Kami ngeblog dari tahun 2014. Ehm, lebih tepatnya ngeblog bareng. Abah K sih udah ngeblog sejak jaman masih nginep di warnet. Hahaha. Tahun 2014, kami bikin blog pake wordpress self hosted, mbayarnya megap-megap. Sudah dapet Adsense $50 tapi tak kunjung bertampah, akhirnya dijual saat kami bener-bener bokek dan berakhirlah riwayat wordpress self hosted yang enggak lagi diperpanjang karena enggak kuat bayar hosting.
Daftar Isi
Sungguh kalau mengingat masa lalu, kami sering ngguya-ngguyu dewe. Syukur banget bisa melewati masa-masa kritis. Duh Gusti, bahkan mbayar domain saja enggak kuat waktu itu. Domainku yang widut(dot)co expired enggak bisa diselamatkan. Hahaha.
Blogspot yang Nyantai kayak di Pantai
Jaman masih pake blogspot, ngeblognya nyantai banget. Saking enggak perlu mikir sewa hostingnya, jadi merasa enggak ada tanggungjawab. Menyepelekan. Ini mah emak K doang, dasarnya males. Hehehe. Lain hal dengan abah K, ngeblognya tetep rutin. Apa-apa yang beliau pelajari untuk pemrograman atau pelajaran hidup, ditulis di blog.
Nyaris 75% isi blog bloggersejoli ini adalah tulisan abah K yang evergreen, everlasting. Tulisan emak K paling cuma remahan rengginang, itu pun receh-receh. Heuuu.
WordPress Self Hosted dan Drama Melonjaknya Viewer
Seiring dengan makin banyaknya klien yang meminta dibuatkan blog, kami pun ikutan migrasi ke WordPress Self Hosted. Tahun 2016, blog widiutami di-build abah K pakai WordPress Self Hosted. Sejak saat itu aku mulai memikirkan blog dengan serius karena ada hosting yang harus dibayar. Hahaha.
Tahun 2016 aku mulai serius gabung di grub blogger a b c d e demi mencari ilmu all about blogging. Aku mulai mengenal review, content placement hingga endorse di social media. Hmm, dan abah K masih fokus dengan Adsense. Beliau mulai lagi dari nol, Gengs. Tekun banget. MasyaAllah.
Tahun 2019, saat viewer mulai naik tajam dan hosting sering down. Abah K mulai memikirkan alternatif lain bagaimana caranya agar blog enggak down melulu. Waktu trafik bagus malah down itu nyesek, soalnya penghasilan Adsense sangat terpengaruh dengan jumlah kunjungan ke blog.
VPS We’re Coming!
Aku ingat betul saat itu, abah K mengambil langkah ekstrem yang sebenarnya membuatku keder. Beliau memutuskan untuk pindah ke VPS atau Virtual Private Server yang everything harus diurus sendiri termasuk soal install CPanel, SSL dan tetek bengek lainnya. Perhatiannya harus full dedicated.
Saat itu abah K mengambil paket VPS 200k perbulan. 1 tahun 1.2 juta. Aku rada keder karena khawatir enggak mampu bayar, tetapi abah K kekeuh tetep pake VPS. Beliau terus melakukan percobaan agar blog paling tidak bisa membayar VPS-nya sendiri. Dan… i am proud of him, enggak cuma bayar VPS, blog kami makin berkembang dan bisa membiayai jalan-jalan.
Tahun 2019 pertengahan, saat itu jelang lebaran-puasa, kami musti upgrade ke VPS yang lebih gedhe kapasitas RAM-nya. Alhamdulillah, meski belum bisa setinggi penghasilan saat puasa dan lebaran lalu, setidaknya masih bisa bayar VPS dan jalan-jalan. Semoga nanti puasa dan lebaran bisa panen dua-tiga kali lipat dibanding puasa-lebaran tahun lalu.
Apakah VPS semahal itu? Enggak, kok, kalau kamu beli VPS murah DomaiNesia, kamu punya pilihan besarnya server yang cocok untuk blog atau aplikasi kamu. Start from 100ribu perbulan. Sesuaikan saja dengan kebutuhan. Kalau blog dan aplikasinya masih dalam tahap pengembangan, better sewa dulu yang 100ribu perbulan, entar semakin melonjak trafiknya, bisa upgrade lagi ke RAM dan storage yang lebih tinggi.