Pasangan sebagai Support System Terbaik untuk Mencintai Diri Sendiri

Sebelum menikah, aku memang terlihat sudah bisa menerima keadaanku sendiri, mencintai diri sendiri, tetapi ternyata masih ada sisa-sisa dimana aku belum mampu mencintai diri sendiri seutuhnya. Ada hal-hal dimana aku membenci posisiku yang tidak bisa melakukan sesuatu karena keterbatasan telinga.

Sedikit, tetapi cukup mengganggu. Karena yang sedikit ini justru sering muncul. Sedikit yang membuatku sering uring-uringan, apalagi jika bukan terkait dengan telinga. Sesepele diingetin karena si K nangis kejer dan aku enggak tahu saja sudah membuatku down; Ibu macam apa aku ini?

Kadang aku merasa sudah mencintai diri-sendiri, beberapa waktu kemudian aku membenci kenapa aku diciptakan seperti ini. Ah, bukan. Bukan tidak bersyukur. Ini tidak ada hubungannya dengan bersyukur. Tetapi ekspresi kelelahan ketika menjumpai problem yang berulang-ulang dan menjenuhkan.
Problemnya berbeda, tetapi akarnya sama; pendengaran.
Pasangan sebagai Support System Terbaik untuk Mencintai Diri Sendiri

Cara Pasangan Mendukungku untuk Mencintai Diri Sendiri

Abah K bukan orang yang memuji istrinya secara berlebihan. Ia tidak akan memakai kekuranganku untuk memuji balik. Maksudku, ia tidak akan pernah memuji begini; “Kamu lebih baik, meski kamu Tuli, tetapi kamu bisa….”
Bahkan tidak segan-segan abah K menegur orang yang mengeksploitasi ke-Tuli-anku. Bagi abah K, harusnya yang ditunjukkan adalah kemampuanku. Ia ingin orang-orang mengenalku karena aku mampu, bukan karena kasihan.
Selama tidak ada hubungannya dengan pendengaran, abah K akan mendorongku untuk ‘mampu’ dan menunjukkan sejauh mana aku bisa bermanfaat untuk diri-sendiri dan orang lain. Ia ingin aku merasa jika aku mampu dan kuat. Jika aku merasa down karena kondisiku, ia akan memberikan jeda untuk menikmati kelemahan dengan bermalas-malasan, tetapi ia juga memberikan batas sejauh mana aku boleh menjadikan pendengaranku untuk tidak berbenah.
Eh, ini apa hubungannya dengan self love?
Self love dimulai dari merasakan bahwa diri ini berguna, bermanfaat, memiliki kemampuan. Sangat sulit untuk mencintai diri sendiri ketika merasa useless. Ya, mengakui kekurangan diri memang bagus dan menjadi langkah pertama, tetapi kita tidak akan mencintai diri sendiri jika tidak bisa menemukan kemampuan atau hal-hal apa yang bisa membuat kita merasa berguna.
Disini peran penting abah K dalam menjadi support system terbaikku dalam mencintai diri sendiri. Jika kamu adalah pasangan dari orang yang terlihat belum mampu mencintai diri sendiri, bantu ia menerima kekurangannya dan temukan potensi besar dibalik kekurangannya. Lalu, dorong dia untuk berkembang meskipun awalnya mungkin ada penolakan dari pasangan.
Iya, emak K juga gitu. Awalnya merasa ditekan untuk berkembang padahal kerjaan sudah seabrek-abrek, ternyata semakin kesini, semakin kutemukan potensi bahwa aku bisa berguna dan berdaya, semakin aku mencintai diri sendiri.
Awalnya aku merasa abah K tidak peduli denganku. Gimana, coba,wong istri Tuli kok dibiarkan ke bank sendiri di tengah pandemi? Aku menggerutu pada awalnya, tetapi itu adalah caranya untuk memaksaku agar aku berjuang, tidak hanya untukku tetapi juga untuk teman-temanku yang Tuli dan HoH. 
Ia tabah menerima segala omelanku, segala ketidakterimaan akan paksaannya untuk menghadapi dunia seniri, tetapi ternyata ia diam-diam menunjukkan kepadaku begini caranya untuk berjuang dan mencintai diri sendiri.
Mencintai diri sendiri adalah awal untuk menebar cinta kepada orang disekitar. Bagaimana bisa memberikan minum kepada orang lain jika teko diri sendiri tidak ada isinya?

Leave a Reply