar. Bahkan ada yang sampai sumbar, “apa sih yang tidak bisa di beli dengan uang di dunia ini?”. Silahkan direnungkan.

Leave a Reply