Opini | Calon Guru dididik Sebagai Siswa?

Beberapa waktu lalu heboh tentang banyak guru yang tidak lolos seleksi PLPG, sebagian yang tidak puas dengan hasil tersebut sampai nekat demo ke Universitas tercinta kita ini (Unesa), meskipun demikian tidaklah merubah keputusan panitia.
mungkin itulah salah satu indikasi bahwa indonesia masih tertinggal dalam masalah pendidikan, masih banyak guru yang sebenarnya kurang profesional mengajar anak didik yang mempunyai potensi sama besar seperti anak didik negara tetangga yang pendidikanya sudah maju, lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut?
Banyak hal yang sebenarnya perlu kita benahi, terutama dari diri kita sendidri apakah sudah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu? apakah kuliah hanya berorientasi pada ijazah dan nilai yang ada didalamnya? apakah orientasi pada pekerjaan?, apakah orientasi pacar dan lain sebagainya, tentu diri kita masing-masing yang dapat menjawabnya.
Hipotesis saya adalah ==> Ketidakprofesionalan guru tersebut dikarenakan ketika menjadi mahasiswa dulu mereka dididik dan dievaluasi sebagai siswa.

Penjelasanya sebagai berikut.
Mahasiswa yang mengambil program kependidikan memang diberi matakuliah yang sesuai dengan pendidikan, misaalnya Dasar-dasar pendidikan, psikologi pendidikand, dll< namun sementara ini menurut saya kurang efektif apabila hanya mengandalkan beberapa matakuliah tersebut untuk mengimprovisasi keahlian menddidik dan mengajar tanpa ada suplemen dari mata kuliah lainnya.
Selama saya menjadi mahasiswa, hanya beberapa mata kuliah saja yang dosenya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mencoba menjelaskan materi didepan kelas sebagai media latihan diri agar terbiasa berbicara dan menjelaskan, itupun tidak maksimal karena harus berbagi dengan mahasiswa lain, rata-rata satu mahasiswa hanya 5-10 menit mencoba menerangkan.
Kalau mahasiswa yang jurusan kependidikan hanya diwajibkan memahami materi itu belum cukup, karena proyeksinya adalah menjadi guru. Seharusnya mahasiswa kependidikan mampu memahami dan memahamkan, tidak hanya sekedar paham materi kuliah tetapi juga mampu menjelaskan, dalam hal ini dosen harus memberi waktu lebih kepada mahasiswa untuk belajar menjelaskan kembali materi yang telah diterimanya.
Mahasiswa kependidikan juga tidak cukup ditest layaknya siswa ketika UTS maupun UAS, sejauh ini cara evaluasi yang digunakan terhadap mahasiswa kependidikan dan non kependidikan sama, yaitu menjawab soal pilihan ganda atau essay, sebaiknya adalah mahasiswa kependidikan dievaluasi dengan cara yang berbeda, yakni menjelaskan materi yang telah didapat layaknya presentasi biasa ataupun didesain seperti suasana kelas pada umumnya. Wallahu a’lam (bud)

Leave a Reply